part 12

40 5 0
                                    

*********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*********

Luna merasa semakin terasing. Kata-kata dingin Danny menghancurkan sisa harapan yang ada di hatinya. Dia tahu bahwa Danny, kakak tirinya yang selalu tampak kuat dan keras, memiliki sisi lembut, tetapi kadang entah kenapa itu sangat membuatnya bingung. Dalam diam, Luna merasakan kepedihan yang dalam, meragukan apakah ada orang yang benar-benar peduli padanya di rumah ini.
Setelah Danny pergi ke kamarnya, Luna hanya duduk di ruang tamu, terisak pelan, merasa sendirian di dunia yang seharusnya memberinya perlindungan. Namun, Luna juga tahu bahwa terus-menerus mengharapkan orang lain untuk peduli tidak akan mengubah apa pun. Meskipun hatinya hancur, dia mulai berpikir untuk mencari jalan keluar dari kesedihan ini.

Malam itu, setelah air matanya kering, Luna bangkit perlahan. Dia melihat ke luar jendela, memandangi tetesan hujan yang masih turun. Dalam keputusannya, dia tahu bahwa hidupnya tidak bisa terus-terusan seperti ini. Dia harus menemukan kekuatan dalam dirinya sendiri, meskipun orang-orang di sekitarnya tampak acuh. "Mah maaf, Luna nangis lagi" Lirih gadis itu. Seandainya lussi, ibunya masih ada mungkin ia akan menjadikannya tempat untuk berpulangnya Luna.

Sementara itu, di kamarnya, Danny berbaring di tempat tidur, pandangannya menatap langit-langit. Ada perasaan tak nyaman yang berputar di dalam dirinya. Dia tahu dia telah menyakiti Luna dengan kata-katanya. Tapi di satu sisi, gengsinya menahan langkahnya untuk kembali dan meminta maaf. Ada sesuatu yang membuatnya tidak ingin terlihat lemah di depan adiknya. Namun, di sisi lain, hatinya terusik, teringat bagaimana wajah sedih Luna tadi seolah meminta tolong.

********

di sisi lain, Jaden sedang berselisih dengan kekasihnya, Naomi. Perselisihan itu bermula dari tindakan Naomi yang membully Luna, dan Jaden tidak bisa menerima hal itu, karna Danny menegurnya.

"Kenapa kamu harus melakukan itu ke Luna?" tanya Jaden dengan nada tegas, meskipun mencoba untuk tetap tenang. "Dia tidak pantas diperlakukan seperti itu."

Naomi, yang merasa tidak bersalah, dengan cepat membela diri. "Aku hanya bercanda! Lagipula, Luna itu selalu bersikap seperti korban. Bukannya itu salah dia sendiri kalau orang-orang tidak suka padanya?"

Jaden menghela napas panjang, mulai merasa kesal. "Canda? Naomi, kamu dan temanmu itu sudah keterlaluan. Kalian membuat Luna merasa terpojok, dan itu bukan sekadar canda! Kamu tidak bisa terus-terusan membela tindakanmu yang salah."

Naomi memutar matanya, tidak terima disalahkan. "Oh, jadi sekarang kamu berpihak pada Luna? Adiknya danny yang selalu pasang wajah menyedihkan itu? Apa kamu mulai peduli padanya lebih dari aku?"

Kemarahan Jaden mulai memuncak, tapi dia berusaha mengontrol emosinya. "Ini bukan soal berpihak. Ini soal memperlakukan orang dengan baik. Kamu tahu aku tidak suka orang yang bertindak seperti bully."

Naomi menatap Jaden, merasa tersinggung karena merasa dihakimi. "Sudah lah, aku capek mau pulang aja"

Gadis itu keluar dari apartemennya Jaden, tapi Jaden menahannya. "Diluar masih hujan, nanti setelah reda. Aku antar kamu pulang"

Dear Luna (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang