Proses syuting eliminasi perdana telah dimulai. Aku dan timku berdiri cemas di belakang panggung, menyaksikan presentasi Renjiro melalui layar besar yang dipasang di backstage. Aku berusaha fokus, tetapi pikiran kami berlarian, terutama ketika melihat Kayla yang berdiri di samping Renjiro, menampilkan senyumnya yang membuatku tidak nyaman.
“Selamat datang di eliminasi perdana Best in Class!” suara Laura menggema di seluruh ruangan. Wajahnya cerah dan penuh semangat.
Selesai menyorot Laura, layar beralih menampilkan dewan juri. Ada Dr. Adi Hardiano, seorang dokter sekaligus pemilik klink kecantikan ternama. Di sebelahnya, ada Nia Kirana, CEO perusahaan investasi terkemuka. Diikuti dengan Budi Hariwardana, pemilik dari waralaba es krim yang sudah mendunia. Mereka bertiga bertugas sebagai juri tetap.
Selain juri tetap, ada pula Raden Pratomo yang bertindak sebagai juri tamu sekaligus atasanku di kantor. Sungguh menyebalkan. Instingku mengatakan pria ini memiliki hubungan dengan Kayla. Hal yang membuat wanita itu begitu yakin aku akan tereleminasi pertama kali. Aku menghela nafas pelan.
Presentasi dimulai. Renjiro membuka presentasi dengan percaya diri. “Kami memilih untuk menjual kerupuk kemplang dengan menggunakan attractiveness theory atau teori daya tarik. Kami percaya, karakter dan daya tarik alami milik tim akan sangat membantu dalam proses penjualan.”
“Strategi yang menarik,” ucap Nia. “Tetapi bagaimana kalian mengukur keberhasilan dari pendekatan ini?”
Renjiro tersenyum. “Hal ini dibuktikan dari pendapatan kotor yang kami terima setelah penjualan,” jawab Renjiro, suaranya tenang dan meyakinkan.
Aku mendengarkan dengan saksama. Memang benar, tim Renjiro beruntung memiliki sosok yang menarik secara fisik seperti Kayla dan Ryan. Meskipun menyebalkan, aku harus mengakui bahwa sisi manipulatif serta penampilan Kayla sangat berguna dalam tantangan pertama. Terbukti dari hasil tim penjualan mereka yang memang lebih baik dari timku.
Setelah presentasi Renjiro berakhir, timku dipanggil ke atas panggung. Setelah dirasa siap, aku sebagai pemimpin tim memulai presentasi.
“Kami memanfaatkan kekuatan komunitas dengan mendekati pelanggan langsung,” ujarku, berusaha menahan getaran suaraku. “Kami juga menyisihkan sebagian produk sebagai sampel untuk menarik pelanggan.”
Raden segera memotong, “Penggunaan sampel memang menarik. Namun, apakah kalian tidak berpikir bahwa metode ini dapat mengurangi pendapatan kotor?”
Kami saling berpandangan, ketegangan menyelimuti. “Kami berusaha mengurangi dampak itu dengan menyesuaikan harga jual,” jawabku, berusaha menunjukkan keyakinan.
“Tapi tim lawan juga menjual produk yang sama. Tentu mereka yang menawarkan harga lebih rendah akan lebih dilirik pelanggan,” tambah Raden, suaranya tegas.
Aku terdiam, tidak ada yang bisa dibela. Meskipun meragukan netralitas Raden, dia benar: timku kalah.
“Jadi, siapa di antara kalian yang paling berperan dalam kekalahan ini?” tanya Dr. Adi, tatapannya mengintimidasi.
Kami saling menatap dalam keheningan mencekam. Napasku tercekat, merasakan ketidakpastian.
Setelah presentasi selesai, kami diminta untuk memilih peserta yang harus dieliminasi. Hasilnya sudah jelas: semua jari menunjuk ke arahku. Dengan langkah lemah, aku kembali ke belakang panggung, menunggu dewan juri berdiskusi. Rasa cemas menggelayuti hati meski aku sudah tahu siapa yang akan tereliminasi.
***
Dewan juri akhirnya selesai berdiskusi. Seluruh peserta dipanggil kembali ke panggung. Laura menatap kami dengan serius, mengatur napas sebelum mengumumkan.
“Kami sangat menghargai usaha semua tim. Namun, harus ada yang harus meninggalkan kompetisi ini. Dan orang pertama yang harus pergi adalah ... Clarissa.”
Kata-kata itu menghantamku, menghancurkan harapanku dalam sekejap. Raden memandangku dengan tatapan tajam, sementara Kayla tersenyum puas.
Sebelum aku sempat mengucapkan kata terakhirku, Sinta mengangkat tangannya.
“Tunggu. Ada yang ingin saya sampaikan,” ucapnya, suaranya memecah keheningan.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST IN CLASS (SEGERA TERBIT)
RomanceRenjiro Saputra, pemuda blasteran Jepang dan Indonesia yang sangat menyukai game dan bercita-cita memiliki sekolah game sendiri, namun selalu menghadapi tekanan dari ayahnya yang menginginkan Renjiro untuk menjadi seorang dokter. Di sisi lain, ada C...