16. Hanya Dijodohkan?

10 3 0
                                    

_____________________________

"Cepat atau lambat, saya akan kembali merampas apa yang sudah seharusnya menjadi milikku.

-Secret.

_____________________________

16. Hanya Dijodohkan?

•HAPPY READING•

*****

"AARGHH!!"

Prankk!

Tangan kekar milik sang pria berumur empat kepala itu sekali lagi memegang vas bunga berbahan dasar keramik berlukis kan bunga yang cantik yang biasa digunakan untuk mempercantik meja kini terhempas begitu saja, terbelah menjadi dua bagian di lantai marmer yang dingin. Serpihan demi serpihan berderai ke mana-mana.

Nafas Hendry terengah berusaha mengontrol emosinya.

Sore ini, tentu Arsen beserta kedua adiknya, Elvino dan Assenna, berniat pulang kembali ke kediamannya. Elvano? Jangan ditanya di mana keberadaan anak itu sekarang, sudah sejak jam pulang tadi dia menghilang bagai ditelan Bumi. Biar saja, toh hilangnya dia paling jauh hanya main dengan teman geng nya itu.

Sayangnya niat mereka diurungkan sebab mendengar dentuman keras dari balik pintu utama pembatas antara dunia luar dengan rumah megah milik sang Ayah.

"Mas, aku mohon, dia juga anakmu, aku mohon perlakukan dia sama seperti anak-anak kita yang lain ..."

Sayup-sayup terdengar suara wanita yang mirip seperti Ibundanya, tidak, mereka merasa memang itu lah suara Ibu mereka. Tapi, apa yang di maksud dari pembicaraan mereka di dalam? Apa maksud dari racau-an sang Ibu?

"Anakku? Anakmu! Aku tidak akan pernah sekalipun menganggapnya anak!"

"Mas, aku mohon ..."

"Apa?! Sudah bagus aku mau merawatnya, memberinya makan dan fasilitas yang lain. Sekarang kau memintaku menganggapnya sebagai anakku juga?! Tidak akan, Audya! Ingat, kita dijodohkan hanya karena uang semata, jadi jangan pernah memaksaku menganggapnya. Jika kau mau, kau bisa kembali padanya sekarang."

Di depan pintu, jantungnya yang rapuh berdegup liar, memproses apa saja yang berhasil masuk ke pendengarannya. Rasa sakit yang tajam terasa perlahan menusuk dadanya seolah mengejek, lebih perih dari banyaknya pukulan serta ucapan tajam sang Ayah padanya. Nafasnya tercekat bagai anak ayam yang tak sengaja tercebur kolam tanpa sedikit pun rasa sadar di otaknya. Hal yang sama terjadi pada kedua adiknya yang mematung tak berdaya. Apa maksud pembicaraan Ayah dan Ibunya barusan? Siapakah anak yang mereka maksud?

Perlahan, pintu berdecit tanda akan dibuka, menampilkan tiga anak mereka dengan raut yang tak dapat di deskripsikan. Mereka pun sama terkejutnya, keadaan rumah yang bisa dibilang sangat jauh dari kata rapi, seolah baru saja terjadi perang besar di dalam.

Cowok itu berdehem menetralisir raut wajahnya, begitu pula adiknya yang langsung melenggang memasuki kamar masing-masing disusul Arsen di belakangnya.

Bukan durhaka, hanya saja mereka paham bagaimana kacaunya situasi rumah saat ini. Jika mereka ikut berargumen justru malah mengundang masalah, tentu tidak lupa, kan bagaimana kasarnya Hendry terhadap anak-anaknya terutama Arsen tentunya.

Jika kalian berpikir mereka bertiga biasa-biasa saja, kalian salah. Nyatanya Assenna yang seorang gadis biasa tentu saja akan menangis sesenggukan dibalik pintu kamarnya yang tertutup.

Overthinking? Bagaimana tidak jika Hendry secara terang-terangan mengatakan tidak mengakui satu anaknya? Maksudnya, siapa?

Arsen? Jelas dia tahu betul ke arah mana perkataan pedas Ayahnya itu, hanya saja, apa maksud dari "Jika kau mau, kau bisa kembali padanya sekarang."

"Arghh ..."

Benar, kepalanya terlalu sakit untuk memikir keras seperti ini. Bagaimana pun itu, jika sudah menyangkut sang Ibu tentu dia tidak akan tinggal diam. Mungkin besok dia akan memikirkannya, yang terpenting sekarang adalah membersihkan badannya terlebih dahulu, urusan adiknya belakangan saja, lah, toh sudah ada Vino–kakak kesayangan Senna, tentu saja.

*****

Ting!

Notifikasi berbunyi di ponsel milik Hendry. Alis pria itu mengkerut ketika mendapati chat dari orang tak dikenal. Jarinya bergerak menekan room chat tersebut.

Unknown : Malam, Hendry. Apa kabar? Sudah lama tidak bertemu ...

Hendry Herlambang : Siapa? Jika tidak ada sesuatu yang penting jangan banyak basa-basi.

Unknown : Bahkan saat terpuruk begini kau masih saja sombong, Hendry. Saya hanya mengingatkan padamu, cepat atau lambat, saya akan kembali merampas apa yang sudah seharusnya menjadi milikku. Aku sudah sangat baik memasrahkan mereka padamu, tapi apa? Apa balasan darimu? Kau selalu saja memperburuk keadaan!

Mata Hendry melotot tak percaya. Apa maksud orang sialan ini? Gawat, sepertinya semua akan terbongkar. Nama baik yang selalu ia jaga sebaik dan seapik mungkin, cepat atau lambat akan hancur. Ia takut, takut tebakannya benar.

Hendry Herlambang : Apa maksudmu, sialan?! Siapa kau?!

Unknown : Bahkan tanpa saya jelaskan sekalipun kau seharusnya tau maksud dan siapa diriku sebenarnya ...

Panik, Wajahnya pucat pasi di selimuti keringat dingin mengucur deras pada pelipisnya. Hendry melempar ponselnya ke sembarang arah, kakinya bergerak mundur hingga menabrak lemari bajunya. Hendry menarik tangannya, menjambak rambut depannya kuat. Kekhawatiran kembali menghantuinya.

Orang itu ...

Anak itu ...

"Kau ... Ini semua karena anak sialan mu itu!"

*****

TBC

ARSEN - On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang