Sore itu setelah pulang dari danau, Nata tidak langsung mengantarku ke rumah. Di atas motor besarnya aku memeluk Nata erat. Warna jingga sedikitnya menghiasi langit sehingga mendukung suasana kami. Motor berbelok ke arah taman kota karena kalau sore hari suasana di sana ramai.
Ternyata benar.
Kebanyakan di sana adalah keluarga dan pasangan muda. Mungkin kalau kami termasuk ke dalam jajaran sahabat tapi mesra.
"Tunggu di sini sebentar yaa?"
Aku mengangguk, setelah memarkirkan motornya Nata berjalan menghampiri penjual eskrim dengan harga lima ribu di sebrang sana. Melihat bagaimana dia menyebrang dengan hati-hati, kemudian ikut mengantri bersama anak kecil, dan pada saat tiba gilirannya Nata menunjuk eskrim mana yang dia inginkan. Terlihat lucu untuk ukuran orang seperti Nata yang serius tapi dia selalu santai. Melihat bagaimana bentuk tubuhnya sangat jauh sekali dengan anak-anak di sekelilingnya, membuatku mau tidak mau tersenyum.
Setelah selesai, Nata kembali menyebrang. Aku memperhatikan setiap ekspresi wajahnya. Keningnya mengerut membuat kedua alis tebal itu berdekatan, kepalanya melihat ke arah kanan dan kiri, di rasa sudah aman Nata mulai menyebrang. Pada saat itu tatapan kami bertemu, dan dalam hitungan detik senyumnya langsung terkembang.
Aku ingin meskipun ada ribuan orang di sekitarnya, tatapan Nata hanya boleh tertuju padaku.
Katakanlah aku egois kalau menyangkut soal Nata.
"Ini." Nata menyerahkan eskrim rasa strawberry kepadaku, tapi aku mengambil rasa coklat.
"Mau nya yang ini." Kata ku dengan kerlingan mata jahil membuat ekspresi Nata berubah datar.
"Kalo tahu gitu, beli rasa coklatnya dua."
Hal kecil dari Nata yang aku tahu adalah dia suka coklat, apapun itu asal coklat dia pasti suka. Berbeda denganku, semuanya aku suka kecuali matcha.
"Tapi saat ini aku mau coklat."
"Kenapa gak tanya dulu tadi aku maunya apa?" Lanjut ku.
"Biasanya kamu suka strawberry, Sarah."
Kedua alisnya kembali menukik tanda kalau apapun yang dia inginkan harus terkabul.
"Tapi. Saat. Ini. Aku. Mau. Coklat. Nata." Kata ku, memberi setiap penekanan pada kalimatnya.
"Tapi Nata sukanya coklat, Sarah."
Aku terdiam dengan pipi merah ketika Nata menjawab menyebut namanya langsung. Seperti gemas? Ingin menyubit? Atau mengurungnya dalam karung?
"Ih!"
"Yaudah ini—ini."
Eskrim coklat itu hampir meleleh di tanganku, begitu juga dengan eskrim strawberry di tangan Nata.
Nata terdiam, membuatku juga ikut diam.
"Tidak buruk juga." Kata Nata mulai melahap eskrim strawberry nya. Dia berjalan mendahului ku dengan santai.
Dia marah?
"Nata!"
"Aku cuma bercanda tadi." Aku mengejar Nata dengan tangan yang sudah terkena lelehan eskrim.
"Nata!"
Langkah Nata yang tiba-tiba berhenti, membuatku hampir saja menabrak punggung lebarnya. Nata berbalik, tanpa ekspresi dia menatapku.
Aku terdiam, sadar kalau bercandaan tadi sudah melewati batas. Seharusnya aku berterima kasih pada Nata karena usahanya untuk mendapatkan eskrim. Tapi dengan bodohnya tadi aku malah mempermainkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Whitout You (SUDAH TERBIT DI TEORI KATA PUBLISHING)
Teen FictionBagi sebagian orang mungkin memang benar kalau sebaik-baiknya tempat pulang adalah rumah yang berisikan keluarga yang hangat. Sejauh apapun kedua kaki melangkah, pada akhirnya kita akan kembali ke rumah. Rumah yang harusnya menjadi tempat berkeluh k...