"Jadi sepakat ya, kalian bakal nikah minggu depan di Gereja Köln?" Margaret memastikan, menatap Asher dan Callum yang duduk di depannya.
"Iya, Bu," jawab Asher dan Callum hampir bersamaan. "Iya, Ma," tambah Callum, menyusul.
Margaret tersipu malu, tangannya terangkat memegang kedua pipinya yang mulai memerah. "Aduh, kalian kok kompak banget sih! By the way, Asher sayang, panggil saya 'Mama' aja, ya. Jangan 'Ibu'. Nanti dikira saya ibu kantin!" Margaret tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana dengan candaan.
Asher kembali terdiam, pandangannya sedikit menunduk. Dalam pikirannya, kata "Mama" terasa begitu asing, karena sepanjang hidupnya, ia selalu memanggil Maria dengan "Ibu." Kata itu terdengar formal, namun sarat dengan kedekatan dan rasa hormat yang tak tergantikan.
Margaret masih berbicara dengan penuh semangat, tapi Asher mulai hanyut dalam pikirannya sendiri. Panggilan "Mama" terasa begitu intim.
Callum yang duduk di sampingnya, sepertinya merasakan kecanggungan itu. Ia menepuk bahu Asher pelan, mencoba menenangkannya. "Kalau nggak nyaman, nggak apa-apa kok, pelan-pelan aja," bisiknya lembut.
Asher menoleh, tersenyum tipis, meski hatinya masih bergejolak. "Aku... cuma belum terbiasa. Selalu panggil 'Ibu' di rumah," katanya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Margaret memperhatikan dari seberang meja, dan tanpa mengurangi senyumannya, ia mengangguk. "Oh, tidak apa-apa, sayang. Aku paham. Kalau panggil 'Mama' terasa canggung, kamu bisa panggil aku yang nyaman buatmu. Yang penting kita keluarga."
Asher merasa sedikit lega mendengar itu, meski masih ada perasaan aneh yang menggantung di dadanya. "Terima kasih, Ma—eh, Ibu... maksudku—" Ia terkekeh canggung, tidak tahu bagaimana harus melanjutkan, membuat Callum tertawa kecil.
Margaret tertawa juga, mencoba meredakan ketegangan yang tersisa. "Santai aja, Asher. Nanti juga biasa kok. Kita kan keluarga sekarang."
Di tengah obrolan mereka, terdengar suara langkah kaki mendekat. Mr. Edwards, dengan jaket kulitnya yang sudah biasa dipakainya ke luar, muncul dari ruang tamu menuju pintu depan.
"Mau ke mana, Pa?" Margaret menoleh begitu melihat suaminya lewat.
"Ke rumah Stevenson, dia lagi mau diskusi soal proyek," jawab Mr. Edwards singkat sambil meraih kunci mobil di atas meja.
Mata Margaret langsung berbinar. "Oh, aku ikut! Tapi tunggu ya, aku dandan dulu sebentar." Ia langsung bangkit dari kursinya dengan semangat.
Mr. Edwards berhenti di ambang pintu, menghela napas panjang yang terdengar jelas. "Margaret, nggak usah dandan, sayang. Kamu udah cantik kok," katanya sambil melirik istrinya dengan senyum lelah tapi penuh cinta.
Margaret yang sudah setengah jalan menuju kamarnya, berhenti sejenak, tersipu tapi tak sepenuhnya terbujuk. "Ah, Pa, nggak bisa gitu. Kan aku harus tampil rapi kalau keluar."
Asher dan Callum hanya bisa saling pandang, menahan senyum. Mereka tahu Margaret tak pernah benar-benar "sebentar" kalau sudah urusan dandan. Mr. Edwards pun tahu itu lebih baik daripada siapa pun.
Akhirnya, Mr. Edwards menurut pada Margaret dan menunggunya sambil melihatnya berdandan di kamar.
Callum mengelus lembut belakang kepala Asher sambil menatap wajahnya. "Kamu mau makan sesuatu? Keluar, yuk?"
Asher menatap Callum dengan senyum tipis. "Aku pengen makan sashimi sama sushi," katanya. "Sekalian ketemu Luke sama Tyler, deh. Kita bisa kasih tahu mereka soal pernikahan kita yang diadakan seminggu lagi."
Callum tersenyum, matanya penuh kelembutan. "Kamu yakin mau ngasih tahu sekarang?"
Asher mengangguk. "Mereka harus tahu. Seminggu lagi itu waktu yang cepat, dan mereka pasti pengen terlibat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Caught in boss's grip (BL, END)
Ficção AdolescenteAsher Roth adalah seorang omega pria yang bekerja di sebuah perusahaan ternama. Hidupnya berjalan baik-baik saja hingga suatu hari, ia tiba-tiba mengalami heat, dan situasi tersebut diketahui oleh bosnya, Callum. Tanpa sepengetahuan Asher, Callum ma...