FLASHBACK
Saling tertawa membuncah bahagia, berlarian kejar-kejaran di bawah cuaca cerah di tengah hamparan bunga. Senyuman Baekhyun yang takkan pernah Ahra lupakan ketika prianya itu selalu memanggil namanya dengan indah seolah hanya namanyalah yang terus terngiang dalam ingatan.
Genggaman tangan hangat yang menghantarkan kasih sayang tak tersirat walau sederhana. Bahkan kala sepasang netranya yang indah selalu menatap ke arah Ahra tanpa teralihkan.
Kecupan, pelukan bahkan segala bentuk sayang dan cinta yang Baekhyun berikan menjadi hal terindah di dalam semua kenangan Ahra. Terekam jelas dan tersimpan apik dalam ingatan. Berharap waktu berhenti di saat dirinya tengah bahagia.
"Saranghae, Byun Ahra."
Ucapan kata cinta yang takkan pernah Ahra lupa. Seperti jimat di setiap detiknya waktu yang berjalan.
Dan kini kenangan manis itu pada akhirnya hanya menjadi ingatan tak berarti lagi, bagai debu yang mudah tersapu hilang hanya dengan tiupan angin.
Diam saling menatap enggan untuk membuka suara. Penuh kata dan kalimat namun bingung harus memulai dari mana. Mereka bahkan belum resmi bercerai tapi berhadapan begini sudah sangat terasa asing satu sama lain.
"Tentang kehamilanmu -- kau sungguh sedang mengandung?" Tanya Baekhyun membuka suara.
"Kau terlihat terkejut sekarang. Wae? Kau tak ingin aku hamil?" Ucap Ahra berdecih.
"Hem, aku tak pernah mengharapkan kau hamil dariku."
Singkat padat dan jelas. Baekhyun benar-benar mengatakan apa yang pria itu harapkan dengan lantang tanpa merasa bersalah, bahkan ekspresi wajahnya pun terlihat tak peduli dan amat sangat terkesan datar.
Bodohnya lagi Ahra kini masih berusaha memutar otak untuk membalas apa yang suaminya itu katakan walau kepalan tangannya sudah menguat menahan amarah.
"Taruhanku sepertinya terlihat bodoh untukmu, benarkan?" Ucap Ahra mencoba tertawa.
Baekhyun diam, kepalanya bergerak miring sambil melipat kedua tangannya menatap Ahra dengan tajam. Sisi lainnya meminta untuk tak berbuat sejahat ini pada sang istri namun iblis dalam dirinya terlalu menguasai.
"Katakan saja intinya. Kau bukan orang yang berbelit-belit Ahra."
"Geurae.. aku memang mengarang. Kau tahu benar aku tidak pernah bisa berbohong padamu.. tapi haruskah kau sejauh ini menyakitiku?"
"Aku sudah menyetujui untuk bercerai denganmu, apa lagi yang kau inginkan?"
Ahra mengulas senyum hambar, melihat Baekhyun yang serius begini tentu adalah hal lain yang harus Ahra hadapi dengan hati yang menguat jika tidak mungkin dirinya akan hancur saat ini juga, di hadapan suaminya sendiri.
"Apa pernikahan kita lelucon bagimu?" Tanya Ahra lirih, sedikit menundukkan kepalanya menatap teh dalam cangkirnya mencoba tetap tegar.
Terdengar helaan nafas yang berat dari Baekhyun. Pria itu terdiam beberapa saat menciptakan keheningan hingga membuat Ahra sedikit mendongakkan kepalanya menatap kembali ke arah suaminya itu yang justru tengah mengalih pandang melihat arah luar jendela kaca samping kursinya seakan melamun sejenak entah apa yang dipikirkannya.
"Aku tidak pernah menyesali pernikahan kita, bahkan jika waktu bisa diulang kembali.. aku akan tetap menikahimu. -- aku bahagia bersamamu tapi aku tidak menemukan kenyamanan meski sudah kucoba. Lalu, apa menurutmu aku harus mempertahankannya? Aku juga membenci diriku yang egois, tapi tak ada alasan yang bisa membuatku tetap mempertahankanmu."