"Terkadang, orang-orang hanya bisa menghakimi tanpa melihat prosesnya."
_______
Dinginnya suhu ruangan terasa menusuk tubuh. Namun, Gwen nampak tidak peduli. Ia tetap berlatih habis-habisan.
Hari ini, Gwen memutuskan untuk bolos sekolah. Ia memilih untuk berlatih sendirian di sebuah ruangan yang tidak terlalu luas itu. Itu bukan ruangan pribadinya, melainkan Gwen menyewanya untuk hari ini.
Setelah satu jam berlatih sendirian tanpa istirahat, Gwen akhirnya memutuskan beristirahat sebentar. Ia rebahkan badannya pada lantai berbahan vinyl itu. Ia tatap langit langit ruangan dengan diam. Kemudian, dirinya pun terlelap.
***
Pukul 14.43 WIB
Gwen baru terbangun dari tidurnya. Ia buka perlahan matanya, menetralkan pandangan. Meregangkan tubuhnya di atas lantai polosan. Ia tarik badannya agar terduduk.
Netranya memandang sekitar. Sepi, tidak ada siapapun. Hanya ada dirinya seorang. Segera ia bangkit berdiri. Mengambil ranselnya yang berada di pojok. Bersiap untuk pergi.
Gwen melangkah keluar, membawa raganya pergi. Ia berjalan menyusuri jalan bersama pejalan kaki lainnya. Melangkah tanpa tujuan. Berjalan kesana kemari tanpa memedulikan arah.
Dua puluh menit berlalu, Gwen sudah melewati banyak sekali bangunan. Hingga akhirnya ia sampai di depan sebuah toko roti dengan nuansa antik. Gwen berhenti melangkah, menyadari bahwa daerah yang ia lewati tampak asing. Saking nyamannya berjalan, ia sampai tidak sadar jika tersesat.
Ia perhatikan sekitar, mencari tempat yang pas untuk beristirahat sebentar. Netranya menemukan sebuah bangku terpajang di depan toko roti tadi. Ia mendekat ke arahnya, mendudukkan dirinya dan beristirahat.
Gwen menunduk. Saat ini, ia harus memikirkan bagaimana cara ia kembali pulang. Sialnya, di saat begini ponselnya tidak ia bawa. Jika harus bertanya, ia tidak mempunyai energi untuk berbicara. Kepalanya semakin menunduk. Rambutnya yang terurai panjang menutupi mukanya.
"Lho, Gwen?"
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri Gwen. Kepalanya ia angkat untuk melihat seseorang yang memanggilnya. Tanpa disangka, seseorang tersebut ialah Dylan. Gwen sangat bersyukur bertemu dengan orang yang ia kenal. Namun, untuk apa Dylan berada di sini?
"Lo ngapain di sini, Gwen?" tanya Dylan.
Namun, Gwen tetap diam. Gwen hanya menatap paras Dylan dengan mata sedikit berbinar, mungkin.
"Pulang, Dyl," lirih Gwen.
"Iya, ayo pulang!"
Dylan mengajak Gwen berjalan ke arah halte bus. Karena motornya sudah berada di rumahnya, maka terpaksa ia mengantar Gwen menggunakan bus. Dylan ajak Gwen untuk duduk di bangku halte sembari menunggu bus datang.
Hening menyelimuti keduanya. Tidak obrolan sama sekali sampai bus akhirnya datang. Keduanya masuk dengan Gwen yang memimpin. Dylan sengaja di belakang karena harus membayar. Lalu menyusul Gwen yang sudah mendapat tempat duduk.
Dylan duduk di samping Gwen. Hening masih menyelimuti keduanya. Gwen sibuk memandang ke arah luar jendela.
"Makasih udah nemuin gua, Dyl," celetuk Gwen yang masih memandang ke luar.
Dylan menoleh bingung ke arah Gwen. Yang ditoleh ikut mengalihkan pandangan.
"Gua tadi tersesat. Kalau lo ga nemuin gua kayaknya gua bakal di sana sampai besok," papar Gwen.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Gwen's Dream [Sudah Terbit]
Fiksi RemajaGwyneth Riuzi, yang akrab disapa Gwen adalah seorang gadis yang memiliki bakat dalam dunia menari. Namun, ayahnya tidak merestui dirinya untuk menjadi penari mahir. Ayahnya sering kali melontarkan kalimat-kalimat menusuk mengenai hal yang ia sukai...