☆゚⁠.⁠*⁠・⁠。゚

6 1 2
                                    

Di suatu negeri antah berantah, di mana pohon-pohon beserta dedaunannya ada yang berwarna merah muda, kuning, biru, juga warna cerah lainnya, terdapat tiga peri kecil. Ada Chloe, si peri yang pintar, sayapnya berwarna merah muda. Ada pula Amanda, peri yang begitu enerjik dengan sayap berwarna ungu. Yang terakhir ada Diana, peri pemalu dengan sayap berwarna biru tua, dari ketiga peri kecil itu, sayap Diana lah yang paling indah.

"Anak-anak, ayo kemari, kita makan siang bersama!" suara panggilan dari Ibu Peri menghentikan kegiatan bermain para peri kecil.

"Baik, Ibu," jawab ketiganya serentak, kemudian mengepakkan sayap mereka untuk menuju ke pohon besar berwarna keemasan, tempat di mana keluarga peri tinggal.

Saat hendak masuk ke rumah pohon yang terletak di antara batang-batang besar Tira, sang pohon emas, ketiga peri itu melambai. "Halo, Tuan Tira, aku, Amanda, dan Diana akan makan siang dengan Ibu Peri dan Ayah Peri. Tuan Tira tidak makan siang?" sapa Amanda riang, seperti biasa.

Terdengar suara tawa kecil dengan suara khas orang paruh baya. Umur Tira tidak kurang dari lima ratus tahun.

"Aku tidak butuh makanan seperti kalian, Nona Peri, aku hanya membutuhkan air hujan dan udara untuk membuat makanan sendiri," balas Tira.

Chloe dan kedua temannya mengangguk paham, mereka melambaikan tangannya dan berpamitan untuk masuk ke rumah pohon.

Usai makan siang bersama, Chloe, Amanda, juga Diana kembali pergi ke danau untuk bermain sembari menunggu matahari tenggelam yang menandakan waktu makan malam.

"Chloe," panggil Amanda.

Chloe yang tengah mengobrol dengan Ailie dan keempat anak bebek lainnya, menoleh ke belakang. "Kenapa, Amanda?"

Amanda menguap sejenak. "Kita sudah berada di sini berjam-jam, tapi kenapa Sunny tidak kunjung tidur, Chloe?" ucapnya setelah mengucek kedua matanya.

Chloe juga menguap, ia pun merasa mengantuk seperti Amanda dan Diana. Chloe, Amanda, Diana, juga keluarga bebek melihat ke atas, ternyata Sunny, sang matahari masih di tempatnya, tepat di atas kepala mereka. Bahkan mereka melihat Sunny juga menguap.

Ailie menghampiri Mama Bebek. "Mama, kenapa Sunny tidak berpindah tempat? Ailie lapar, ingin makan malam, Mama," ujarnya.

Mama Bebek pun bertanya, "Apakah kalian lapar, para peri?" Ketiga peri kecil itu kompak mengangguk setuju.

Mama Bebek sedikit bimbang, pasalnya matahari tidak kunjung tenggelam seharian. "Baiklah, kita makan malam dahulu, anak-anak." Tak ayal ia segera membuat makanan, tidak tega dengan wajah memelas anak-anak.

Usai makan malam, ternyata Sunny masih diam di tempatnya. Dahi Chloe mengkerut bingung, biasanya saat ini adalah waktu semua penduduk desa untuk beristirahat.

"Mama, aku mengantuk," adu salah satu saudara Ailie. Ailie juga menyahut, "Aku juga mengantuk, Mama." Dilanjutkan dengan rengekan dari kelima saudara bebek itu.

Chloe memasang ekspresi wajah berfikir, menaruh jari telunjuknya ke dagu, matanya menatap Sunny yang terus menguap. "Ah! Ayo kita temui Sunny dia atas, aku ingin bertanya mengapa Sunny tidak kunjung tidur seharian," ajaknya.

Amanda dan Diana saling tatap kemudian mengangguk. Ketiganya lantas mulai mengepakkan sayap indah masing-masing, dan melayang jauh ke atas sana menembus awan-awan tebal.

