Part 17

265 28 2
                                    

Gamaliel menyeka keringatnya ketika tiba didalam kelas, saat ini sudah jam 06:45 pagi. Baru beberapa teman yang sudah ada di sana, karena jam masuk kelas adalah pukul 07:15.

Untuk pergi ke sekolah, Gamaliel memang harus pergi dari masih pagi-pagi sekali, biar dia tidak telat karena jarak sekolah dan tempat tinggalnya sangat jauh, apalagi dia berjalan kaki, tidak menggunakan kendaraan pribadi seperti teman-temannya yang lain.

"Gama, kenapa baru sekolah? Kemarin-kemarin kemana saja?" Tanya seorang siswi saat melihat kedatangan Gama yang sudah beberapa bulan ini tidak terlihat.

"Ada beberapa masalah," jawab Gamaliel sambil tersenyum manis, gadis itupun hanya mengangguk kecil saja, dan tidak bertanya apa-apa lagi.

Gamaliel duduk dibangku nya yang berada tepat disamping bangku Rivai. Dia mengeluarkan kotak makanannya. Dia tidak sempat sarapan, jadi dia menyempatkan waktu sebentar untuk membuat telur dadar. Jadilah sarapannya pagi ini adalah nasi dan telur dadar.

Dia memakan sarapannya dengan khidmat, sebenarnya dia masih belum diizinkan sekolah oleh kakaknya, tapi dia sudah merasa bahwa tubuhnya sudah fit.

Selain itu, dia juga tengah kabur dari amukan Daddy nya. Dia takut jika Daddy nya memukulnya karena sudah berani-beraninya masuk kekamar sang Daddy tadi malam.

Dia masih trauma dengan kejadian yang menimpanya beberapa bulan yang lalu, bahkan bekas-bekas luka itu masih ada tandanya.

Dilengan kanannya ada dua bekas luka cambukan yang sudah menghitam, sedangkan dilengan sebelah kirinya ada beberapa.

Dibetis, dan pahanya lebih parah,, namun yang paling parah adalah punggungnya. Bahkan ada beberapa luka dipunggung yang harus di obati.

Kulit putih bersihnya menjadi ternodai dengan bekas luka cambukan waktu itu.

Itulah sebabnya mengapa dia memakai jaket, agar teman-temannya tidak melihat bekas itu. Untung saja waktu makan malam saat itu, kedua orang tua Rivai tidak terlalu memperhatikan kedua lengannya.

"Gamaaaaa!" Gamaliel hampir tersedak, dengan Rivai yang datang-datang tiba-tiba saja memeluknya dari samping.

"Akhirnya lu masuk juga!" Ujar Rivai kegirangan.

"Udah Vai, gue mau makan..." Gamaliel menyingkirkan lengan sang sahabat dari tubuhnya.

"Hehehe maaf..." Cengir Rivai, sambil melihat menu makanan Gamaliel pagi ini.

Rivai tidak banyak bicara, dia kemudian duduk dikursinya, sambil mengobrol dengan Gamaliel, hingga pada akhirnya pemuda itu sudah selesai dengan sarapannya.

Gamaliel menyimpan kotak bekalnya yang sudah kosong itu didalam tas dan mengambil handphonenya, sambil sesekali membalas ucapan Rivai.

Dia menyalakan handphone nya, dan mendapatkan beberapa notifikasi. Satu panggilan tak terjawab dan tiga chat dari kakaknya, dia memang terbiasa mengheningkan dering teleponnya.

Kak Bas~
Kakak akan jemput kamu pas pulang sekolah.
⁰⁶ ⁴⁷
Kak Bas~
Kalau merasa sakit, atau tidak enak badan, langsung hubungi kakak.
⁰⁶ ⁴⁷

Kak Bas~
Atau kalau ada sesuatu yang buruk, langsung hubungi kakak, okay?
⁰⁶ ⁴⁸

"Huff maafin aku karena udah nggak nurut sama kakak," gumam Gamaliel dengan suara yang amat pelan.

"Lo ngomong sesuatu, Gam?" Tanya Rivai yang duduk disampingnya, membuat Gamaliel menatapnya tersenyum sambil menggeleng pelan sebagai jawaban.

You~
Maaf.

 Son Of A MurdererTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang