PADAMU, YANG MENCINTAIKU

14 1 0
                                    


Pagi yang cerah dihiasi awan berwarna putih serta langit yang berwarna biru terang. Raquel tengah menghirup udara segar di taman sambil mengayunkan kedua kakinya, hari ini adalah hari Minggu setiap Minggu Raquel selalu Jogging di taman yang tidak jauh dari rumahnya.

Biasanya Raquel selalu di temani oleh Galen meskipun jarang berinteraksi, tetapi hari ini ia sendirian karena Galen belum pulang dari luar kota.

Sesekali Raquel memandangi langit luas ini tak lupa helaan nafas yang selalu ia keluarkan. Raquel jadi penasaran bagaimana sosok seorang ibu yang melahirkan dirinya, dari kecil hingga besar ia belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang ibu.

Ibunda Raquel meninggal saat tengah melahirkan dirinya, makanannya papa nya sangat membenci dirinya karena hal itu. Padahal Raquel juga tidak pernah minta untuk di lahirkan kalau hidupnya saja harus seperti ini di benci oleh papa kandung nya sendiri.

Mendadak Raquel menjadi melow mengingat semuanya, mengingat perlakuan papanya yang selalu marah marah padanya, selalu memukulnya saat Galen tidak ada, hal sepele saja selalu di besar besarkan oleh papanya.

"Ma.. Aqel ingin tahu seperti apa sosok mama" Ucap Raquel bermonolog sambil menatap ke arah langit.

"Kenapa papa begitu benci sama Aqel, apa benar Aqel penyebab kematian mama" Katanya Lagi

"Gak Aqel, mama meninggal bukan gara gara kamu"

Raquel langsung mengalihkan pandangannya kearah dimana datangnya sumber suara tersebut. Ternyata itu Galen yang sudah rapi dengan pakaian olahraga nya.

Raquel melirik Galen sekilas, kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah lain.

Galen tersenyum getir, ia melangkahkan kakinya lalu duduk di samping Adiknya.

"Aqel masih benci ke Abang?!" Tanya Galen sebab Raquel tidak menatap dirinya sama sekali.

"Apa sebenarnya yang membuat Aqel benci ke Abang?" Tanya Galen lagi.

Raquel menelan ludahnya, dadanya terasa sesak saat Galen menanyakan perihal dirinya yang membenci Galen.

"Abang harus gimana biar Aqel mau kayak dulu lagi, ngikutin Abang kemanapun Abang mau pergi. Abang kangen Aqel yang dulu" Ucap Galen dengan suara lirih sambil mengingat perlakuan adiknya.

Raquel sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, ia pun langsung memeluk Galen dengan erat. Dari situlah Raquel langsung menangis sejadi jadinya.

Galen langsung menerima pelukan itu dan mengelus kepala Raquel dengan pelan.

"Maafin Aqel bang" Ucap Raquel sambil terisak " Seharusnya Aqel  gak benci Abang, karena papa benci Aqel" Ucapnya Lagi.

"Kata siapa papa benci Aqel?" Tanya Galen.

Raquel langsung melepas pelukannya dan menatap Galen dengan mata yang sudah merah karena menangis.

"Papa selalu bicara ketus ke Aqel, gak pernah peluk Aqel, gak pernah nanyain kabar Aqel" Kata Raquel sambil mengucek hidung nya yang terasa gatal.

"Aku gak perlu bilangkan kalau papa selalu mukulin Aqel, nanti panjang urusannya " Ucap Raquel dalam hatinya.

"Mungkin papa Cape Qel, makannya beliau seperti itu" Kata Galen berusaha meyakinkan Raquel bahwa Papanya tidak mungkin membenci anaknya sendiri.

Raquel tidak menjawab lagi, ia malah kembali memeluk Galen. Karena ini adalah pelukan pertama Raquel untuk Galen.

"Ini kayaknya pertama kali Aqel peluk Abang, setelah Aqel gede" Ucap Galen Sambil tersenyum.

Raquel mengangguk dalam pelukan Galen.

"Kok Abang gak ngabarin Aqel kalau mau pulang!"

"Abang selalu ngabarin Aqel kok kalau Abang mau pulang, cuman Aqelnya aja yang gak pernah liat dan bales chat dari Abang" Kata Galen.

Padamu, Yang Mencintaiku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang