Pemilihan

10 0 0
                                    

Ketegangan memenuhi ruangan saat semua mata tertuju pada Althaf. Jantungnya berdebar kencang, tetapi dia tahu dengan pasti siapa yang ingin dia pilih. Dia melangkah maju, napasnya dalam dan mantap.

"Saya memilih Ilham, sang Petir, sebagai pembimbing saya!" teriak Althaf dengan suara yang penuh keyakinan. Keputusan ini membuat suasana hening sejenak, semua pejuang dan pemimpin Akademi tampak terkejut, termasuk Nior yang kebingungan.

"Ilham?" suara pemimpin Akademi mengalun lembut namun penuh ketegangan. "Kau tahu apa yang kau pilih, Althaf? Ilham adalah sosok yang jarang terlibat dalam urusan Akademi dan memiliki sikap yang sangat dingin."

Ilham, berdiri di tengah, menatap Althaf dengan tatapan tajam, menyiratkan kebingungan yang mendalam. "Mengapa kau memilih aku?" tanyanya, suaranya tidak lebih dari bisikan petir yang lembut, namun penuh ketegangan. "Aku jarang berbicara dengan siapapun, dan biasanya aku tidak mau punya didikan. Kenapa kau memilihku, Althaf?"

Semua pejuang Spesial menahan napas, menunggu jawaban Althaf.

"Karena... karena kamu adalah orang yang melindungiku di desaku dari kegelapan! Kamu merekomendasikan aku untuk datang ke Akademi Nexus ini! Aku ingin belajar darimu, Ilham!" jawab Althaf dengan penuh semangat, tatapannya tajam dan penuh harapan.

Kata-kata Althaf menggema di dalam ruangan, dan suasana kembali hening. Momen itu seolah mengikat semua yang hadir dalam satu kesatuan rasa saling menghormati dan memahami. Semua tahu betapa langkanya bagi Ilham untuk terlibat dengan para pejuang muda, apalagi sebagai pembimbing.

"Ini adalah langkah yang berani," kata Nior, masih terkejut. "Tapi Althaf, kau pasti tahu bahwa Ilham...."

"Dia memiliki kekuatan luar biasa," Althaf memotong. "Aku merasa bisa belajar banyak darinya. Dan aku percaya, dia akan membantuku menemukan kekuatanku."

Suara derap langkah dan bisikan mulai terdengar di antara para pejuang Spesial.

"Tidak banyak yang berani memilih Ilham," kata Yudan, sang Api, sambil tersenyum lebar. "Tapi jika ada yang bisa memahami kekuatannya, mungkin itu Althaf."

"Dia punya semangat yang kuat, Ilham," tambah Asahy, sang Air. "Semoga kau bisa membimbingnya dengan baik."

"Jangan lupa, Althaf," Rian, sang Batu, berkata sambil menekankan kata-katanya. "Ilham bukan hanya sekadar pembimbing, dia juga akan mengujimu dengan cara yang mungkin tidak kau harapkan."

"Pilihlah jalanmu dengan bijaksana," kata Shafira, sang Bunga, dengan nada lembut. "Kau harus siap menghadapi segala tantangan."

Semua pandangan kini beralih kembali kepada Ilham, yang tampak terkejut dan merenung. Tak terduga, ada sedikit kerinduan dalam tatapannya, seolah mengingat kembali kenangan masa lalu bersama sahabatnya, Evan sang Tendangan Petir dan Nopla sang Pendeteksi Musuh, yang selalu bersamanya dalam setiap pertempuran.

"Baiklah," Ilham akhirnya berbicara, suaranya tenang namun tegas. "Aku menerima pilihanmu, Althaf. Siapkan dirimu, karena jalan yang kau pilih tidak akan mudah. Jika kau ingin menjadi kuat, kita akan menghadapi segala tantangan bersama."

"Terima kasih, Ilham!" Althaf berseru, rasa lega dan semangat mengalir di dalam dirinya. Dia merasakan ikatan baru yang terbentuk di antara mereka, yang akan membawanya ke petualangan yang menegangkan dan penuh tantangan.

"Dengan keputusan ini, perjalananmu telah dimulai, Althaf," suara pemimpin Akademi kembali berbicara, "Kau telah menunjukkan keberanian yang langka. Sekarang, bersiaplah untuk melangkah ke dalam dunia yang penuh dengan kekuatan dan tantangan. Kita akan melihat seberapa jauh kau bisa pergi."

Semua pejuang Spesial mengangguk, menyadari bahwa Althaf baru saja memasuki babak baru dalam hidupnya—di mana keberanian dan kekuatan akan diuji, dan di mana persahabatan dan kepercayaan akan menjadi kunci utama untuk mengatasi segala rintangan yang menghadang. Dengan langkah mantap dan tekad membara, Althaf siap menghadapi apa pun yang akan datang.

Dunia yang berdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang