Jam sebelas malam, Gamaliel terduduk sambil melamun di sofa ruang tamu. Bastian sudah tidur, namun dia sama sekali tidak bisa tidur karena dirinya sudah tidur selama beberapa jam tadi siang.
Sedangkan Mike, daddy nya itu sama sekali belum pulang dari kantor. Dia merasa sedikit khawatir, walaupun memang sudah biasa sang Daddy pulang larut malam, namun karena kali ini dia terjaga dari tidurnya, dia menjadi khawatir dan memutuskan untuk tidur setelah sang Daddy pulang saja.
Setengah jam telah berlalu, akhirnya sang Daddy pun pulang, membuatnya tersenyum manis.
Terlihat sang Daddy memasuki mansion dengan keadaan yang berantakan, rambut yang acak-acakan, serta jas yang sudah berada di lengannya, menyisakan kameja putih dan dasi yang sudah bengkok terpasang dikerah kameja sang daddy.
"Dad, mau aku bantu?" Tawar Gamaliel, dia memberanikan diri karena melihat sang Daddy yang sepertinya kelelahan.
"Buatkan teh hangat," Gamaliel tersenyum manis kala tawarannya diterima, membuatnya segera melaksanakan perintah sang Daddy.
Saat tiba didapur, Gamaliel menjadi sedikit bingung sekarang. "Gulanya berapa sendok, ya? Daddy bilang tadi kan cuman teh hangat, nggak bilang teh nya manis atau enggak!" Monolognya.
"Teh manis aja deh, nanti kalo salah, balik lagi buat bikin yang baru!" Sambungnya, kemudian mulai membuatkan teh untuk sang Daddy.
🐾🐾🐾🐾🐾🐾🐾
Tok!
Tok!
Tok!
Gamaliel mengetuk pintu kamar sang daddy, sambil sebelah tangannya memegang gelas teh.
Tok!
Tok!
"Dad, ini tehnya!" Ujar Gamaliel dengan suara yang agak keras, namun masih tidak ada sahutan dari dalam sana.
Gamaliel memutar gagang pintu, "belum dikunci," gumamnya, "apa aku masuk aja ya?" Gamaliel berpikir sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk masuk saja, dimarahi atau tidak akan dia pikirkan belakangan.
Ceklek.
"Tidur..." Gumamnya, sambil melihat sang Daddy yang masih dengan pakaiannya yang tadi, terbaring ditempat tidur dengan sepatu yang masih terpakai.
Kamar sang Daddy terlihat lebih besar daripada kamar kakaknya, terlihat sangat mewah dan elegan. Didinding yang menjadi tempat sandaran tempat tidur sang Daddy, ada sebuah foto dengan ukuran yang besar, dimana disana ada sang daddy, mendiang ibu tirinya, dan juga kakak tirinya, Bastian.
"Capek banget kayaknya," Gamaliel berjalan ke arah nakas dan meletakkan teh hangat itu disana.
"Em dad, aku minta izin pegang sepatu Daddy ya!" Ucap Gamaliel kemudian membungkukkan badannya didepan kaki sang daddy yang menjuntai dilantai, dan membuka sepatu Daddy nya itu.
Setelah selesai dia berdiri, berniat ingin memperbaiki posisi tidur sang Daddy, agar terasa nyaman.
"Maaf ..." Gumamnya, kemudian mulai menyentuh tubuh Daddynya, namun dahinya berkerut ketika merasakan sesuatu.
"Daddy demam?" Tanyanya sambil mengecek suhu tubuh sang Daddy dengan punggung tangannya.
Gamaliel menatap senduh ke arah sang Daddy, "Daddy jangan paksain buat kerja kalo sakit, aku sedih kalo daddy sakit kayak gini..." Entah keberanian dari mana, yang membuat Gamaliel sampai bisa membelai rahang tegas sang Daddy.
Pemuda itu kemudian keluar dari dalam kamar sang daddy, dia berjalan ke arah lift untuk turun ke lantai bawah.
Berbeda dengan kamarnya yang berada digudang lama mansion yang sudah tidak terpakai lagi di lantai satu, kamar kakak dan Daddy nya berada dilantai lima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Son Of A Murderer
Fiksi RemajaCERITA INI HANYA TERDAPAT DALAM APLIKASI INI. JIKA ADA YANG MENEMUKAN YANG SERUPA DI APLIKASI LAIN, TOLONG LAPORKAN KEPADA SAYA. Peristiwa masa lalu yang tidak diketahui bagaimana kejelasannya, membuat Gamaliel hidup dengan title ' anak dari seorang...