Pertarungan

9 0 0
                                    

Saat gerbang Akademi Nexus terbuka perlahan, suara gemerincing rantai dan gesekan logam bergema di udara, memberikan suasana yang mencekam. Di balik gerbang itu, terbentang jalan hutan yang dipenuhi kabut tipis dan pepohonan yang menjulang tinggi. Langit berwarna jingga keemasan saat senja mulai turun, menambah dramatis perjalanan mereka. Althaf dan Nior saling bertukar pandang, mengangguk dengan penuh keyakinan sebelum melangkah keluar dengan cepat.

Begitu mereka mulai berlari, kecepatan mereka semakin meningkat. Angin berhembus kencang, membawa suara langkah kaki mereka yang mantap. Di setiap langkah, mereka merasakan ketegangan dan semangat yang berpadu. Ini bukan sekadar latihan lagi, melainkan misi hidup dan mati yang harus mereka selesaikan.

Jauh di belakang mereka, dari puncak menara akademi, Evan dan Nopla berdiri mengawasi dengan cermat. Mata Evan berkilat tajam, sementara Nopla berdiri tegap, memperhatikan setiap gerakan Nior dan Althaf melalui teknik deteksinya yang hebat.

"Apa menurutmu mereka akan berhasil?" tanya Nopla, suaranya tenang.

Evan tersenyum tipis, matanya fokus pada dua sosok yang semakin kecil di kejauhan. "Jika mereka tidak berhasil, maka mereka bukan yang kita cari. Tapi aku percaya pada mereka."

Ilham juga berdiri di kejauhan, diam-diam memantau dari bayang-bayang menara yang lebih tinggi. Tatapannya tajam, penuh pengamatan. Ia tidak pernah mengatakan apa-apa secara langsung, tetapi diam-diam ia menaruh harapan besar pada Althaf dan Nior. Mereka berpotensi besar, dan ia tahu bahwa ini adalah ujian yang sangat penting bagi mereka.

Di tengah hutan yang semakin gelap, Althaf dan Nior terus berlari. Nafas mereka mulai berat, tetapi mereka tidak melambat. Semakin dalam mereka masuk ke hutan, suara alam sekitar semakin sunyi, seolah-olah hutan itu tahu bahwa ada sesuatu yang lebih mengerikan menunggu di depan.

Dan di tengah kabut itu, mereka melihat sosok seorang pria berdiri di tengah jalan, dikelilingi oleh kilauan cahaya keemasan. Dia tinggi, dengan aura yang mengesankan, pedang panjang yang terbuat dari cahaya murni bersinar di tangan kanannya. Itu adalah Aksa, Pahlawan Cahaya, salah satu Knight terkuat yang pernah ada di Nexus.

Aksa menyadari kehadiran mereka dari kejauhan dan segera memalingkan tatapannya ke arah Althaf dan Nior. Senyumnya tampak samar di balik cahaya yang menyelimutinya.

"Kalian akhirnya datang," kata Aksa dengan nada serius namun tenang. "Aku sudah menunggu. Dan kalian tiba di waktu yang tepat. Monster itu tidak akan lama lagi menunjukkan dirinya."

Althaf dan Nior, yang masih terengah-engah setelah lari panjang, segera berdiri tegak di hadapan Aksa. Mata mereka memperhatikan sosok Aksa dengan penuh kagum. Dia tampak tak tergoyahkan, cahaya di sekeliling tubuhnya berdenyut pelan, seolah-olah menunggu sesuatu yang akan datang.

"Apa situasinya, Aksa?" tanya Nior, matanya menyipit penuh fokus.

Aksa memandang ke arah hutan yang lebih dalam, wajahnya berubah menjadi lebih serius. "Monster itu sudah membantai puluhan prajurit. Bahkan beberapa dari yang terbaik yang kami kirim tak kembali. Ia besar, ganas, dan memiliki kekuatan yang luar biasa. Bahkan cahaya milikku kesulitan menembus pertahanannya."

Nafas Althaf terhenti sejenak mendengar itu. "Jadi, apa rencananya?"

Aksa berbalik, menatap kedua pejuang muda itu dengan mata penuh keyakinan. "Kita tidak bisa menyerang monster itu sendirian. Kalian harus bekerja sama denganku. Kekuatannya terlalu besar untuk dihadapi secara frontal. Kalian punya kelebihan yang unik, dan aku percaya kalian bisa melengkapi serangan cahaya milikku."

Kabut di sekitar mereka semakin tebal. Langit mulai berubah menjadi lebih gelap, seolah-olah alam merespons kehadiran sesuatu yang berbahaya di dekat mereka.

Dunia yang berdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang