***********
Riri mengajak Luna menuju tempat duduk yang lebih sepi di area taman kampus, di bawah rindangnya pohon-pohon besar. Tempat itu adalah salah satu favorit mereka berdua, karena tenang dan jauh dari keramaian. Setelah duduk, Riri menatap Luna dengan wajah penuh perhatian.
"Jadi, aku bisa lihat ada yang kamu sembunyikan. Mau cerita, Lun?" tanya Riri dengan suara lembut, tak ingin memaksa.
Luna menghela napas panjang, merasakan sedikit beban di dadanya. "Iya, Ri... Ada banyak yang telah terjadi terutama tadi malam." Suaranya bergetar sedikit, tapi ia memaksa dirinya untuk tetap tenang.
Riri menunggu dengan sabar, membiarkan Luna menceritakan semuanya tanpa memotong. Luna mulai menceritakan kejadian pagi itu, bagaimana kakanya tiba-tiba melarangnya pulang bersama Willi, dan juga tentang bagaimana kakanya meninggalkannya di tengah jalan sebelum sampai rumah. Ia juga mengungkapkan perasaan bingungnya tentang sikap kaka tirinya. Danny yang akhir-akhir ini semakin keras dan sulit dipahami, dan bagaimana dia selalu merasa tertekan oleh ayahnya, yang tak pernah benar-benar menerimanya sebagai anak, dan sejujurnya ia juga merasa iba pada gretta, ibu tirinya hanya karna permasalahan ayahnya masih belum sepenuhnya melupakan lussi, ibunya.
Meski sekarang ditambah pandangan orang-orang terhadap nya membuatnya tertekan tapi itu tidak akan mampu membuat luna terpuruk, karna hal yang seperti itu sudah ia dapatkan sejak kecil.
"Aku... aku cuma nggak ngerti, Ri," Luna berkata pelan, menunduk dan memainkan ujung jaketnya. "Kenapa kak danny selalu keras sama aku? Dan kenapa juga papa selalu melihat aku seolah-olah aku ini hanya pembawa masalah?"
Riri mendengarkan dengan serius, matanya bersinar penuh empati. Ia tahu, selama ini, Luna selalu menanggung semua itu sendiri tanpa mengeluh. "Lun... aku nggak bisa bayangin betapa beratnya semua ini buat kamu," kata Riri pelan, "Tapi aku tahu satu hal. Kamu nggak sendirian. Aku ada di sini buat kamu."
Luna tersenyum lemah mendengar dukungan sahabatnya. Meski hatinya masih dipenuhi banyak pertanyaan dan kebingungan, setidaknya ia merasa lega karena ada Riri, sahabat yang selalu bisa menenangkan dan memberinya semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Luna (END)
Teen Fiction⚠️jangan plagiat‼️ide mahall sengkuu, yuk guys sebelum baca janlup follow dulu⚠️ "Orang menangis bukan karena mereka lemah. Tapi, mereka menangis karena telah berusaha kuat dalam waktu yang lama" -Luna Ruzelia "Tujuanku adalah selalu membuatmu, ter...