Eps 15

1.3K 89 0
                                    

hari itu langit biru cerah banget, Salsa duduk di teras rumah kecil mereka, tangannya memegang buku catatan yang isinya semua mimpi dan harapan mereka.

Lian lagi di sebelahnya, duduk santai sambil mainin gitar akustiknya. Suara petikan lembut itu mengisi udara, menenangkan hati Salsa yang hari itu agak gelisah.

Udara hangat, tapi nyaman, bikin mereka ngerasa dunia di sekitar tuh perlahan-lahan hilang, kayak nggak ada yang lebih penting dari saat itu, dari mereka berdua.

Salsa lihat ke arah Lian, senyumnya lebar. "Li, aku nggak pernah bayangin bisa ngelewatin ini semua kayak gini. Dulu rasanya berat banget, tapi sekarang, aku malah bersyukur kita kabur."

Lian tetap main gitar, suaranya kalem, tapi penuh perasaan.

"Iya, Ca. Aku juga kadang mikir, kok bisa ya kita nekat kayak gitu. Tapi ternyata, kadang buat nemuin kebahagiaan kita, kita harus ngambil risiko terbesar dalam hidup."

Salsa dengerin kata-kata Lian, dan seketika hatinya tenang. Memang benar, apa yang mereka jalani nggak gampang, tapi mereka berdua belajar buat saling percaya, buat saling dukung, dan buat nerima semua keadaan tanpa ragu.

Udah nggak ada lagi bayangan masa lalu yang ngejar-ngejar mereka, mereka udah jauh melangkah dari itu semua. Sekarang cuma ada masa depan yang mereka bangun bareng-bareng.

Sambil ngelihatin perutnya yang makin besar, Salsa berkata pelan,

"Li, gimana ya rasanya nanti kalau kita udah ketemu si bacil? Apa aku bakal jadi mama yang baik?"

Lian berhenti main gitar, naruhnya di lantai, lalu dia tarik Salsa ke pelukannya, lembut banget. Dia tatap mata Salsa, penuh keyakinan.

"Kamu bakal jadi mama terbaik, Ca. Nggak ada yang bisa ngalahin cinta yang kamu punya buat bacil. Dan aku bakal selalu ada di samping kamu, apapun yang terjadi."

Salsa tersenyum tipis, tapi di matanya kelihatan ada harapan besar yang tumbuh.

"Kamu tau kan sayang, aku kadang masih takut, takut nggak cukup kuat buat lewatin semua ini."

Lian ngelus rambut Salsa, nadanya lembut banget.

"Aku ngerti, Ca. Tapi kita berdua kuat. Kita udah buktiin itu. Kamu nggak sendirian, aku di sini, kita jalan bareng."

Salsa diam sebentar, memejamkan mata, meresapi setiap kata yang diucapkan Lian.

Lian tiba-tiba menarik napas panjang, lalu dia melingkarkan tangannya di pundak Salsa, menatap ke arah langit yang udah mulai oranye.

"Kamu pernah liat matahari tenggelam nggak, Ca?"

Salsa sedikit bingung, tapi dia jawab, "Pernah, kenapa?"

Lian tersenyum tipis.

"Matahari tenggelam itu kayak hidup kita. Kadang terang banget, kadang gelap banget. Tapi nggak peduli seberapa gelapnya malam, besoknya pasti matahari bakal muncul lagi. Dan kita bisa mulai lagi dari awal."

Kata-kata Lian itu bikin hati Salsa hangat. Dia merasa aman, merasa yakin bahwa apapun yang terjadi, mereka berdua bakal selalu bisa saling menemukan di tengah kegelapan.

Simfoni Rasa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang