Cicitan burung-burung membangunkan nya, Rosie lantas mendudukkan dirinya dan merenung sebentar mengumpulkan kesadaran nya.
Lalu setelah sadar ia pun memandangi tubuhnya yang telanjang di dalam balutan selimut, sekelebat ingatan tentang semalam pun memasuki pikiran nya, senyuman tipis pun tak mampu ia tutupi.
Bergegas untuk mandi dan memakai pakaian yang ada. Ia membersihkan kamarnya dengan cepat lalu berjalan keluar dari kamarnya. Saat sampai di dekat tangga, indra penciuman nya sudah di sapa oleh harum masakan yang ia yakini buatan Jena. Meskipun kakaknya itu merupakan seorang wanita karir, namun kemampuan memasak nya wajib di acungi jempol.
Rosie memasuki dapur dan langsung memeluk kakak perempuan nya itu dari belakang, sedikit mengejutkan wanita yang terlihat sedang serius dengan potongan daging slice .
Dibuat terkejut, Jena lantas melotot dan langsung memukul tangan Rosie yang melingkari perutnya.
"Bikin kaget aja kamu ih!"
"Hehehe.. good morning, lagi masak apa nih bos?"
"Lihat sendiri."
Jena melepaskan lingkaran tangan Rosie lalu bergerak memeriksa rebusan sayur-sayuran dan daging sapi di dalam panci.
Rosie yang terabaikan lantas mengerucutkan bibirnya dan mengekori Jena.
"Kenapa sih? Hm? Gak ada kerjaan? Gak sekolah kamu?"
"Capek ah."
"Capek? Pfftt! Emang kamu ngapaiiinn? Hmmm?"
Rosie tersenyum kecut, andai Jena tau perbuatan laknat adiknya bersama suaminya tadi malam, Jena pasti takkan bisa tertawa kecil seperti sekarang. Rosie merasa bersalah, sungguh.
"Gak tau. Males aja. Lagian udah jam segini, siapa coba yang berangkat ke sekolah jam 9?"
"Ya udah deh."
"Hm, Joel berangkat sama siapa?"
"Sama mba Susan."
"Mas Veenan?"
"Gak tau. Kayaknya belum pulang dari kemarin."
Meski menjawab dengan santai, namun raut sedih Jena tak bisa di sembunyikan. Rosie telah mengenal kakaknya itu lebih dari siapapun, ia tau bagaimana Jena yang selalu berpura-pura kuat dan tangguh.
Sekali lagi, Rosie merasa sangat bersalah.
"Mba?"
"Hm?"
"Bentar malam kita semua makan diluar yuk!"
Rosie tak tau bagaimana caranya menghibur orang lain, namun lebih baik baginya menyarankan apapun yang ia pikirkan, bagaimanapun juga ia merasa bersalah penuh atas retak nya hubungan Veenan dan Jena, meskipun kesalahan lebih besarnya berada pada Jena yang jarang punya waktu untuk keluarga.
"Mas Veenan blokir nomor aku."
Senyuman antusias Rosie pudar, agak sedikit dongkol sebab kakaknya di perlakukan seperti ini, namun ia tak bisa menyalahkan Veenan sepenuhnya, selama ini Jena bahkan tak pernah punya banyak waktu untuk suaminya.
"Gimana kalau aku yang chat mas Veenan?"
Rosie sedikit ragu menawarkan hal ini namun alih-alih marah, Jena malah menerbitkan senyuman lebarnya dan mengangguk.
"Boleh-boleh. Makasih ya Chi, mba tau kamu emang paling bisa di andelin."
Ya, Rosie hanya mampu tersenyum kecut, merasa amat bersalah untuk kesekian kalinya. Hanya kata maaf lah yang mampu ia layangkan di dalam hatinya untuk Jena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayuan Adik Ipar - Taerose
Fiksi Penggemar"Merayu kakak ipar sendiri itu dosa ga?" #taerosé #vrosé #maturecontent #areabasah