Setelah debu pertempuran mereda dan para pejuang kembali tenang, Ilham melangkah maju. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, tetapi ada kilatan bangga di matanya yang tajam. Althaf dan Nior, meskipun terluka dan kelelahan, berdiri dengan penuh keyakinan di hadapannya.
"Kalian telah melalui ujian yang berat," kata Ilham dengan suara tegas, "Dan hasilnya jelas. Kalian berdua telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa."
Althaf dan Nior saling pandang, penuh dengan kebanggaan dan rasa syukur. Mereka tahu bahwa perjalanan ini baru dimulai.
Ilham melanjutkan, "Dengan hasil ini, kalian sekarang layak untuk menjalani misi di luar sekolah. Ini adalah tahap berikutnya dalam perjalanan kalian sebagai pejuang Nexus."
Mendengar itu, Althaf dan Nior terkejut, tetapi semangat mereka meluap. Misi di luar sekolah bukanlah sesuatu yang bisa diberikan kepada sembarang pejuang. Itu adalah langkah besar menuju tanggung jawab yang lebih besar, kesempatan untuk membuktikan diri di dunia nyata, menghadapi ancaman nyata di luar perlindungan Akademi.
"Namun, itu belum semuanya," lanjut Ilham sambil menatap mereka dengan penuh arti. "Aku sudah merekomendasikan kalian berdua kepada pemimpin Akademi untuk naik ke tingkat Semi Spesial."
Mendengar ini, Althaf dan Nior terdiam, tak percaya. Tingkat Semi Spesial adalah gelar yang sangat dihormati di Nexus, dan saat ini hanya ada dua belas pejuang yang memiliki gelar Spesial, termasuk Ilham. Chaesaril dan juga Evan serta Nopla berada di level yang sama, terhitung sebagai Semi Spesial yang sudah mendapatkan pengakuan karena keahlian mereka.
"Chaesaril... si mimpi itu pasti akan terkejut mengetahui ini," ujar Evan dengan tawa yang dipenuhi rasa hormat, tapi tetap ada nada candaan yang menyertai. "Dia mungkin tidak akan percaya kalau dua anak baru bisa sampai ke level ini secepat kalian."
Althaf dan Nior tersenyum lebar, teringat pertemuan mereka dengan Chaesaril sebelumnya. Mereka mengenang sosok pejuang muda yang karismatik, memiliki kekuatan yang mengagumkan, serta impian besar yang membara di matanya. Chaesaril selalu menjadi inspirasi bagi mereka-seorang pejuang yang tak hanya mengandalkan kekuatan, tetapi juga intelektualitas dan semangat yang menyala.
"Pernahkah kau membayangkan kita akan selevel dengannya?" tanya Althaf dengan sedikit takjub, suaranya berbisik pada Nior.
"Tentu tidak," jawab Nior, setengah tertawa. "Tapi sepertinya kita sedang menuju ke sana."
Ilham kembali berbicara, menyentak mereka dari lamunan. "Chaesaril sudah mendengar tentang perkembangan kalian, dan dia ingin melihat sendiri sejauh mana kalian telah melangkah. Kalian harus bersiap, karena pertemuan berikutnya dengan dia mungkin akan menjadi penilaian terakhir untuk kalian."
Nior dan Althaf saling pandang lagi, kali ini dengan senyum penuh keyakinan. Mereka tahu tantangan yang lebih besar telah menunggu, dan jika Chaesaril ingin melihat kemampuan mereka, itu akan menjadi ujian baru yang tidak boleh mereka remehkan.
"Jika kalian ingin mendapatkan pengakuan, ingatlah bahwa dalam perjalanan ini tidak ada ruang untuk kelemahan," ujar Nopla dengan tatapan tajam. "Kalian harus terus berlatih, terus berjuang, dan bersiap untuk menghadapi dunia yang penuh bahaya."
Dengan gelar Semi Spesial yang menanti dan misi di luar Akademi yang segera dimulai, jalan mereka kini telah berubah menjadi lebih berbahaya tetapi lebih mulia. Pertarungan dengan Evan dan Nopla hanyalah awal dari petualangan yang jauh lebih besar.
"Ini baru permulaan," kata Ilham dengan dingin, semangatnya tak terbendung. "Kalian akan segera mengetahui bahwa dunia di luar sana jauh lebih keras daripada yang kalian bayangkan."
Dalam keremangan pagi yang penuh janji, Althaf dan Nior berdiri dengan tekad yang membara, siap untuk mengambil langkah berikutnya. Dengan semangat yang berkobar, mereka bertekad untuk membuktikan diri tidak hanya di hadapan Chaesaril, tetapi juga untuk diri mereka sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia yang berdarah
FantasySeorang anak yang hidup dalam bayang-bayang kehancuran mendapati dirinya tersiksa oleh kenyataan yang tidak pernah bisa ia lupakan. Ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri ketika desanya dihancurkan oleh monster raksasa, menyapu bersih seluruh...