"Halo, Sunny, kenapa kamu tidak tidur?" Chloe membuka suara saat ketiganya sudah berada di hadapan Sunny.

"Aku mengantuk, tapi aku tidak bisa tidur," jawab Sunny lesu.

Chloe, Amanda, dan Diana bingung. "Kenapa Sunny tidak bisa tidur?" giliran Amanda yang bertanya.

Sunny memelas, "Sleepy boo milikku hilang entah ke mana," tanggap Sunny sedih.

"Sleepy boo?" gumam Diana, "Sleepy boo milikmu itu apa?"

"Selimut kesayanganku hilang, aku tidak bisa tidur tanpa selimut."

Chloe kembali memasang wajah berfikir, dia tengah mencari cara agar Sunny bisa tidur tanpa sleepy boo miliknya.

"Sunny, aku akan menyanyikan lagu nina bobo, Ibu Peri biasanya menyanyikan lagu itu saat kami tidak bisa tidur," usul Chloe.

Sunny mengangguk. Chloe pun mulai bernyanyi.

Tidurlah Sunny, tidurlah~♪
Tidurlah Sunny, tidurlah~♪
Sudah waktunya istirahat~♪
Buang semua lelahmu~♪
Pejamkan matamu~♪
Pergilah ke dunia mimpi~♪
Ambilah selimut sekarang~♪

Chloe berhenti bernyanyi saat Sunny malah menangis. "Selimut ... Aku ingin selimutku ... Aku ingin sleepy boo milikku," isaknya.

Amanda mendesah frustasi, sepertinya ide yang satu ini tidak berjalan lancar. Amanda juga memiliki ide, "Bagaimana dengan menghitung domba? Ayah Peri menyarankan agar kita menghitung domba saat kita tidak bisa tidur, 'kan?"

"Tapi kita para domba tidak bisa terbang kemari," sahut Diana.

"Tidak apa, kita bertiga bisa menjadi dombanya!" seru Chloe.

Chloe berjongkok di atas awan, disusul dengan Amanda dan Diana. "Ayo mulai berhitung, Sunny."

"Satu." Chloe berdiri.

"Dua." Giliran Amanda yang berdiri, sementara Chloe kembali berjongkok.

"Tiga." Sekarang Diana yang berdiri.

"Empat."

"Lima."

"Dua puluh lima."

"Dua puluh enam."

Sunny kembali menangis, mau berhitung sampai seratus pun ia tidak akan bisa tidur tanpa sleepy boo.

"Tidak ada cara lain, ayo kita cari sleepy boo milik Sunny saja," putus Chloe.

"Tapi kita harus mencari sleepy boo ke mana? Sunny saja sudah mencari di semua awan namun tidak ketemu."

Chloe melirik ke bawah, melihat kawasan lapangan dengan rumput berwarna merah muda tertutup kabut tebal. Jari telunjuknya mengarah ke bawah, "Pasti sleepy boo milik Sunny terjatuh ke bawah."

Ketiganya turun ke bawah, sayangnya yang dapat mereka lihat hanya rumput berwarna merah muda yang tampak samar karena kabut tebal.

"Kaburnya tebal sekali, aku bahkan tidak bisa melihat apa pun selain kabut di bawah sini," kilah Chloe, "Kita gunakan sayap kita untuk mengusir kabut."

Ketiganya mengepakkan sayap dengan lebih kencang, membuat kabut tebal yang menutupi hamparan rumput itu menghilang entah ke mana.

"AH, ITU SLEEPY BOO!!" teriak Sunny gembira dari atas sana.

Tiga peri kecil yang baik itu saling membantu untuk membawa selimut raksasa kesayangan Sunny ke atas.

"Terima kasih, Nona Peri, akhirnya aku bisa tidur." Sunny membalut tubuhnya dengan sleepy boo, kemudian tenggelam dan tugasnya digantikan oleh Moonny, sang bulan.

Akhirnya, sekarang keluarga bebek dan para penduduk desa lainnya bisa tidur dengan nyaman setelah waktu siang hari yang begitu panjang berkat bantuan Chloe dan kedua teman perinya itu.

Tamat.

Sleepy Boo Milik Sunny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang