Kejadian yang sempat mengguncang kediaman keluarga Rigandi Gani, berangsur-angsur mereda. Bersama dengan hati yang kini mulai tenang, Rila dan Riga meninggalkan kamar menemui Rayen dan Liya yang di minta berkumpul di ruang tengah guna memberi tahukan hasil dari tes DNA yang mereka lakukan.
Melihat kehadiran Liya, Rila kembali geram, hingga menatap nyalang wanita yang kembali ketakutan itu. Rila lalu meletakkan surat hasil pemeriksaan di atas meja di hadapan Rayen dan Liya.
"Itu! Surat hasil pemeriksaan mu! Di situ tertera bukan Rayen ayah dari bayi mu!"
Riga maupun Rayen kembali berjaga-jaga, takut jikalau ada lanjutan kemarahan dari Rila. Dan Liya yang sebenarnya tahu berpura-pura membuat ekspresi terkejut.
"Sa-saya nggak tahu ini" kilahnya dengan suara yang di buat se-lirih mungkin.
"BOHONG!!"
Liya yang terkejut memeluk lengan Rayen yang duduk di sebelahnya. Tapi Rayen segera melepaskan tangannya, sudah tak memiliki rasa iba lagi pada wanita yang telah membohonginya itu.
"Sekarang kamu bilang kalau kamu nggak tahu itu bukan bayi Rayen?" tanya Rila butuh jawaban yang tepat.
"Ma-maaf"
"Kenapa kamu minta maaf! Berarti kamu sudah tahu itu bukan anak Rayen kan!? Maksud kamu apa meminta pertanggung jawaban pada seseorang yang bukan ayah dari bayi yang kamu kandung!?"
Liya justru menangis dari pada menuturkan alasannya. Dan entah mengapa hati Rila tak iba sedikitpun. Hatinya telah beku untuk mengasihani wanita itu.
"Saya hanya tanya, apa susahnya kamu jawab!" lanjut Rila
"Sayang, tenang yah" sela Riga
"Tenang?... sulit mas! Dia sudah berbohong dengan ingin membebankan kesalahan orang lain pada adik ku! Lalu mencoba menarik perhatian suamiku! Istri mana yang bisa tenang!"
Tak hanya rahangnya mengetat tapi juga giginya gemeletup, dan matanya pun berkaca-kaca. Marah dan sedih menjadi satu membayangkan seseorang yang telah 8 tahun dia anggap adik itu hampir terperdaya.
Riga diam, memaklumi kemarahan sang istri, karena dia pun sebenarnya geram pada Liya.
Dan Liya yang melihat kejadian barusan, juga yang berlaku tadi di dapur, dia menyadari sudah melakukan kesalahan besar dengan berpura-pura jatuh untuk mendapatkan perhatian Riga jika tak berhasil mengelabui anak pria itu. Tapi nyatanya tindakannya itu justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Dia pun menyadari ayah dan anak di hadapannya ini tak berkutik ketika wanita berpredikat sebagai istri dan ibu sambung di hadapannya ini marah.
"Kamu pasti tahu anak siapa yang kamu kandung kan!?" lanjut Riga bertanya.
"Dion?" sela Rayen, menyebut nama kekasih lain dari Liya.
"JAWAB!!" bentak Riga amat sangat muak berlama-lama dengan wanita itu. Dan Liya segera mengangguk ki sebelum dirinya terkena masalah lagi.
"Jadi semua masalah sudah selesai. Aku dan suami ku, juga Rayen, kami sudah sepakat nggak mau lagi kamu tetap di sini setelah terbukti bukan Rayen ayah dari bayi yang kamu kandung. Jadi aku akan mengantar kamu pulang sekarang juga"
"Mas antar kalian" sela Riga menawarkan diri.
"Nggak usah mas, biar saya saja"
"Aku juga ikut, biar sekalian menjelaskan pada orang tuanya jika aku nggak ada hubungan apa-apa lagi dengan anak mereka, sekalian pulang ke kabupaten Pesawaran" sela Rayen
"Kamu naik apa?" tanya Riga
"Naik motor Yah"
"Berarti bunda mu cuma berdua sama Liya" Riga risau jika membiarkan dua wanita tersebut hanya berdua. "Bik Nur..." panggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan
RomanceApa jadinya jika sahabat karib meminta sebuah permintaan tak masuk akal sebagai permintaan terakhirnya. "Aku mohon La, menikah lah dengan ayahku" Itulah kalimat tak masuk akal dari sang kawan yang sudah seperti saudari sendiri. Rila bingung, teramat...