Bab 08.

332 76 3
                                    

"Loh kak kok udah balik aja?" Tanya Aslan yg melihat mobil sang kakak masuk ke halaman garasi.

"Tolong bawain barang gue dulu."

Aslan lekas berjalan menuju kearah kakaknya, dia mengambil satu kardus besar yg entah apa isinya. Meskipun banyak pertanyaan dalam otak Aslan namun dia masih menahan nya agar tidak bertanya kepada langit.

Marven yg melihat Aslan dan langit masuk kedalam rumah gegas dia beranjak dan membantu keduanya membawa barang, biru yg menyaksikan itupun tak luput bangkit dari tempat dia bermain nya.

"Buset lang lo mau pindahan atau gimana" ujar marven yg melihat betapa banyak nya barang yg dibawa langit.

Langit mendudukan bokongnya di sofa sambil membuang nafas, biru yg melihat sang papa lelah langsung naik ke sofa dan memijat tangan langit.

"Papa capek ya bekerja buat biru" katanya membuat langit tersenyum tipis.

"Nggak. Papa gak akan pernah lelah jika itu buat langit."

"Kak, lo belum jawab lo pertanyaan gue sebenarnya ini ada apa, kok lo dari kantor banyak bawa barang sih."

Sebelum bercerita langit membuang nafasnya kasar, lalu menatap sang anak yg sedang memijit nya.

"Sayang bisa bermain sendiri dulu, papa sama Aslan dan om marven mau bicara sebentar" ujar langit dengan lembut.

"Bisa papa, biru ke kamar aja deh main nya."

"Anak pintar" ucap langit sambil mengelus rambut anaknya.

Biru lekas membawa mainan nya dan menuju ke kamar pribadi dia, marven dan Aslan lekas duduk dengan antusias membuat langit tertawa.

"Kok ketawa sih buruan kasih tau kita" kata Aslan yg tidak sabaran.

"Lo pada lucu banget sumpah."

Aslan mendengus begitu pun marven ingin rasanya dia mencakar wajah langit kalau tidak ingat langit adalah kakak aslan, langit berdehem sebentar untuk memulai pembicaraan nya yg serius.

"Gue udah gak kerja di kantor cabang itu lagi."

"Lo dipecat?" Tanya marven memotong ucapan langit.

"Dengerin gue dulu bisa gak sih! Astaga lama-lama gue gak jadi cerita sama kalian."

"Haha oke. Sorry soalnya kita penasaran banget."

"Jadi itu gue bukan di pecat melainkan dipindah tugaskan, ya seperti yg gue bilang sama lo pada. Kalau atasan gue meminta gue buat menggantikan asisten pribadi bos yg di kantor pusat itu. Jadinya atasan gue tadi meminta gue besok segera berangkat kesana soalnya asisten yg lama sudah mengundurkan diri."

"Ini serius kak. Maksud gue bukan nya senin depan ya."

"Nah itu gue gak taunya, kayak terkesan mendadak. Mau nolak juga gak enak kan sayang juga gaji nya gede. Gue butuh buat sekolah biru soalnya."

"Terus ini lo langsung pindah? Barang lo dirumah ini banyak anjirr."

"Gak gue bawa lah. Palingan gue bawa yg penting, tapi ada satu hal yg mengganjal dihati gue."

"Apa?" Seru Aslan makin penasaran.

"Tadi bos gue ngasih kartu nama dan katanya nama itu adalah asisten pribadi bos yg di jakarta, cuman namanya gue kenal yaitu Richard adiputra. Lo pasti taulah siapa dia, dia senior gue di kampus dulu dan juga sahabat karib kalandra."

Aslan dan marven saling pandang satu sama lain, langit mendongak keatas mencoba berpikir ada kaitan apa sebenarnya antara Richard dengan perusahaan itu, sebenarnya langit mau menebak jika Richard kerja dengan kalandra namun hatinya meragu dan terkesan tidak mungkin jika Richard bekerja sama dengan biru.

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang