Chapter 15: Sang Pahlawan

46 12 3
                                    

Kedua tangan Chaeyoung masih terasa gemetar saat ia mencuci tangannya di wastafel yang ada di toilet dekat ruang IGD. Hampir 1 jam lamanya ia bersama beberapa dokter serta para perawat lainnya menangani pasien-pasien kecelakaan beruntun yang belum lama ini terjadi. Bayangan luka yang menganga lebar hingga aroma darah segar masih belum bisa ia lupakan, sesekali masih membuatnya mual meskipun ini bukanlah pertama kalinya ia menangani pasien kecelakaan. Mungkin butuh beberapa tahun lagi agar ia sudah terbiasa dengan pekerjaannya.

Ia memutar kepala keran wastafel sehingga air tidak lagi mengalir, lalu kedua matanya mengarah pada pantulan cermin di depannya. Wajah gadis itu tampak agak pucat dan ia baru menyadarinya, kalau diingat lagi sepertinya ia masih terlihat sehat saat masih pergi kencan dengan 'calon suaminya' tadi. Ah, pria itu, Chaeyoung belum mengabarinya lagi setelah perpisahan mereka di lobi rumah sakit. Ia merasa sedikit tidak enak karena kencan mereka langsung berakhir karena ada keadaan darurat di IGD.

"Mungkin sebaiknya aku meneleponnya saja," gumam Chaeyoung yang sedang bermonolog.

Gadis itu melangkah keluar dari toilet sambil mencari kontak pria itu di ponselnya tersebut. Begitu ia berhasil menemukan kontak pria itu, tanpa sedikit pun keraguan ia langsung menghubunginya. Cukup lama suara dering telepon berbunyi dari seberang sana, tapi pria itu tak juga mengangkat telepon darinya meskipun ia sudah mengulang kegiatan tersebut sebanyak tiga kali. Chaeyoung menatap ponselnya heran, apa pria itu sedang sibuk sekarang?

Berpikir ulang, mungkin sebaiknya ia mengirimkan pesan saja karena khawatir apabila telepon darinya dapat mengganggu aktivitas pria itu sekarang. Sembari melangkahkan kedua kakinya kembali ke ruang IGD, Chaeyoung mulai sibuk mengetik pesan untuk dikirim kepada pria itu dan tampak jelas senyuman mulai mengembang di bibirnya kala mengingat kencan mereka tadi. Meskipun mungkin masih terlalu jauh berharap pria itu sudah jatuh cinta padanya, paling tidak Chaeyoung tak lagi melihat ekspresi memberengut di wajah tampan itu.

"Aduh!"

Chaeyoung refleks merintih saat tak sengaja ia menabrak punggung seseorang yang berdiri tepat di depan ruang IGD. Dalam hati ia sudah mengumpat kesal karena orang itu berdiri di tempat yang biasa dipakai orang lain untuk berlalu-lalang di ruang IGD—meskipun dirinya juga salah karena berjalan tanpa melihat ke depan. Sebenarnya orang ini ingin masuk ke dalam atau tidak, sih? Tampaknya pria itu sedang mencari seseorang di ruang IGD.

Namun, perlahan-lahan rasa kesal yang Chaeyoung rasakan mulai sirna begitu sosok tersebut berbalik dan menatap tajam ke arahnya. Tatapan yang membuatnya merasa terintimidasi. Untuk beberapa saat Chaeyoung lupa pada niatnya untuk menegur orang itu sekaligus meminta maaf karena ia tidak hati-hati saat sedang berjalan. Tanpa disadari oleh Chaeyoung kalau pria itu tertegun menatap kehadirannya dalam jarak sedekat ini.

"Ah! Di sini kau rupanya!" sapaan itu membuat Chaeyoung maupun sosok pria itu terkesiap. Chaeyoung menoleh ke sumber suara dan melihat sosok dr. Yang menghampiri mereka. Pria paruh baya itu tidak menyadari keberadaan Chaeyoung karena terlalu fokus pada pria yang tadi ditabraknya. "Kupikir kau sudah pergi ke parkiran mobil."

"Seharusnya," balas pria itu singkat sebelum memberi kode mata pada dr. Yang ke arah Chaeyoung.

"Hm?" dr. Yang mengangkat sebelah alisnya sebelum mengikuti arah pandangan pria itu ke arah Chaeyoung. Seketika senyuman lebar terlihat di wajah penuh kerutan tersebut. "Oh, ternyata ada kau di sini, dr. Park."

"Selamat siang, dr. Yang," Chaeyoung membungkuk sopan ke arah dokter seniornya tersebut. "Lama tidak bertemu. Kudengar Anda sempat di luar kota untuk tugas perbantuan."

"Begitulah," jawab dr. Yang sebelum memahami situasi di sini. Dengan penuh semangat, dr. Yang kembali bicara. "Omong-omong, ada yang ingin kukenalkan kepadamu, dr. Park. Pria ini adalah—"

SOGAETING [Ebook] ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang