Dentuman musik terdengar keras dari balik jendela kamar Gadi cantik, satu menit dua menit ia Masi diam, tetapi diam nya telah tergantikan oleh rasa kesal, gadis itu membuka jendela kamar nya, menoleh kanann dan kiri, ia menyipit kan mata nya, mulut nya berdecak kesal.
Gadis itu keluar dari kamar dengan tergesa-gesa, sambil mengangkat rok nya ia berjalan dengan nafas yang memburu, saat melewati ruang tamu, langkah nya terhenti.
Danang ayah nya gadis itu melihat anak gadis nya dengan tatapan heran, Yap gadis itu bernama Haura.
" Hey, kamu kenapa sayang" tanya Danang.
Haura tak menjawab ia membuka pintu dan keluar tanpa memakai alas kaki, tak lupa membawa sapu.
Prak...
Prak...
Prak..Tiga kali Haura menggebuk punggung laki laki yang sedang bermain game sambil mendengarkan musik yang begitu kuat, posisi laki laki itu tepat berada di samping kamar Haura, disitu terdapat gardu tempat anak laki-laki berkumpul, namun kali ini hanya ada satu saja.
"Heh gila ya lo, Haura sakit woy"teriak Arsya sambil berjaga jaga.
"Asa bisa ga si musik nya kecilin" tegur nya sambil menunjuk Arsya dengan sapu.
"Ra, kan bisa negur baik baik"
"Ga gabisa ya, kamu udah ganggu aku, aku ga bisa tidur gara gara musik kamu yang jelek kaya musik di dalam angkot"maki Haura.
Arsya tak mau memperpanjang perdebatan kali ini, Arsya menuntun Haura, otomatis Haura mengikuti jalan Arsya.
Arsya mengetuk pintu rumah Haura.
"Om, om, om Danang hallo om" panggil Arsya, saat Haura ingin bicara mulut nya langsung di bekap dengan bungkus kuaci.
Danang keluar dengan tatapan heran penuh dengan tanda tanya.
"Ada apa sa, kenapa Haura"tanya Danang.
"Om Haura pukul aku pakai sapu om"adu nya.
"Heh cowok dasar ya tukang ngadu ngadu, kalau bukan ka...."belum sempat Haura melanjutkan pembicaraan nya, Dangan sudah lebih dulu berbicara.
"Ayo masuk aja" ajak Danang "duduk" suruh nya.
"Papah, aku ga bisa bobo, suara musik asa kenceng sampe ke kamar aku"adu nya sambil mendusel di ketiak Danang.
"Tapi dia pukul aku om, pakai satu itu"jelas Arsya sambil menunjuk sapu yang tergeletak di lantai.
Danang tersenyum geli, melihat anak nya dengan anak tetangga nya bertengkar, terlihat lucu tapi membuat nya pusing.
"Sudah sudah, Arsya juga tolong kalau main jangan berisik ganggu tetangga, kalau om aduin ke pak Sigit gimana hm?" Tanya Danang.
"Eh om, jangan lah, yang ada tuh gardu di hancurkan ayah"
"Aduin aja pah, Haura ga bisa bobo tau"sahut nya .
Arsya memandang Haura dengan malas.
"Kalian setiap hari ada aja kelakuan nya, nanti kamu sa cari cari Haura, nanti Haura cari cari kamu"kekeh Danang.
"Engga ya om, Haura tuh yang cariin aku terus"saut Arsya.
Haura melemparkan Arsya pakai asbak rokok yang ada di depan nya, tepat mengenai dahi Arsya, sedikit berdarah, Danang cemas melihat nya.
"Heh, Arsya kamu gapapa?"tanya Danang panik.
Arsya mengusap dahinya, meringis menahan perih"gapapa om, asa balik dulu deh mau bersihin ini, sambil melirik Haura yang menahan nangis sambil menutup sebagian wajah nya dengan bantal, sehingga hanya menyisakan bagian mata nya saja.
Arsya sudah pulang dan Danang sudah membersihkan asbak rokok yang tadi di lempar anak nya.
Danang duduk di samping Haura,"sayang, kenapa kaya gitu, kalau"tanya lembut namun dengan tatapan mengintimidasi.
"Aku kesel pah"jawab nya, sudah tak bisa menahan air mata.
"Masuk kamar, kamu ga boleh keluar sampai besok, paham ga?"
Haura bangun dan langsung masuk ke kamar nya.