57. Indagis Tuyul (7)

146 12 0
                                    

Wira pun menyelesaikan ceritanya, sementara Maya hanya diam mendengarkan Wira bercerita hingga selesai.

"Begitu, jadi kamu mengacaukan siklus hidup dan mati putramu sendiri hanya demi agar kamu bisa tetap bersama dengannya?" Tanya Maya.

"Ya!" Jawab Wira, singkat.

"Kamu benar-benar egois, pak! Apa kamu pikir Bhadrika bisa bahagia karena kamu melakukan hal itu? Jeritannya saat kamu menarik jiwanya secara paksa itu menandakan bahwa ia sangat tersiksa dengan perbuatanmu itu!" Ujar gadis itu.

"Benarkah? Tapi aku punya alasan yang jelas melakukan itu semua. Setidaknya aku ingin punya kesempatan hidup bersama dengan Bhadrika, dan bisa membahagiakannya meskipun ia telah mati!" Balas Wira.

"Tapi menurutku, cara seperti itu bukanlah cara yang tepat. Kalo kamu ingin membahagiakannya, maka biarkanlah siklus itu berjalan dengan semestinya. Lalu kamu harus bisa menjalani hidup dengan baik, agar Bhadrika bisa melihat dan merasakan kebahagiaanmu dari alam sana!" Jelas Maya, membuat Wira tertegun.

"Apalagi, kamu memanfaatkan kekuatanmu itu keuntunganmu sendiri kan? Kamu mencuri barang berharga milik orang lain, yang bahkan perbuatanmu itu disaksikan oleh Bhadrika. Aku merasa, tindakanmu itu bukanlah hal yang baik!" Lanjut gadis itu.

"Mau bicara seperti apapun, kamu tidak akan bisa mengerti perasaanku. Perasaan seseorang yang telah kehilangan seluruh orang yang disayanginya, rasanya begitu menyakitkan bagiku." Wira tetap mencoba menyanggah segala ucapan Maya.

"Aku mengerti, karena aku pernah merasakan hal yang sama. Aku dan adikku hanya hidup berdua saja, karena kami telah kehilangan kedua orang tua kami!" Kini Maya mencoba berbicara dari hati ke hati pada Wira.

"Kau tahu, semua orang pernah merasakan rasanya kehilangan anggota keluarga yang sangat disayang. Tapi bukan berarti kita harus terus larut dalam duka yang mendalam terus menerus. Ada kalanya kita harus ikhlas dan bangkit lalu menjalani hidup dengan baik, agar keluarga kita yang telah tiada bisa meninggalkan kita dengan perasaan tenang!" Jelas Maya.

Ucapan Maya itu membuat Wira terdiam, ia terus menatap wajah Bhadrika yang tampak sendu. Rasanya ia baru ingat bahwa selama ini Bhadrika tidak pernah lagi memberikan senyuman hangat padanya.

"Aku yakin Bhadrika juga ingin terbebas dari urusan duniawi, ia ingin agar kamu bisa move on dari masa lalu, kemudian menggunakan kekuatanmu untuk membantu banyak orang. Kekuatan Indagis ada padamu bukan tanpa alasan, kamu pasti memiliki peran yang lebih besar di masa depan nanti. Jadi pastikan kamu menggunakan kekuatan itu bukan demi keegoisanmu sendiri, melainkan demi kemaslahatan banyak orang!" Pinta gadis itu.

Mendengar permintaan gadis itu, Wira pun menghela napas.

"Baiklah, mungkin permintaanmu akan kupertimbangkan." Balasnya, membuat Maya kembali tersenyum kecil.

"Oh iya pak, besok pagi mungkin aku akan kembali pada teman-temanku. Karena aku gak mau mereka semakin khawatir kalo aku pergi lama-lama, apalagi adikku!" Ucap Maya.

"Loh, kamu udah kasih kabar ke mereka?" Tanya Wira.

"Belum, soalnya hp ku lowbat!" Jawab Maya.

"Kalo lowbat bilang dong, kan bisa pinjam charger punyaku!" Balas pria itu dengan sedikit jengkel.

"Ya kita kan gak begitu kenal dekat, jadi aku agak gak enak kalo minjam punya kamu," Jawab Maya sembari mengalihkan pandangannya.

Wira pun mendengus kesal, kemudian ia segera bangkit dari tempat duduknya. "Yasudah, mau berlatih sekarang? Toh sebentar lagi matahari sudah mau terbit, kenapa tidak sekalian saja ku tes kemampuan kamu sebelum kita berpisah!?" Ujarnya. Sementara Maya segera menyetujui tawaran Wira itu.

IndagisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang