Vote baru scroll, oke? Anak pintar..
*****
Hana mencomot cemilan yang ia beli, ia menatap film Netflix di televisi. "Udah jam empat aja, buka nggak ya kalo sekarang."
Ia berniat membeli buku untuk tugas bahasa Inggris, meski dikumpulkan minggu depan, ia butuh segera. Hana mematikan televisi, "Ada yang datang?" Mendengar motor memasuki gerbang.
Tok... Tok... Tok...
"Mbak, paket!"
Tangan Hana berhenti, ia tidak asing dengan suara itu. Suara yang hampir membuatnya muak, "Apa lagi sih dia."
Cklek!
"Selamat siang, Nona Hana."
"Berisik, pulang sana!"
"Baru sampai loh, nggak kangen apa sama mantan?" Mata Hana melotot, menoleh kanan kiri dan belakangnya.
"Gila lo, nggak usah bawa-bawa mantan. Kalo ada yang dengar gimana?" Tawa Giandra pecah.
"Orang tua lo di rumah gue," ujarnya.
Hana menyipitkan matanya tidak tau, "Emang iya?"
"Lo nggak tau? Harusnya lo tau, biar bisa ketemu gue di rumah." Mata Hana merotasi kesal.
"Terserah, ngapain lo di sini?"
Giandra menepuk jidatnya terlupakan, "Gue lupa mau ngasih ini." Ia menyerahkan buku tebal Bahasa Inggris.
Hana terpaku, bagaimana bisa cowok ini tau ia akan membeli buku ini?
"Lo nyari ini kan? Nih, gue beliin buat lo?"
Hana menggeleng, meski begitu ia menerima uluran buku tersebut. "Gue nggak minta."
Senyum Giandra melebar, "Gue kasih, gue tau lo bakal beli buku ini. Aman, ini masih bagus walau bekas kok." Giandra mengangguk meyakinkan tatapan Hana.
Cewek itu bimbang, lantas menggeleng keras. "Nggak ya! Ngapain lo kasih buku buat gue?"
"Lah, sesama teman, bro." Hana memicingkan mata, ia tidak ingin berhutang pada Giandra.
"Gue nggak mau!"
"Lo nggak ingat? Guru kita bilang cari buku ini susah, karena udah lama nggak terbit, hah?" Pancing Giandra, gadis di depannya masih menatap datar buku yang disodorkan. Pasti dia bimbang.
Giandra mengendikan bahu, "Lo nggak mau gue kasih?"
"Gue pinjemin, kalo udah selesai balikin."
Hana mengernyit, "Lo ke sini cuma mau kasih pinjam ini? Effort banget lo," cerocosnya.
"Demi lo."
"Hah?"
"Gue pinjemin, balikin ya kalo udah selesai." Giandra tersenyum, lalu berbalik. Meninggalkan Hana di pintu yang masih setengah terbuka.
Ia kenal sekali dengan sifat Hana, maka...
"Kalo gitu mampir, buruan sebelum berubah pikiran."Senyum Giandra melebar, ia berbalik badan. "Nggak ah, dimarahin mulu. Padahal niat gue baik," keluhnya.
Mata Hana melotot, "Masuk sekarang!"
*****
Hana kini berdiri di samping Giandra, mengamati cowok itu yang tengah sibuk dengan masakannya. "Kok lo nggak drive thru apa gofood gitu?"
"Ya orang belum inget makan, sibuk Netflix gue."
"Bukannya lo ada pembantu ya?"
"Mbak lagi pergi pulang kampung, dari kemarin sampai minggu depan...— KENAPA GUE CERITA SIH?!" Hana menghentakkan kakinya mendengar tawa Giandra, melangkah menjauh duduk di ruang TV.
Cowok itu memilih memasak, dari pada duduk diam setelah tau bahwa Hana belum makan siang. "Tau gitu nggak gue izinin masuk," ucap Hana menghidupkan TV kembali.
