Kegelapan yang lama terhanyut hilang...
Awan putih menggiring mendung menemukan singgasana
Sampai ke pemukiman yang butuh turunnya hujan
Mentari berbisik, "aku pun ingin dibutuhkan."Bara dan Dara sedang berada di teras rumah menatap deretan hujan seraya menunggu Nada pulang. Ibu menitipkan gadis berumur sembilan belas tahun kepada mereka, setelah berpamitan pergi ziarah ke makam para wali. Terlihat konyol bukan? Karena mereka tahu umur Nada tak setua pemikirannya. Kalau tidak diawasi, bisa saja Nada mengundang teman satu kampus untuk berpesta ria di rumahnya.
Beberapa kali menghubungi, namun tak ada jawaban dari Nada. Hanya operator wanita yang memberi informasi bahwa nomor yang dituju sedang tidak aktif. Terpaksa mereka hanya bisa pasrah menunggu adiknya pulang dari rumah.
Sebetulnya, bisa saja Bara mencari keberadaan Nada ke rumah teman dekatnya. Hanya saja, Bara tidak tega meninggalkan istrinya yang hamil besar itu di rumah sendirian.
Dari kejauhan, seorang wanita sudah basah kuyup terguyur hujan keluar dari taxi berwarna kuning. Entahlah, padahal taxi mempunyai atap untuk melindungi penumpang dari hujan, namun baju Nada seperti sudah lama basah.
Nada berjalan gontai dengan pendar memerah. Tatapannya nyalang ingin menghabisi lawannya. Lihatlah, siapa yang akan dihampiri Nada dengan langkah besar itu?
Kini wanita basah itu sudah berada di depan Bara—kakak iparnya—sedikit mendongak karena tinggi mereka tak sejajar. Nada mencoba memaki lewat tatapan tajam.
"Dari mana kamu?" tanya Dara menohok. Sebelum sapa sindiran dilontarkan Nada.
Pertanyaan itu diabaikan oleh gadis itu. Ia lebih tertarik menatap tajam ipar yang membuat tanduk merah di kepalanya tumbuh.
"Lagi-lagi kamu lancang!"
Bara beralih menatap istrinya kebingungan.
"Saya putus dengan Adit gara-gara kamu!" Seraya menunjuk, Nada menekan kata kamu di akhir kalimat.
Bara bergeming, meskipun ia tahu maksud dari iparnya itu.
"Mengapa kamu ikut campur? Bahkan kamu orang lain di sini!" sentak Nada membanting tas kesayangannya. "Sampai kapanpun, kamu akan terus jadi orang asing bagi saya." Air matanya terus jatuh menderai, bersama helaan napas putus-putus karena kalah dengan rasa sesal.
Sudah berapa kali Bara bertingkah seenaknya. Menghubungi kekasih Nada mengaku kakaknya. Yang paling parah, dia pun pernah mengajak bertemu kekasih Nada dengan dalih ingin mengetes keseriusan dan bukti cinta sang lelaki. Nyatanya, setiap lepas dari pertemuan itu, hubungan percintaan Nada kandas begitu saja. Nada yakin, ada campur tangan Bara di dalamnya.
"Saya minta maaf Nada!" ucap parau Bara, yang mendapat tatapan tak terima oleh Nada.
"Mas Bara baik Nada, dia tidak pantas buat kamu. Mas Bara bahkan cerita ke Mbak, kalau pacar kamu itu tidak ada yang benar—" kalimat Dara terhenti.
"Mbak Dara tau apa?" potong Nada bernada ketus. "Mbak itu cuman tau lewat dia." Tudingan tajam berbentuk lirikan ke arah Bara.
Nada si keras kepala, dia akan merasa dirinya benar jika menyangkut kebahagiaannya. Walaupun dia belum tahu, kebahagiaan yang dirasa itu nyata atau palsu.
Dari awal hubungan Bara dan Nada tidak baik. Bagi Nada, Bara adalah orang asing yang kebetulan menikah dengan kakaknya. Hal itu tak menjamin mereka erat. Keikut campuran Bara terhadap kehidupan pribadi Nada membuatnya kesal.
Di satu sisi, Bara menganggap Nada adalah wanita yang harus dilindungi selain istri dan ibunya. Nada adalah gadis belia yang mudah diprovokasi. Di tengah ancaman mengenai eksploitasi, pemerkosaan, bahkan pembunuhan bagi remaja wanita. Bara tidak ingin adik kesayangan sang istri itu ikut terjerumus hal yang tidak benar hingga bisa membahayakan nyawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Love Rewritten
RomanceSaat kehilangan kakak tercintanya, Nada merasa hidupnya penuh dengan tragedi di luar kendalinya. Ia dipaksa menikah dengan suami dari sang kakak. Membuatnya harus terjebak cinta yang rumit. ⚠️ Content Warning 🔞 Banyak kata kasar dan adegan dewasa...