Rumah Yang Keras

2 0 0
                                    


Pulang kuliah adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh mahasiswa. Entah kenapa kuliah sangat melelahkan padahal hanya 3 sks, atau setara dengan 2 jam 30 menit. Tetapi, entah kenapa rasanya lebih lelah dibanding sekolah 8 jam. Ketika jam menunjukkan waktu 11.30 dosen langsung keluar diiringi dengan mahasiswa yang keluar satu persatu. Aku keluar bersama empat teman perempuanku.
Aku adalah mahasiswa asal Padang yang berkuliah di Jakarta. Orang tuaku sudah tidak bekerja. Keluargaku hanya bergantung pada kaka perempuanku, yang kini sedang bekerja di Bandung sebagai perawat honerer. Mungkin kalian mengira ia banyak uang karena perawat. Namun, tidak seperti itu. Gajinya hanya menempati angkat tiga juta, sementara ia harus menghidupi keluargaku. Adikku adalah laki-laki yang sedang menempuh kelas akhhir di sekolah menengah pertama. Aku sayang sekali dengannya. Aku berharap ada kehidupan baik untuknya di masa depan.
Dulu keluargaku bisa dikatakan keluarga mampu. Bukan berniat sombong, tetapi pada masa itu aku memang bisa meminta apapun yang aku mau.

Pada saat itu aku berumur 10 tahun, yaitu kelas 4 sekolah dasar. Ayahku seorang pedagang yang sukses pada masa itu. Memiliki toko baju milik sendiri yang luas di daerah Tanah Abang. Di toko itu terdapat 5 karyawan, itu cukup banyak untuk sekelas toko di Tanah Abang. Penghasilan perharipun bisa mencapai belasan juta pada hari kerja dan puluhan juta pada libur akhir pekan.

Kakakku pada saat masih menjadi pelajar sekolah menengah pertama dan adikku nasih TK. Di suatu saat, aku dan teman-temanku ingin pergi ke salah satu Mall di daerah selatan Jakarta. Aku menemui ayah terlebih dahulu untuk meminta izin dan meminta uang untuk jajan. Bayangkan seorang anak perempuan yang masih elas 6 sekolah dasar sudah meminta uang jajan untuk pergi ke Mall bersma teman-temannya.

"Ayah, aku mau pergi sama Rini dan Nizwa ke Gandaria City"

"Loh? Sama siapa? Jangan hanya bertiga ya, ajak mama atau ayah suruh om untuk
mengantar kalian," ayah menjawab degan nada khawatir.

"Oke, om aja yang anter," aku tidak mau karena perdebatan nantinya aku tidak diizinkan.

"Ini buat jajan, jangan boros," aku pun mengiyakan serta meminta terimakasih lalu pergi dengan om untuk menjemput teman-teman yang lain.

Om Surya adalah adik mamaku. Ia sering berada di rumahku sekedar duduk atau mengobrol dengan mamaku. Ayah pasti memberinya uang ketika ia akan pulang. Aku yang saat itu tidak mengerti arti dari kata 'memanfaatkan' hanya diam saja. Aku pergi ke Gandaria City dengan dua teman ku yang duduk dibelakang kemudi. Teman-teman dan aku pada saat itu sudah menggunakan iphone, itu merupakan satu hal yang sangat langka di sekolahku. Hanya ada 4 orang yang memakainya, satunya lagi adalah guru bahasa Indonesiaku.

Begitu sampai disana, aku melihat uang yang ayahku berikan. Aku sangat terkejut, aku diberi lima ratus ribu. Anak sekolah dasar diberi uang segitu, astaga aku sekarang hanya memgang uang dua puluh ribu, itu juga hasil kerjaku. Aku dan teman-teman langsung masuk dan melihat-lihat. Aku bermain timezone, beli mainan, brli alat tulis, dan kita juga makan. Om tidak ikut, ia menunggu di luar katanya.
Setelah sudah lelah, aku dan teman-teman ingin pulang. Aku menelfon om Surya untuk menjemput di lobby utara. Om Surya tidak menjawab, sudah satu jam aku menunggu. Akhirnya kami memutuskan untuk pelang dengan taxi. Sampai di rumah, ayah terkejut dan menanyakan dimana om Surya.

"Aku ga tau, aku menunggu 1 jam lebih tapi dia tidak menjawab telfonku"

Ayah marah dan menelfon om Surya dan benar saja ia tidak menjawab. Ayah menyusul ibu yang berada di kamar. Ayah sedikit marah dan berusaha tetap tenang di depan ibu.

"Kemana adikmu itu? Dia membiarkan anak-anak pulang dengan taxi, bagaimana jika orang tua Rini dan Nizwa tau? Pasti kita yang akan kena amuknya,"

Disaat seperti itu, kakaku pulang. Kakak menyapaku dan bingug kenapa rami sekali rumah ini. Kaka selalu menjadi garda terdepan jika ada hal perdebatan ayah dan ibu. Sat itu ia sudah menjadi siswi sekolah menengah atas dengan penjurusa Ilmu Pengetahuan Alam.

Rumah Yang KerasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang