🌵FourthChap🌵

941 108 4
                                    

Hi, I'm Back.

...

Jeno masih belum menjalankan mobilnya, rasanya emosi masih menguasai pikiran dan fisiknya, sampai lupa bagaimana dengan si kecil.

Jeno memalingkan pandangannya kesamping, melihat tubuh kecil bergetar ketakutan, apa Dia sudah berlebihan dengan sikapnya, Dia hanya terlalu khawatir bagaimana jika itu memang penculik.

Tangan kanan si kecil merambat ditangan Jeno, menyadarkan Jeno yang tenggelam dengan emosinya yang tidak berujung, mengembalikan fokusnya dengan si kecil yang rasanya ada yang salah.

Si kecil dengan wajah yang perlahan memucat membuat Jeno segera membalas uluran tangan si kecil,tangan kiri si kecil sibuk meremat dada kirinya yang berdenyut nyeri.

Jangan tolong jangan sekarang,Jeno blank apa yang harus dilakukan pikirannya kosong tiba-tiba,si kecil Na dengan rintihan sakitnya, membuat Jeno semakin termakan oleh paniknya.

Si pintar dalam bisnis ini tiba-tiba jadi bodoh seketika saat melihat adiknya kesakitan, Jeno tidak tau apa yang harus dilakukan selain menggenggam cengkraman erat di lengannya, tak ada kata penenang disana,karena si tuan punya badanpun sedang dilahap paniknya.

mengeluarkan ponsel keluaran terbarunya mendial panggilan yang paling atas untuk meminta bantuan, Jeno tidak bisa berpikir Dia butuh orang lain.

Saat sambungan telepon itu tersambung,Jeno berbicara dengan cepat, Jeno butuh pertolongan segera, untuk adiknya terutama.

"Tolong~parkiran Pusat perbelanjaan XX, cepat!"

"Sa...., In hale~~, Ex hale~~"

Hanya suara itu yang terdengar disebrang telpon sana selama sepuluh puluh menit berlalu.

Sampai ada yang mengetuk Jendela nya,Jeno segera menoleh kesamping Jendela, segera membuka kaca Jendela.

"Tolong Nana,"

Orang itu segera berlari memutari mobil yang ditumpangi Kakak beradik itu,membukanya cepat, segera mengecek keadaan si kecil yang sudah tak sadarkan diri.

"Telpon ambulan cepat!"

Sementara itu Dia melepaskan blejer yang Dia pakai,disamping mobil mencari permukaan yang rata, meletakannya disana untuk alas,dengan segala kekuatannya membopong tubuh kecil Nana untuk Ia baringkan di bawah.

Tak ada tanda si kecil sadarkan diri, Dia berusaha melakukan pertolongan pertama, memposisikan dirinya berlutut disamping leher dan bahu si kecil.

Meletakan tumit salah satu telapak tangannya tepat di tengah dada, meletakan satunya lagi si atas,berusaha menjaga sikunya tetap lurus dengan bahu yang sejajar dengan kedua tangan.

Menekan dada Nana sedalam 5-6 sentimeter dengan kuat dan cepa, sekitar 100-120 kompresi per menit.

 Setiap 30 kali kompresi dada, Dia berikan 2 kali nafas buatan, memiringkan kepala Nana perlahan dan mengangkat dagu dengan dua jari. menjepit hidung si kecil memberi nafas buatan dari mulut ke mulut, dengan tiupan selama satu detik.

Memeriksa apakah dada si kecil naik saat diberikan nafas buatan, lalu melakukannya sekali lagi.

Hal itu terus Dia lakukan sampai terdengar di telinganya suara sirine ambulance, membuatnya mendongak mencari-cari ingin Ia berteriak meminta datang dengan cepat.

Sampai suara lenguhan kecil kembali menarik perahatiannya kepada Nana,si kecil sadarkan diri bertepatan dengan tenaga medis yang menghampirinya, melakukan tindakan segera, menaikan tubuh si kecil ke tandu yang  di bawa ambulance, sesegera mungkin membawa pasien untuk kerumah sakit.

He's not same with Us!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang