Part 81 - Kelucuan yang dapat menyelamatkan dunia

222 9 0
                                    


Saat Jeong-oh dan Ji-heon berjalan menuju tempat parkir bersama-sama, sebuah getaran terdengar. Itu adalah ponsel Ji-heon yang bergetar. Ji-heon yang memeriksa layar ponselnya tidak menekan tombol panggil dan hanya melihatnya, jadi Jeong-oh bertanya.

"Siapa yang menelpon?"

"Ibuku."

"Angkatlah.. Aku bisa memberi ruang untuk kalian bicara, haruskah aku pergi sendiri saja?"

"Tidak, kamu disini saja."

Saat Jeong-oh semakin menjauh, Ji-heon segera menarik lengan Jeong-oh dan menempatkannya ke samping Ji-heon. Dan Ji-heon mengangkat telepon itu.

[Halo, Ji-heon.]

Sebelum Ji-heon dapat mengangkat telepon ke telinganya, suara Nyonya Jang Young-mi terdengar.

"Ya, Ibu."

[Tolong pulanglah, ayo kita bicarakan hal ini.]

"Apa yang perlu kita bicarakan?"

[Apa maksudmu? Ada banyak hal yang harus kita bicarakan.]

Suara Young-mi nyaris tidak bisa ditahan lagi karena hatinya yang sangat sesak.

[Eun-yeop baru saja mampir kesini.]

"Ibu, sudah kubilang jangan bertemu Chae Eun-yeop.."

[Tidak ada yang salah dengan perkataan yang dia sampaikan, Aku benar-benar tidak tahu apakah kamu atau Eun-yeop yang berbohong kepadaku.]

".............."

[Kamu yang dulunya baik dan penurut, tiba-tiba putus dengan Eun-bi, lalu berhenti mendengarkan ibumu, dan mengabaikannya. Tahukah kamu apa yang akan terjadi padamu jika gadis bernama Lee Yena itu bukan putrimu? Itu hanya tindakan bodoh. Dia akan menjadi anak yang semena-mena. Apakah kamu mau itu terjadi begitu saja? Kita akan menjadi bahan tertawaan dunia...]

Saat cerita provokatif terdengar, Ji-heon segera menurunkan volume panggilan itu.

[Ayo lakukan tesnya dulu. Lakukan tes darah. Jika hasil tes darah menunjukkan bahwa kamu adalah ayahnya, mari kita bicara lagi. Sekarang kamu bergaul dengan anak seperti itu, tapi ibumu ini benar-benar tidak nyaman dan tidak menyutujuinya.]

Itu bukanlah panggilan yang menyenangkan. Untung saja itu terputus dengan cepat. Jeong-oh, yang mengetahui situasi keluarga Ji-heon, dengan cepat mengetahui masalahnya.

"Apa yang ibumu katakan?"

"......... Dia ingin tes DNA dilakukan secepatnya."

"Aku bisa saja bekerjasama, tapi aku khawatir dengan Yena."

Ji-heon menghela nafas. Sebagai seorang ayah yang sudah dibenci oleh putrinya sendiri, aku khawatir jika memaksakan tes DNA sekarang aku akan kehilangan nilai positif lebih banyak lagi. Ji-heon dengan cepat mengumpulkan pikirannya dan berbicara dengan tegas.

"Mari kita lakukan tes DNA nanti, jika Yena sudah menerimaku sepenuhnya."

"Bagaimana kamu bisa menahan diri kalau ibumu terus menekanmu?"

"Aku baik-baik saja. Pasti ada jalan."

Jawab Ji-heon meyakinkan agar Jeong-oh tidak khawatir. Mobil melaju mulus menyusuri jalan raya dan segera sampai di depan rumah Jeong-oh. Ji-heon bertanya hati-hati sementara Jeong-oh melepas sabuk pengamannya.

"Bolehkah aku masuk?"

"Tentu saja, kamu harus masuk. Ayo cepat turun."

Senyum lebar merekah di wajah Ji-heon mendengar jawaban Jeong-oh. Jeong-oh hanya bisa tersenyum ketika pria itu terlihat bahagia, seperti anak kecil yang menerima uang saku yang tidak terduga. Aku terus berpikir bahwa dia lucu karena dia terkesan dengan hal-hal kecil. Meskipun dia akan tersenyum jika dia tahu aku memikirkan dia seperti itu. Berkat Ji-heon, kehidupan sehari-hari Jeong-oh menjadi sangat berharga. Jeong-oh menyadari pentingnya hal-hal kecil yang dilakukan oleh Ji-heon, Permintaan untuk memandangan anaknya yang tertidur, kata-kata yang diucapkan untuk anaknya, waktu yang dihabiskan bersama anaknya...

A Child Who Looks Like Me / Anak yang Mirip DenganKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang