3.Calling🔉

28 15 0
                                    

"Aku turut berduka atas kematian Razha, kau pasti sangat terpukul atas kematiannya" ujar Ella sembari tertunduk

"Razha? siapa dia?" tanyaku
"Zea.... aku tau kau begitu mencintai Razha, karena kau tidak ingin melupakannya, kau tidak perlu berusaha untuk tidak mengingatnya" ujar Ella sembari mengeluarkan ponselnya, Ella meletakkan ponsel itu tepat dihadapanku.

"Zen?" ujarku sembari mengerutkan dahiku saat melihat foto disebelah kiri itu, sangat mirip seperti Zen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zen?" ujarku sembari mengerutkan dahiku saat melihat foto disebelah kiri itu, sangat mirip seperti Zen.

"Iya, dia membunuh Razha, dan kau sebagai pacarnya pasti merasa terpukul" ujar Ella

Aku membaca ulang kalimat yang tertera diatas foto-foto itu.

Mataku mendadak terbelalak sempurna melihat kode D 41 itu lagi, bagaimana bisa, jadi hari dimana Razha terjatuh bertepatan dengan hari dimana aku ingin menolong seseorang waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mataku mendadak terbelalak sempurna melihat kode D 41 itu lagi, bagaimana bisa, jadi hari dimana Razha terjatuh bertepatan dengan hari dimana aku ingin menolong seseorang waktu itu.

Dan Zen?

"Bagaimana dengan Zen?" tanyaku pada Ella

"Seperti yang kau lihat, Zen sudah dibebaskan, dan mungkin hari ini dia akan kembali bersekolah" ujar Ella

Aku menjatuhkan tubuhku setelah mendengar perkataan Ella, bagaimana bisa seseorang yang sudah mati hidup kembali? jelas-jelas tadi malam aku melihat sendiri Zen sudah mati dalam rumah tua itu.

"Hei... ada apa denganmu? mari ku bantu berdiri" ujar Ella sembari membantuku berdiri

"Kakimu terluka, tunggulah sebentar disini, aku akan mengambilkan obat untuk mu" ujar Ella sembari pergi, sementara aku duduk sendiri dalam ruangan itu, jam sudah menunjukkan pukul 07.40 tapi belum ada siswa lain yang datang.

"Alexaaa"

Aku menoleh saat mendengar seseorang menyebutkan nama asliku.

"Hai Zea"

Oh tuhan.... dimanakah aku, orang ini adalah Zen, dia berdiri dihadapanku, bahkan menyapaku.

"Kakimu terluka, biarkan aku membantu mengobatinya" ujar Zen sembari duduk dihadapanku, dia mengeluarkan betadine, serta kain kasa dari tasnya.

"Sepertinya lukamu masih baru, jangan biarkan terkena air, dan usahakan kau tidak memakan makanan yang membuat luka mu semakin memburuk, dan satu lagi, jangan lupa untuk membersihkannya setiap hari" ujarnya padaku, aku hanya diam saja, tapi salah satu jemariku menyentuh rambutnya yang sedikit bergoyang karena tiupan angin.

"Zen" panggilku

"Kau melupakan aku?" tanyaku padanya.

"Oh tentu saja tidak, kau adalah salah satu teman kelasku, bagaimana bisa aku melupakanmu?" ujar Zen sembari tersenyum kecil.

"Bukankah kau dan aku adalah saudara? ayahmu adalah kakak dari ibuku?" tanyaku lebih lanjut

"Sepertinya kau keliru, aku yatim piatu dan tidak punya keluarga, aku tinggal bersama seorang pria yang dulunya pernah menolongku"

Aku terdiam begitu lama, bagaimana bisa Zen mengatakan dia yatim piatu? ayahnya adalah anak sulung keluarga Russell, dan ibuku adalah putri ke 4, hubungan Zen dan aku juga cukup baik, tapi kenapa dia begitu aneh?

"Zen, tahun berapa ini?" tanyaku kemudian

Zen terkekeh mendengar pertanyaanku, mungkin dalam pikirannya pertanyaanku terdengar aneh.

"Sekarang tahun 2020"

Aku terkejut, bagaimana 4 tahun bisa berganti dalam waktu satu malam.

"Ada yang salah?" tanya Zen

"Oh tidak, hanya saja aku seperti mengalami beberapa kejadian aneh dan itu sedikit mengganggu pikiranku" jawabku dengan jujur

"Kau bisa memberitahuku, barangkali aku bisa membantumu"

"Zeaaa??"

Ella datang dengan terburu-buru, sementara Zen telah selesai mengobati luka di lututku, ekspresi Zen terlihat datar saat Ella dan anak-anak lain mulai datang memasuki kelas, Zen berdiri, lalu berjalan menuju ke salah satu kursi yang mungkin itu adalah tempat duduknya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Ella sembari menepuk lenganku

"Bagaimana bisa kau bergaul dengannya?" ujar Ella lagi

"Dia hanya membantuku mengobati luka ini" jawabku pelan

"Kuperingatkan padamu untuk tidak berdekatan dengan Zen, ingat Zen adalah pembunuh kekasihmu, kau tidak boleh bergaul dengannya"

Aku hanya mengangguk pelan, sementara Ella kemudian duduk disebelahku. Pelajaran hari itu berlangsung seperti biasanya, hari itu aku sedikit bingung, karena aku benar-benar tidak mengenal tempat, bahkan orang-orang ini. selama jam pelajaran berlangsung, pikiranku hanya berputar-putar antara siapa dan bagaimana aku bisa tiba di dunia ini?

***

Q.4. Siapa yang memanggil Alexa?

To Be Continue

THE UNSEEN CODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang