Rila tak ingin membawa perasaan sedihnya pulang bertemu dengan sang suami. Dia tak mau mengecewakan prianya jika mendapati dirinya sedih karena pria lain.
Sepanjang perjalanan dia membiarkan kaca jendela terbuka, sehingga angin bebas menerpa wajahnya, lalu memutar musik untuk menenangkan diri, juga membeli beberapa camilan dan minuman coklat dingin untuk merilekskan pikiran.
Sedang bik Nur di samping pun menikmati hal yang sama, beliau tak tahu jika majikannya tengah melakukan pergulatan hati, sebab Rila pandai memendam perasaannya memberi gambaran dirinya baik-baik saja.
Perasaan sedih yang bergelayut perlahan sirna begitu nampak perusahaan milik suaminya dari jauh.
***
Riga tak tenang di kamar menunggu kedatangan Rila yang dari perhitungannya seharusnya telah tiba 30 menit yang lalu. Dia bahkan meninggalkan perusahaan lebih awal tak lain untuk menyambut kedatangan wanitanya.
Dia berdiri dari duduknya mendengar suara kendaraan memasuki halaman rumah, dan dia menyaksikan dari jendela mobil miliknya yang tiba. Lalu pintu pengemudi terbuka, dari sana Rila turun dan meluncur memasuki rumah dengan berlari.
Riga tersenyum bahagia. Dia merapihkan rambut juga tampilannya, lalu tiba-tiba senyum terbit di bibirnya memikirkan sesuatu.
Cklet
"Mas...!"
Rila terdiam memerhatikan sekitar tak mendapati suaminya di dalam kamar, tak sesuai penuturan bang Maman jika sang tuan pulang lebih awal untuk menyambut sang nyonya pulang.
"Bang Maman...." panggilnya. Bang Maman juga bik Nur menghampiri.
"Iya Nya" sahut bang Maman
"Katanya suami saya pulang awal, mana? Kok nggak ada?"
Bik Nur juga bang Maman saling tatap bingung, karena sang tuan berdiri di depan jendela, tepat di belakang nyonya mereka.
"Itu tuan" tunjuk bik Nur, Rila memutar badan dan terkejut mendapati prianya muncul entah dari mana.
"Permisi tuan, nyonya"
"Iya"
Rila merapatkan daun pintu lalu menghampiri prianya yang tersenyum dan bersedekap dada.
"Sembunyi di mana tadi?" tanya Rila membalas bersedekap dada.
"Di hatimu"
Riga meraih pinggang wanitanya, menariknya mendekat lalu menyambar bibirnya melepas rindu.
Lalu menciumi seluruh wajah cantik istrinya, membuat Rila cekikikan kegelian.***
Tak ingin berlarut-larut dalam perasaan sedih dan bimbang, Rila akan melupakan semua yang terjadi ketika ia berada di kota Lampung. Dia akan melupakan pernah bertemu lagi dengan Bara, begitupun semua ucapannya. Dia merasa perannya sebagai seorang istri di uji dengan menekan ego.
Dia meninggalkan depan jendela begitu gambaran Riga menghilang memasuki halaman perusahaan miliknya.
Ia membuka lemari dan mengeluarkan laptop milik-nya, lalu mengetik pada sebuah aplikasi diary, melanjutkan ketikannya yang beberapa hari lalu terjeda. Dia menuntaskan ketikannya dengan perasaan baru untuk lebih jatuh cinta lagi pada suaminya.
Tok! Tok! Tok!
Rila meninggalkan laptopnya untuk membukakan pintu.
"Ada apa bik?" tanyanya
"Bahan-bahannya sudah ada Nya"
Rila merapatkan daun pintu lalu bersama bik Nur ke dapur. Rila ingin membuat beberapa masakan kesukaan suaminya sebagai salah satu cara lebih mendekatkan hubungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Pilihan
RomanceApa jadinya jika sahabat karib meminta sebuah permintaan tak masuk akal sebagai permintaan terakhirnya. "Aku mohon La, menikah lah dengan ayahku" Itulah kalimat tak masuk akal dari sang kawan yang sudah seperti saudari sendiri. Rila bingung, teramat...