"Nyesel lo?"
Cowok itu menyodorkan semangkuk sup hangat dengan nasi, "Nggak ada daun bawang, lo nggak suka kan?"
Hana terdiam, lantas menerima saat angin menerpa aroma lezat ke wajahnya. "Buat lo?" Hana mengernyit saat tau hanya ada satu mangkuk.
"Buat lo aja, gue udah makan bareng orang rumah. Lagian, masa Tante Cika nggak kasih anaknya makan, sih?"
"Dikasih tau, gue yang lupa."
"Gui ying lipi, gitu aja terus. Kalo sakit, senang kan lo gue jenguk."
"Najis!"
Hana menyeruput kuah, hangat menjalar ke seluruh tubuh. Ini sup ayam paling enak selama ia merasakan, "Lo bisa masak?" tanya Hana.
Giandra tersenyum, "Habisin."
Hana diam, tangan Giandra sibuk mengubah chanel televisi. "Lo bisa masak?" tanya Hana mengulangi.
"Mama Papa suka keluar kota, Bibi pulang kalo sore. Gue biasanya sendiri kalo malam." Giandra sibuk menonton televisi.
Hana bangkit hendak meletakkan mangkuk bersih tak tersisa, ia tidak bohong jika masakan Giandra sungguh lezat. Entah ia kelaparan, apa memang enak.
"Masih lapar?"
Kepala Hana menoleh cepat ke meja makan, cowok itu sudah berpindah. "Nggak sopan banget jadi tamu."
Giandra mencibir, "Yang punya rumah aja nggak sopan."
"Udah, pulang sana."
Giandra tersenyum, mengamati Hana mencuci mangkuk yang barusan di gunakan. "Lo bisa pekerjaan rumah?"
"Mentang-mentang anak perusahaan Briando, dikira gue malas."
Giandra bangkit, melangkah sedikit-sedikit menuju Hana yang membelakanginya. Satu meter lagi, ia menatap punggung dan bahu Hana yang dulu pernah ia rangkul. Bohong jika ia tidak rindu. "Pul—"
Mata Giandra menyipit, kepalanya menoleh ke kanan sedikit. Sedangkan Hana sudah melotot, jaraknya dengan Giandra membuat dadanya susah bernafas. Rasanya ia berdegup kencang.
"Lo nggak kangen gue?"
Hana sadar, ia mendorong dada Giandra keras membuatnya mundur beberapa langkah. Ia menggerutu, "Nggak, kangen sama lo itu sia-sia."
Hana melangkah meletakkan mangkuk ke rak, "Sana, udah selesai bertamu lo. Bukunya gue balikin kalo selesai." Hana mendorong punggung Giandra cepat ke ruang tengah.
Ia tidak ingin cowok itu tau, bahwa ia masih bisa tersipu dengan Giandra.
"Kenapa sih, cewek jutek amat."
"Lo sendiri yang buat begini, sana pulang, gue mau tidur."
Giandra menarik pergelangan tangan Hana, "Kalo kangen bilang ya, gue siap bawa lo keliling dunia."
"Cih, mulut lelaki. Pulang lo!"
Tawa Giandra terbit, "Iya deh. Pulang ya," ujar Giandra menjauhi pintu utama. Hana menutup pintu cepat-cepat. Ia meletakkan tangannya ke dada.
Jantungnya tidak aman.
"Di YouTube ada tutorial move on nggak ya?"
*****
Lagi capek, cuma bisa hahahuhu!😔
Kalian jangan lupa komen, vote, dan follow ya. See u babay!
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mantan [continue]
Romance[iamgigi_] 🚫𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐀𝐍𝐓𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄🚫 "Putus itu pilihan kan? Kalo balikan?" Nb. Konflik ringan, silahkan dicoba dulu kakak, dan hati-hati gigi kering nih ") ~o0o~ "Lama banget, katanya cuma nyamperin Giandra?" tanya Gerba saat mel...