Bab 41. Pertemuan

369 41 15
                                    

Rila telah mengabari bik Nur jika mereka akan pulang di sore hari, sebab dia masih ingin bersama kakek dan neneknya, juga berkunjung ke makam Karen dan ibunya.

Dari sana dia berjalan-jalan ke tempat yang sering dia dan Karen kunjungi dulu, tempat di mana mereka biasa bermain di luar sebelum pulang sekolah.

Langkah Rila berjalan-jalan tanpa tujuan sembari mengenang tempat-tempat tadi di lalui nya, hingga tiba pada taman yang menyimpan banyak kenangan untuknya dengan seseorang yang spesial. Di taman dengan nama Taman Gajah itu rentetan peristiwa kenangan dirinya dengan sang mantan kekasih terlintas bagai sebuah film.

Di taman itu tempat bertemu favorit mereka, sebab mereka yang masih bersekolah kala itu dengan uang jajan seadanya tak sanggup jika harus mengunjungi tempat semisal mall maupun gedung bioskop. Kendati demikian, mereka mensyukuri karena inti dari pertemuan itu, yakni kebersamaan mereka.

Rila tersenyum-senyum sendiri tatkala dia melihat bayangan dirinya bercakap-cakap lelucon hingga berbagi humor dengan sang mantan.

Hingga kini dia masih mengingat dengan jelas kenangan mereka. Bukan untuk memulai kembali, tapi sekedar tak melupakan dia yang pernah mengisi hatinya dengan cinta, dan hari-harinya dengan kebahagiaan.

Tak bisa berlama-lama di sana, selain matahari yang terik, juga Rila merasa tak seharusnya dia menyegarkan ingatan akan hal lampau bersama seseorang yang tak seharusnya dia ingat lagi. Dia dan sang mantan berpisah dengan cara baik-baik, juga kini mereka telah memiliki pasangan masing-masing dan membina keluarga.

Sebelum pergi, dia mengabadikan keadaan taman tersebut, terutama tempat di mana dia dan sang mantan dulu sering duduk kedalam bidik gambar. Lalu Rila hendak meninggalkan tempat, bersama seseorang yang juga tampaknya ingin menggunakan lokasi tersebut.

"Rila,."

Rila menghentikan langkah mendengar seseorang memanggilnya, dia tahu dia memiliki banyak kenalan di sana, tapi suara pria itu terasa familiar.

Rila merasa tubuhnya gemetar juga merasa tegang selagi langkah kaki menghampirinya dari belakang.

"Rila,." Lagi panggil suara itu. Segera Rila memutar badan menghadap sosok si pemanggil dan seketika tercengang.

"Ba-bara"

Bara, nama mantan kekasih pertama Rila jauh sebelum dia dan Riga memiliki rasa. Bara, pria itu seseorang yang membuat Rila merasakan yang namanya cinta juga membuatnya merasakan sakit luar biasa hingga dia tak memiliki minat untuk mencari penggantinya. Dia Bara, kekasih yang sangat Rila cintai tapi keluarganya tak menyukai.

"Apa kabar La?" Bara menatap Rila penuh bahagia. Menatap mantan kekasih yang tak sanggup dia lupakan. Mantan kekasih yang dulunya teman yang tak pernah menjauhinya ketika dia di kucilkan di sekolah. Mantan yang mengajari tentang rasa syukur dan tak pantang menyerah. Mantan yang selalu ada untuknya setiap kali dirinya terpuruk.

"Ba-baik,. Kamu sendiri?"

Bara tersenyum haru, hampir-hampir matanya yang menyipit karena senyum menjatuhkan bulir air mata karena rindu yang amat besar.

Ke-duanya diam tak ada lagi yang menuturkan pertanyaan, mereka membatu saling memandang, mengobati rindu yang selama bertahun-tahun terpendam.

"Aku kangen sama kamu La" papar Bara bersungguh-sungguh, sangat ingin mendekap wanita di hadapannya, dia hanya butuh sahutan yang sama untuk melepas rindunya.

"A-aku,. Aku,." rasanya tak pantas jika Rila memaparkan rindu pada pria lain selain suaminya, dia merasa bersalah. "Aku harus pergi" segera Rila memutar badan hendak pergi, tak kuasa lebih lama menahan perasaan rindu yang sangat ingin dia paparkan melalui pelukan.

Jodoh PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang