EP. 16

52 14 2
                                    

2 Bulan lalu

"Mwo? Kanker? -- aku mengidap kanker?"

Dokter wanita itu menautkan kedua tangannya memandang Ahra dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Tentu saja ini akan menjadi hal mengejutkan terlebih lagi pasien seperti Ahra bukan satu-satunya yang tidak mengetahui tanda-tanda gejala pada tubuhnya sendiri.

"Karena masih ada ditahap awal, jadi saya menyarankan untuk nyonya segera dirawat. Kami perlu melakukan pengawasan ketat demi melihat perkembangannya." Ucap dokter itu memberi penjelasan.

Ahra masih dalam kondisi linglung penuh kebingungan, bahkan ucapan dokter di hadapannya sejak tadi berbicara pun hanya samar-samar terdengar di telinganya.

Kanker?

Bagaimana bisa?

Seingatnya dirinya selalu menjaga pola makan bahkan waktu olahraganya dengan sangat baik, tapi kenapa? Kenapa harus kanker?

"Dokter.."

"Ya?"
"Bisakah saya memiliki seorang anak?"

"Nde?"

Memandangi air hujan yang turun begitu deras di siang hari seperti ini sungguh membuat Ahra harus menahan kesal dalam diam dan hanya menguar dari helaan nafasnya yang berat.

Ia ada janji untuk makan siang bersama dengan Baekhyun hari ini, tapi karena cuaca tidak mendukungnya maka suaminya itu hanya mengirim pesan jika dirinya sudah memesankan makanan cepat saji untuk Ahra sebagai gantinya.

Kurir yang berlari di tengah derasnya hujan membuat Ahra melihatnya cukup prihatin dan memelas tak penting.

"Dia sangat bekerja keras di cuaca yang buruk." Gumamnya.

Berjalan menjauh dari jendela kacanya lalu kembali duduk di kursi kuasanya mulai mengerjakan lagi pekerjaannya yang sempat tertunda setengah jam lalu.

Tok

Tok

"Masuk" titah Ahra menjawab.

Pintu ruangannya terbuka dan sekretarisnya itu masuk ke dalam kemudian sambil membawa bungkusan plastik ditangannya.

"Tuan Baekhyun mengirim makan siang---"

"Letakkan saja di sana." Selanya tanpa mengalihkan pandang dari layar komputernya yang menyala.

Setelah meletakkan makan siang atasannya itu, sekretarisnya pun membungkuk memberi hormat sebentar lalu berjalan meninggalkan ruangan Ahra setelahnya.

Kecewa dan ingin menangis, setidaknya itu yang Ahra ingin lakukan tapi bayangan akan kelakuan suaminya yang diatas tidak normal maka Ahra mengurungkan niat. Menatap bungkusan makan siang miliknya dengan tatapan tajam bersamaan mulutnya pun tak kuasa mencibir mendumal tak karuan setelahnya memfokuskan lagi pada pekerjaannya.


*

Chanyeol dan kesabarannya yang setipis tisu. Menghadapi Hyejin dan ketidakwarasannya wanita itu bertingkah benar-benar membuat pria bermarga Park itu menyerah, jika bukan atas dasar setia kawan maka Chanyeol sudah enggan bercengkrama baik dengan wanita spesies ular macam Hyejin.

Untuk kesekian kalinya Chanyeol kembali pada situasi tertekan penuh emosi tertahan. Oh ya Tuhan ini seperti dejavu yang berulang-ulang sekarang.

"Menurutmu aku harus beli pie stroberi atau cake stroberi? Hem?" Tanya Hyejin menggebu tersenyum membuncah tak sabar menatap Chanyeol yang tepat berdiri di sampingnya.

TWICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang