ENAM

211 26 23
                                    

"Dokter Sky?"

Wajah Sena tampak kebingungan. Dia baru pertama kalinya menginjakkan kakinya ke rumah sakit swasta terbesar yang ada di kota tempat tinggalnya ini.

Tapi daripada itu, Sena lebih bingung lagi dengan dokter dan perawat disana yang menyapanya dengan nama Dokter Sky.

Pemuda dengan mata bak anak anjing itu tampak kebingungan. Minho yang menggendongnya pun sebenarnya juga sama. Tapi daripada itu semua, membawa Sena masuk adalah hal yang terpenting saat ini.

"Dokter Sky? Apa yang anda-"

"Dia bukan dokter Sky. Tolong beritahu saya, dimana saya bisa meletakkannya?" Minho dengan tegas memotong ucapan perawat yang menyambutnya itu.

"Baik tuan, maafkan saya. Anda bisa meletakkannya di ranjang nomer tiga. Kami akan mengelompokkannya nanti sesuai kegawatan. Untuk tuan, apa keluhannya?"

"Dia sepertinya terkilir." Jawab Minho singkat.

Minho meletakkan tubuh kurus Sena dengan hati-hati. Sena memandanginya dengan tatapan khas anak anjingnya yang membuat Minho menutup matanya pelan.

"Tuhan, ingatkan aku untuk tidak memangsanya sekarang. Apa-apaan lelaki kecil ini?? Apa-apaan tatapannya itu?? Kenapa mata anjing itu selalu menyeretku ke dalam pesonanya??" Minho merutuki dirinya sendiri dalam hati.

"Minho, aku takut." Bisik Sena lirih.

"Kenapa takut?"

"Bagaimana kalau?? Bagaimana kalau aku di operasi??" Sena bertanya dengan polosnya.

Minho menghembuskan nafasnya kasar. "Sena, kau hanya terkilir, oke? Bukan patah tulang. Hentikan pikiran burukmu itu!"

"Cih!" Sena mengerucutkan bibirnya kesal. Percuma ngomong sama lelaki berhidung mancung itu. Sama sekali tidak membantunya.

"Sudah berapa kali aku bilang Sena?  Jangan majukan bibir tipismu itu kalau kau tidak mau kucium. Aku pencium yang handal, barangkali kau lupa." Minho berbisik di telinga Sena.

Dengan kesadaran penuh, Sena langsung mengatupkan mulutnya.

Setelah memeriksa dengan singkat, perawat itu lalu membawa Sena ke bagian tirai yang berwarna hijau. Karena ini bukan kegawatan maka perawat itu bilang kepada Minho untuk menunggu karena setelah ini dokter akan datang.

"Halo, permisi. Saya dokter Han dan saya akan memeriksa an-" Ucap seorang lelaki berpipi tembam dengan jas putih yang baru saja datang

"Dokter Sky?" Lelaki berjas putih itu tampak terkejut.

"Maaf dokter, namanya Sena, bukan Sky." Minho menimpali dengan cepat.

Sesungguhnya Minho lelah. Sebenarnya ada berapa orang dengan wajah seperti Sena ini?? Kemarin para lelaki berjas itu menyebutnya Sean, sekarang Sky, setelah ini siapa lagi? Siapa itu Sean? Siapa itu Sky? Minho sendiri bahkan tidak tau.

"Oh! Maafkan saya. Wajahnya mirip sekali dengan teman saya yang bekerja di rumah sakit ini. Baik, saya periksa dulu kakinya ya, Sena?" Ucap dokter Han.

Sena mengangguk pelan.

"Ini terkilir."

"Sena, sebaiknya jangan terlalu banyak beraktivitas. Kakinya diistirahatkan dulu karena aktivitas yang berat bisa memperparah kondisi. Di rumah ada kulkas?"

Sena mengangguk.

"Nanti sampai di rumah, kompres kaki yang terkilir dengan es untuk mengurangi bengkaknya. Saya akan membalut kakimu yang bengkak untuk sementara, nanti sampai di rumah lakukan apa yang saya intruksikan."

SENA | 2MinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang