"gue gak tau harus sampai kapan gue harus nyembunyiin segalanya, gue cuman butuh sosok yang bisa nemenin gue, yang siap gue bagi semuanya ke dia..."
Semilir angin malam menerpa wajah gadis bersurai hitam legam itu, rembulan bersinar memantulkan cahaya menerangi malam yang gelap dan kosong. Nampak bulir air mata perlahan jatuh dan membasahi pipinya. Suasana hening terpecah ketika handphone gadis itu berdering
"halo?" gadis itu mengangkat telepon
"Nia lo belum tidur?" tanya seseorang di sebrang sana
"belum, emang kenapa? Tumben banget lo nelpon jam segini Fal"
"iya gue sebenernya..." Fallera menggantungkan kalimatnya, keheningan menyambut keduanya
"lo baik baik aja kan Tania?" sambungnya, nampak ke khawatiran menyelimuti Fallera.
Meskipun Fallera termasuk orang yang tidak peka dan tidak terlalu peduli dengan perasaan orang lain tapi semua itu tidak berlaku terhadap sahabat dan orang yang di sayanginya, justru Fallera akan menjadi protektif dan memiliki feeling yang bagus terhadap suasana hati orang yang berharga baginya
"santai, gue baik baik aja kok. Gue lagi belajar nih, lo ganggu aja" ujar Tania menyangkal dan mengubah nada bicaranya menjadi ceria persis seperti yang selalu dia lakukan di sekolah
"asli?" tersirat nada curiga dari Fallera
"dua rius"
"yaudah deh kalo gitu, tidur yang nyenyak Tania my bestod"
Tania hanya tersenyum
"yes, sleep well Fallera my bestod kurang akhlak"
Telepon pun berakhir, Tania menatap ponselnya, ia membuka album foto di handphone nya, mengklick foto dirinya bersama Fallera. Terlihat dua sahabat gadis yang saling merangkul dan tersenyum bahagia. Tania tersenyum kecut melihat dirinya yang berpura pura bahagia dengan senyuman palsu itu.
"maaf Fal.. Gue selalu ngerahasia in semua ini dan ngebohongin lo... Jujur gue belum bisa terbuka ke lo karena gue bener bener trauma, gue takut lo ninggalin gue seperti yang lainnya setelah tau apa rahasia yang selama ini gue tutupin dari dunia"
Jujur saja ini terlalu berat bagi Tania, dia lelah memakai topeng, dia lelah berpura pura di depan dunia. Tapi Tania sudah terlanjur mendorong dan membatasi segalanya dengan dinding yang dia bangun. Menjauhkan semua orang dari jiwa asli dirinya yang sudah terkontaminasi oleh luka, sakit, kesendirian, kegelapan dan kebencian. Tania akan tetap bertahan dengan topengnya, dia akan selalu menyembunyikan jati dirinya dibalik semua keceriaan itu, meskipun dunia memandang rendah padanya.
🐣
Seusai menelpon sahabat nya, Fallera merebahkan dirinya ke ranjang, ia menghela nafas panjang
"mah... Pah.. Kenapa kalian malah menghancurkan keluarga kita yang cemara ini? Kenapa kalian egois? Kalian udah gak sayang Alen ya?" Fallera bermonolog sembari menatap langit langit kamarnya
Gadis tomboy yang biasanya kuat dan tangguh di hadapan orang kini menjadi lemah, rentan, tak berdaya dan sangat putus asa. Gadis bermanik coklat itu memejamkan matanya lelah, terputar kembali kenangan dimana malam yang tenang, dia yang sedang berbincang dan bercanda dengan sang ibu tiba tiba di kaget kan dengan kepala keluarga yang pulang dari kantornya sambil membawa seorang wanita
Fallera sangat sakit dan terluka ketika papah nya sendiri secara terang terangan menceraikan sang istri dan mengusir istrinya, Fallera tidak tau apa yang sebenarnya menjadi akar dari permasalahan , dia tidak tau kenapa papah nya begitu membenci mamah nya. Fallera tidak memiliki daya dan kekuatan untuk melerai kedua pasangan yang saling membentak dan berteriak itu, mengingat Fallera saat itu masih berusia tujuh tahun. Fallera hanya seorang anak yang tidak tau apa apa dan masih memiliki pikiran yang polos.
Fallera ingat saat dimana mamahnya pergi dengan amarah dan tangisan meninggalkan Fallera saat itu juga, Fallera depresi karena semua konflik malam itu. Bahkan dia tidak bersekolah selama dua minggu hanya untuk terapi mental dan jiwa nya.
Mata Fallera yang terpejam menitihkan air mata, kenangan itu adalah kenangan tergelap yang pernah dialami olehnya. Tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini bahkan sahabat nya sendiri, dia selalu menyembunyikan luka nya dengan menutup diri, membuat segalanya menjadi santai dan jenaka. Fallera yang pemalas, bad girl, dan arogan itu hanyalah kepribadian nya dalam menyembunyikan segalanya, begitu sempurna dan tertutup.
Gadis itu kembali membuka matanya kemudian menoleh menatap bingkai kecil di atas meja belajar, ia tersenyum kecut melihat keluarga kecil yang tersenyum penuh kebahagiaan seakan akan tak Pernah terjadi pertikaian.
"mah.. Pah.. Alen mau kita kayak dulu lagi.. Alen gak suka bunda baru, kenapa mamah ninggalin Alen sama papah? Kenapa Alen gak diajak? Bunda Dyra selalu mukul Alen... Bunda Dyra gak pernah sayang sama Alen... Alen cuma mau mamah.. Pengen dipeluk lagi sama mamah"
Sampai saat ini Fallera sama sekali tidak tau keberadaan ibu nya, seakan akan ibunya tidak pernah ada di muka bumi dan menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak.
Fallera memeluk boneka panda pemberian sang ibunda pada saat ulang tahunnya yang ke sepuluh, hanya melalui boneka itu saja ia dapat merasakan pelukan hangat dari sang ibu. Gadis itu menangis dalam diam, menahan rasa sakit hanya akibat perpecahan dari suami istri itu. Seorang anak lah yang menjadi korban dari segalanya, anaklah yang akan merasakan luka nya, gadis itu memejamkan matanya dengan air mata yang berlinang di sudut matanya.
Diam diam Fallera berdoa agar dia tidak bisa membuka matanya kembali untuk esok hari yang menyedihkan.
🐣
KAMU SEDANG MEMBACA
Meaningless Relationship
Teen FictionAku akan menjadi egois ketika segala yang kumiliki di renggut paksa. . . Rumah bukan selalu menjadi tempat kita pulang, keluarga bukan orang yang akan selalu disampingmu, teman tidaklah selalu menjadi tempat bersandar terbaik. Namun mereka lah ya...