ਏਓ⠀࣪𓈒 Duadua

949 62 1
                                    

Peringatan! Ada beberapa scene yang mungkin kurang nyaman. Jika memang demikian, bisa langsung skip, ya!

Arshankara Max Wilder tidak pernah jauh dari kata sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Arshankara Max Wilder tidak pernah jauh dari kata sempurna. Sempurna sudah seperti bagian dari diri lelaki itu. Dan sialnya, Airys tidak pernah bisa menyangkal barang satu kali. Sebab sejak awal, Arsha adalah satu-satunya lelaki yang mampu membuatnya jatuh begitu dalam. Sekalipun Airys merasa bahwa tahta itu sempat tergeser oleh Madava, tapi hanya dengan kemunculan Arsha dari sekian tahun menghilang, perasaan itu tetap sama. Tahta tertinggi tetap milik lelaki itu.

Hidungnya mancung, garis rahangnya begitu tegas. Airys yakin gadis mana pun akan mengakui betapa menawannya Arsha dengan pahatan tersebut. Alisnya tebal dengan warna hitam begitu tajam. Bibirnya tipis. Tapi di antara semua komposit itu, yang paling menjadi favorite Airys adalah sepasang biru lautan milik Arsha. Matanya selalu memiliki daya tarik yang sangat kuat. Seolah magnet yang bisa kapan saja menarik Airys dan menenggelamkannya sedalam mungkin. Terjebak. Tidak lagi mampu mementas.

Sempurna. Terlepas dari sisi buruk sikap Arsha, Airys mengakui dengan tulus jika Arsha terlahir dengan perpaduan gen yang kelewat apik. Ia mengedip pelan, merasakan deru napas Arsha yang hangat menerpa wajahnya.

Airys tidak mengingat apa pun setelah situasi hening dalam mobil Arsha. Tiba-tiba saja dia terbangun di dalam kamar dan dalam dekapan Arsha. Iya, lelaki itu tidur dalam posisi memeluknya. Menenggelamkan wajah Airys di dada bidang Arsha yang masih terbungkus kemeja putih.

Perlahan, tangan Airys terangkat. Ia tidak memiliki kendali untuk tidak mengelus garis rahang Arsha. Meski dalam tidurnya, Arsha tetap terlihat seperti karakter Manhwa yang keluar dari dalam komik. Visualnya sangat unreal.

Airys mengelus rahang, lantas menyentuh pangkal hidung lelaki itu. Jari lentiknya terus menggerayangi wajah Arsha. Sampai di satu titik, jarinya menyentuh bibir. Airys menahan napas. Memorinya terlempar pada saat kemarahan Arsha hanya karena ia bersama Jayendra. Bibir itu, bibir yang sudah menciumnya. Membungkam Airys dengan cukup ganas.

Tiba-tiba saja wajah Airys memanas, seperti terbakar. Pipinya pelan dirambati oleh rona semerah tomat.

Airys melotot saat Arsha tiba-tiba menahan tangannya. "Asa?"

Lelaki itu masih diam dengan mata terpejam. Airys yang masih dilanda rasa kaget dan malu berusaha menarik tangannya menjauh. "Asa, lepas."

"Kenapa berhenti?" tanyanya dengan suara serak. Airys mematung, jantungnya kian berdetak kencang. Ia bisa melihat mata itu pelan terbuka hingga saling bertubrukan.

"Ka-kamu nggak tidur?" Suara Airys gagap. Sial, gadis itu merutuk dalam hati.

"Kenapa berhenti?" Bukannya menjawab, Arsha kembali menanyakan hal sama. Bibirnya menyeringai samar saat membawa tangan Airys menyentuh bibirnya. "Kamu ingin saya menciummu lagi, Princessa?"

ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang