Asher dan Callum berjalan beriringan di sepanjang lorong yang lantainya terbuat dari marmer berkilau, memantulkan cahaya lembut dari lampu gantung kristal di atas kepala mereka. Langkah mereka menggema lembut di sepanjang lorong yang tenang. Ketika mereka tiba di depan sebuah pintu kayu berukir, Callum tanpa ragu memutar kenopnya dan membuka pintu itu.
Asher berhenti di ambang pintu, terpana melihat ruangan yang terasa penuh kenangan pribadi. Meja tulis dengan laptop lama di pojok, rak buku penuh dengan buku tebal, dan tempat tidur sederhana namun nyaman.
Sambil mengamati setiap detail, Dia tersenyum tipis sebelum menoleh ke Callum dan bertanya, "Ini kamar kamu waktu kecil, ya?" Suaranya terdengar lembut, penuh rasa ingin tahu, seolah ia bisa merasakan sisa-sisa masa kecil Callum di setiap sudut ruangan.
Callum tersenyum dan mengangguk. "Iya, ini kamar aku dari SD sampai lulus kuliah."
"Dari SD? Kok nggak ada mainan?" Asher bertanya, matanya masih menyusuri setiap sudut ruangan.
Callum terkekeh. "Mainan-mainan aku sudah didonasikan ke panti waktu aku remaja."
Asher mengangguk, sekarang mengerti. "Oh, gitu..."
Setelah beberapa saat, Asher menoleh lagi, penasaran. "Dulu waktu SMA, kamu sekolah di mana?"
Callum menatap Asher sejenak sebelum menjawab dengan nada santai, "Aku sekolah di sekolah swasta, yang cukup terkenal di kota ini."
Asher terkejut mendengar jawabannya. "Oh sekolah swasta yang deket bunderan itu ya? Gak heran sih," gumamnya, sedikit takjub. Dalam pikirannya, Asher membayangkan lingkungan yang elit dan eksklusif, berbeda jauh dari sekolah biasa yang dia kenal.
Asher berjalan ke arah kasur yang masih tertata rapi, seolah tak ada yang pernah tidur di sana. Ia duduk di tepiannya, mengamati sekeliling kamar dengan rasa ingin tahu yang masih menggelayut. "Kalau seragam sekolah swasta kamu tuh beda atau sama kayak sekolah negeri?" tanyanya, sambil menyentuh ujung selimut yang terlihat bersih.
Callum mengangkat alis, berpikir sejenak. "Beda, kayaknya? Emang seragam sekolah negeri seperti apa?"
Asher terkekeh kecil. "Ya, biasanya kemeja putih sama celana abu-abu, standar gitu deh."
Callum tersenyum, mengingat masa sekolahnya. "Seragam SMA-ku masih ada, kayaknya. Bentar, aku ambil."
Tanpa menunggu jawaban, Callum berjalan ke sudut kamar, membuka lemari dan mulai menarik laci paling bawah. Di sana, tersimpan rapi di antara pakaian lamanya, ada seragam SMA yang terlihat masih terawat dengan baik, meski sudah bertahun-tahun berlalu.
Callum berjalan kembali ke arah Asher, menyerahkannya dengan senyum kecil. Seragam itu terlihat elegan, seperti seragam sekolah di Korea—blazer hitam, kemeja putih, dan dasi kecil yang melengkapi kesan formal namun stylish.
Asher menerima seragam itu, matanya membesar sedikit karena kaget. "Wah, seragam kamu keren banget... kayak seragam di drama Korea."
Callum tertawa pelan, lalu tiba-tiba muncul ide di kepalanya. "Sayang, kamu coba pakai, deh. Aku penasaran pengen lihat kamu pakai seragam ini," katanya sambil menyeringai penuh harap.
Asher mengerutkan kening, ragu sejenak. "Hah? Badan aku gede, woi. Pasti nggak muat," Asher merasa tidak mungkin bisa masuk ke dalam seragam yang jelas dibuat untuk tubuh Callum saat remaja.
Callum tersenyum lebar, tidak menyerah. "Nggak apa-apa. Coba aja dulu, siapa tahu muat. Aku pengen banget lihat kamu pakai ini, pasti lucu." Matanya berbinar penuh antusiasme, jelas menikmati momen itu.
Asher mencoba menolak lagi, menggeleng pelan. "Ah, serius deh, Callum. Ini nggak bakal muat. Apalagi sekarang—" Ia menunjuk perutnya yang mulai sedikit membuncit. "Lagi hamil juga, kamu tahu kan?"
Tapi Callum hanya tertawa dan terus mendesak. "Ayo, coba aja dulu. Nggak usah mikir panjang. Kalau nggak muat, ya udah. Tapi aku pengen lihat kamu pakai seragam ini, please!" Callum memandang Asher dengan mata memohon, jelas nggak mau menyerah.
Asher menghela napas, sudah hampir kehabisan alasan. "Ya ampun, Callum..." gumamnya, lalu berdiri dan meraih seragam itu. "Oke, oke, aku coba. Tapi kalau nggak muat, jangan marah!"
Sambil membawa seragam, Asher berjalan ke arah kamar mandi yang ada di dalam kamar. Sebelum masuk, ia menoleh ke Callum dengan tatapan mengancam bercanda. "Tapi jangan ngintip, loh ya!"
Callum hanya tertawa lebih keras, mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah. "Nggak bakal, janji!"
Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka perlahan, dan Asher keluar dengan wajah merah padam. Seragam itu ternyata pas di tubuhnya, menempel di setiap lekukan, membuatnya terlihat seperti anak SMA sungguhan. Blazer yang sedikit ketat dan rok yang menggantung di paha menambah kesan lucu dan tidak terduga, sementara dasi kecil menggantung sempurna di lehernya.
Asher menunduk sedikit, jelas malu. "Ya ampun, Callum, ini sempit banget. Aku kelihatan kayak anak SMA beneran..." gumamnya, sambil menarik-narik blazer yang terasa ketat di bahunya.
Callum yang duduk di tepi tempat tidur, terdiam sejenak, menatap Asher dari ujung kepala sampai kaki dengan tatapan yang jelas-jelas penuh kekaguman... dan sedikit senyum mesum yang tak bisa ia tahan. "Wow... kamu benar-benar... terlihat manis, Asher." Callum tersenyum lebar, matanya berbinar penuh godaan.
Asher melotot ke arah Callum, merasa tatapan itu terlalu intens. "Callum! Jangan liatin kayak gitu!" protesnya, merasa semakin malu.
Callum berdiri dan dengan cepat menghampiri Asher, mendekatkan diri hingga jarak mereka hanya beberapa inci. Ia mencondongkan tubuhnya dan berbisik pelan di telinga Asher, suaranya dalam dan menggoda. "Aduh, gimana nih, Ash. Aku jadi terangsang… tanggung jawab, dong."
Asher langsung tersentak, wajahnya semakin memerah, refleks memukul dada Callum dengan pukulan kecil namun penuh protes. "MESUM BANGET, SIH?!" serunya, setengah marah dan setengah malu, sementara Callum hanya tertawa, menikmati reaksi Asher yang ia anggap semakin menggemaskan.
Callum dengan senyum iseng menangkup kedua pipi Asher. "Hmm, rasanya seperti jadi guru dan murid, ya." Ia mencubit pipi Asher dengan lembut. "Kita bisa main roleplay, kamu jadi murid nakal yang dihukum sama gurunya, dan aku gurunya.
Asher langsung merona, wajahnya memerah. "Nih om-om mesum banget! Jangan lupa, aku lagi hamil anak kamu!"
Callum pura-pura cemberut, mengerucutkan bibirnya. "Yah, kalau gitu.... hisap punyaku aja."
Lanjutannya sesuai pikiran masing-masing 😁 sorry baru bisa update, real life gw lagi chaos + banyak masalah, doain semoga masalahnya cepet selesai 😓
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip (BL, END)
Teen FictionAsher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum. Tanpa sepengetahuan Asher, Callum ma...