Prolog

486 46 3
                                    

Zie Ayana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zie Ayana

Aaron Januar Moore

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aaron Januar Moore

🎀Meeting You🎀

Happy reading

"Aku selalu memikirkan masa depan kita, tapi sepertinya kamu nggak peduli akan hal itu. Jadi maaf jika aku kembali menemukan seseorang yang tepat dan mau membangun masa depan bersama." Ayana terdiam, menatap laki-laki bermata cokelat yang berada di depannya. Dari sorot mata Miguel, Ayana bisa melihat tidak ada penyesalan disana dan merasa jika lelaki itu berkata sudah paling benar.

Dengan tenang, Ayana menatap sorot mata Miguel. "Bukan nya aku nggak memikirkan nya, Miguel. Apa pernah kamu mengajak aku ke hal yang lebih serius? Kamu hanya mengajak aku buat merangkai kata untuk masa depan kita, tapi kamu sama sekali tidak bergerak untuk mengajaku ke hubungan yang lebih serius. Kenapa sekarang kamu yang menyalahkan aku disini, bukan nya sudah jelas kamu yang salah disini?" tanya Ayana, meskipun terasa sakit tapi Ayana tidak mau mengeluarkan air mata untuk lelaki di depan nya.

"Oke, aku minta maaf soal itu Ayana. Mungkin aku masih banyak kurang nya selama kita menjalin hubungan, tapi sekarang aku minta satu hal dari kamu. Kita selesai dengan cara baik-baik ya. Lagi pula hubungan kita sudah tidak bisa lagi di pertahankan."

Ayana terkekeh pelan, lalu mengangguk. "Iya, memang sudah tidak bisa dipertahankan lagi, karena kamu sudah membawa orang baru ke dalam hubungan kita. Dan kamu memutuskan untuk memilih dia. Aku nggak masalah, justru aku senang bisa terlepas dari lelaki seperti kamu. Aku nggak bisa bayangin, jika aku nggak tahu kelakuan kamu di belakangku, mungkin hidup aku akan terus merasa sakit." Ayana menoleh ke samping, melihat ke arah jendela besar kafe yang menampilkan jalanan kota dengan keramaian kendaraan. Dari jendela, Ayana bisa melihat deretan toko tua dengan arsitektur yang unik, mulai dari toko kelontong dengan papan nama kayu yang sudah pudar, hingga toko buku dengan tumpukan buku yang menjulang tinggi. Itu cara agar Ayana bisa tenang dan tidak meluapkan emosi.

Ayana tak pernah menyangka, dia selalu berharap dia hanya menemukan satu lelaki di dalam hidup nya, lalu membangun masa depan yang sangat bahagia serta penuh cinta sampai mereka menua bersama. Namun sayang nya, keinginan Ayana dipatahkan, dia baru mengenal satu laki-laki, sangat bahagia ketika memulainya. Karena ini adalah yang pertama untuknya, dia selalu berdoa untuk tetap bersama dengan Miguel.

Tapi ternyata Miguel tidak hanya menjalin hubungan dengan nya seorang, dia melibatkan satu perempuan yang memang sudah kenal lebih dulu dengan Miguel, bahkan gadis itu tahu segala sesuatu tentang Miguel sampai terkadang Ayana merasa iri, karena dia belum tahu semuanya.

Namun sekarang Ayana ikhlas melepas lelaki seperti Miguel, dia masih mempunyai orang-orang yang sangat menyayangi, serta mendukung jalan yang diambil oleh nya. Bagi Ayana, melepas Miguel adalah pilihan yang terbaik, daripada dia harus dibuat sakit hati terus menerus.

"Oke aku terima semua kata-kata kamu, Aya. Hidup baik-baik ya, jangan berlarut terus dalam kesedihan, kamu pasti bisa. Cari laki-laki yang memang cocok untuk kamu," ujar Miguel, dia tersenyum menatap Ayana yang berusaha terlihat biasa-biasa saja.

"Aku nggak bakalan berlarut dalam kesedihan, untuk apa aku nangisin orang seperti kamu? Lebih baik aku cari kebahagiaan aku sendiri."

"Berarti benar dugaan ku, selama hampir dua tahun lebih ini, aku hanya cinta sendirian?" Miguel terkekeh miris, Ayana langsung berdecih pelan.

"Kamu kaya cewek Migu, sok paling merasa tersakiti, padahal kamu sendiri yang menyakiti. Memang kamu punya bukti jika kamu hanya cinta sendirian? Apa kamu berpikir, apa yang aku lakukan selama ini bukan karena cinta?" Ayana menggeleng tak habis pikir, dia benar-benar shock ketika tahu sisi lain dari Miguel. Karena tidak ingin berlama-lama dengan Miguel, ia bangkit dari duduk nya berpamitan pada Miguel.

Dia keluar untuk meninggalkan kafe tempat mereka bertemu. Cahaya lampu neon kafe yang menyilaukan seakan merefleksikan kekecewaan yang mendalam di hati Ayana. Aroma kopi dan kue yang tercium di udara terasa hambar, tak lagi menyenangkan seperti biasanya. Ayana berjalan cepat, berusaha menenangkan debar jantungnya yang tak menentu.

Dan sial nya ketika dia hendak berjalan ke arah parkiran seorang perempuan berambut pirang berdiri tepat di samping mobil Miguel. Ayana berusaha untuk tidak menampilkan wajah terkejut nya, dia mencoba untuk biasa-biasa saja lalu berjalan melewati gadis itu. Karena mobil nya terparkir di belakang mobil Miguel.

Ayana mencoba untuk tetap menjalankan hidup nya seperti biasa, penuh rasa syukur dan juga bahagia. Karena Ayana yakin, masih ada cinta lain nya yang menanti dia. Ayana tidak menyalahkan pertemuan nya dengan Miguel, meskipun berakhir sangat menyakitkan tapi Ayana pernah merasa bahagia karena Miguel.

Lembaran baru akan dimulai melalui bab berikut nya, Ayana sangat berharap jika kehidupan nya akan tetap baik-baik saja tanpa ada sosok Miguel disisi nya.

To be continued

Ayana, Miguel era

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayana, Miguel era

Minta tolong 🙏 kasih vote dan komentar dong.

Meeting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang