1

4 1 0
                                    

"Dengan ini menyatakan kasus Huma ditutup"

Tok
Tok
Tok

Hima terdiam, pikirannya melayang dan telinganya hanya mendengar suara nyaring. Suasana di ruangan pengadilan ini sangat ramai, keluarga korban yang tidak terima karena pelaku bebas begitu saja sedangkan mendiang Huma baru di makamkan setelah seminggu ditahan untuk di otopsi

Kakak nya Hima, alias ibu dari mendiang Huma pingsan

"Kak.. kakak!!" Hima menangis, tak ada yang bisa dia lakukan. Dia jadi teringat kenangan saat bersama Huma

"Kak Hima~" panggil Huma dengan ceria

"Panggil bibi"

"Gak ah, kita cuma beda enam tahun kok kenapa harus panggil bibi, kak Hebian aja panggil kak Hima aja kakak masa aku panggil kak Hima bibi?"

Kembali ke kenyataan, dada Hima terasa sesak, dia ingin balas dendam, tapi entah bagaimana caranya

Pelaku yang seharusnya mendapat hukuman, kini dia bebas dan kembali ke kehidupan normal. Darah Hima semakin mendidih melihat pelaku itu pergi bersama ayah dan ibu dia, tak ada rasa bersalah dimuka mereka

...

Seminggu berlalu

Tak ada yang bisa dilakukan Hima, dia sudah mencari data pelaku. Dia berasal dari keluarga konglomerat, tak mungkin melawan mereka, terlebih keluarga Hima dari kalangan bawah

Hima keluar rumah, ibunya melihat dia

"Hima? Mau kemana?"

"Aku mau keluar bentar bu"

"Yaudah, jangan lama-lama ya"

Hima naik kereta menuju ibukota, pikirannya sudah campur aduk, penyemangat hidupnya sudah tidak ada, teman cerita, teman belanja, teman curhat, teman yang tidak akan bisa Hima temukan dimanapun

Tak terasa dia sampai didepan rumah pelaku, rumah besar yang dikelilingi tembok tinggi itu membuat Hima mengerti perbedaan hidup dirinya dan pelaku

Hima melihat sekeliling, dia berniat bunuh diri disini, dia juga sudah membawa surat wasiat jika mayatnya ditemukan disini. Dia memanjat tembok itu yang menghadap ke taman rumah

Belum sampai atas, Hima ditarik kebawah oleh seseorang

"Sstt!! Saya gak jahat, ayo ikut saya" lelaki itu menutup mulut Hima dan menarik gadis itu menjauh dari tempat ini

Dia dibawa ke gang pinggir jalan

"Saya tau situasi mu sulit saat ini, makanya saya dikirim untuk mengawasi kamu" ucap lelaki itu

"Dikirim? Dikirim oleh siapa?" Tanya Hima

Lelaki itu mengeluarkan kartu nama "tuan ingin bertemu denganmu, kamu ingin balas dendam untuk keponakan kamu kan, Huma?"

"Siapa tuan mu?"

"Saya gak punya banyak waktu, mari ikut saya menemui tuan"

Hima menurut, tak ada pikiran buruk didalam kepalanya. Dia masuk ke mobil sedan hitam milik lelaki tadi. Mereka pergi ke pinggiran ibukota, masuk ke area perhutanan

Ada sebuah rumah kayu yang mewah ditengah hutan, Hima turun dari mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada sebuah rumah kayu yang mewah ditengah hutan, Hima turun dari mobil. Insting nya langsung membawa dia ke pintu utama rumah itu

"Anda sudah ditunggu tuan besar, silahkan masuk" ucap seorang pelayan perempuan membukakan pintu utama rumah

"Anda sudah ditunggu tuan besar, silahkan masuk" ucap seorang pelayan perempuan membukakan pintu utama rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Didalam rumah, terlihat sederhana, tak ada foto yang terpajang

"Himawari" suara seorang pria paruh baya dari belakang Hima

Refleks Hima memutar badannya melihat sumber suara

"Anda-" Hima terkejut, dia sering melihat pria paruh baya ini di tv, sosial media, bahkan fotonya terpajang di ruang kelasnya

"Pak presiden"

Presiden duduk di kursi

"Saya punya anak perempuan, usianya lebih tua satu tahun dari Huma" ucap presiden memulai ceritanya

"Anak? Bukankah anak-anak anda yang terekspos di media?"

"Saya punya dua anak yang gak saya publikasikan, mereka anak-anak bungsu saya"

"Satu perempuan, apa satu lagi laki-laki?"

"Iya, mereka kembar"

"Lalu dimana mereka?"

"Kakaknya yang laki-laki sekolah di SMA Bumiwangsa Abadi"

"Itu sekolah Huma"

"Iya betul"

"Lalu yang perempuan?"

"Dia juga sekolah disana, tapi sayangnya dia juga terbunuh disana"

Mata presiden tak beralih dari pandangan nya melihat pohon-pohon tinggi dari jendela

"Erlangga dan Erline tak pernah terpisahkan dari dalam kandungan, tapi setahun yang lalu, Erlangga terpisah dari adiknya. Kasusnya ditutup karena saya tak ingin masalah ini sampai terdengar di media manapun. Tapi saya ingin balas dendam ke orangnya. Kita memiliki pelaku yang sama karena Erline dan Huma mati dengan motif yang sama"

"Pelaku? Berarti pelaku yang sidang kemarin itu juga pelaku anak anda?"

"Bukan, dia cuma kambing hitam. Jadi, saya ingin kamu cari tau siapa pelaku sebenarnya. Masa jabatan saya tinggal dua tahun lagi, dan tahun depan Erlangga kelas tiga SMA, saya yakin, pelakunya seangkatan dengan Erlangga"

Presiden bangun dari duduknya dan melihat Hima

"Saya akan mendukung kamu menggunakan semua kekuasaan saya untuk kamu bisa masuk ke sekolah itu. Sebelum itu, selama setahun penuh, kamu akan belajar bela diri, saya sudah siapkan semuanya matang-matang karena saya ingin menangkap pelakunya dan membalaskan dendam anak saya"

"Tapi, bagaimana dengan keluarga saya?"

"Tenang saja, keluargamu akan terpenuhi sehari-harinya. Bawahan saya sudah bilang kalau kamu akan tinggal di ibukota dan mendapat pekerjaan disini"

"Dan satu hal pasti, saya memilihmu bukan karena sembarang, karena kamu tidak bisa terluka" lanjut presiden membuat Hima terdiam

"Udah sejauh mana pak presiden tau aku?" Batin Hima

"Saya akan jadikan kamu monster yang tak terkalahkan, disini kamu akan dilatih oleh atlet profesional"

Presiden pergi, Hima dibawa ke pusat pelatihan berada di pinggiran ibukota yang terkenal dengan preman dan kekerasan

Tak ada ketakutan di wajah Hima, yang dia pikirkan sekarang adalah balas dendam untuk keponakannya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aunt's RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang