1. sakit

129 5 0
                                    


              "Bagaimana pun kalian
                   Tetap keluarga ku"

                Zakia nadira Salsabilla

•••

21.45

Malam yang gelap ditemani dengan remang-remang rembulan. Terlihat seorang gadis SMA lengkap dengan baju putih Abu-Abu menenteng tas nya berjalan dibawah sinar rembulan.

Gadis SMA itu ialah kia, Zakia nadira Salsabilla yang baru saja pulang dari toko tempat ia bekerja. Ya, walaupun masih duduk dibangku SMA kia terpaksa untuk bekerja hanya untuk membiayai kehidupannya sehari-hari.

Keluarga nya tidak pernah memberi uang sepeserpun untuk kia, untung nya kia adalah anak yang cerdas, ia mendapatkan beasiswa jadi ia tidak repot repot untuk membayar uang spp.

Setelah cukup lama berjalan akhirnya kia sampai didepan gerbang rumah nya. Ia berjalan menuju rumahnya dengan Keringat dingin bercucuran, kaki dan tangan bergetar menandakan ia takut. Kia sudah melanggar peraturan yang dibuat oleh ayahnya, tidak boleh pulang lebih dari jam 21.00.

Setelah sampai di depan pintu masuk, kia berhenti sejenak menetralkan degup jantung nya. Setelah sudah lumayan tenang kia membuka pintu itu sembari mengucapkan salam.

Plak

Belum sampai 2 langkah ia masuk kedalam rumah kia sudah mendapatkan tamparan dari sang ayah, bukan jawaban salam yang ia dapatkan melainkan tamparan. Sedari awal kia sudah menduga jika hal ini akan terjadi tapi ia sudah biasa dengan hal ini. Bahkan tamparan yang menyebabkan sudut bibirnya terluka tidak ada rasanya, menurut kia ini sudah menjadi hal biasa hingga menjadi mati rasa.

"PEREMPUAN MACAM APA KAMU HAH"

"KENAPA JAM SEGINI BARU PULANG"

"HABIS NGELAYANI SIAPA KAMU KIA"

"DI BAYAR BERAPA KAMU SAMPAI JAM SEGINI BARU PULANG" bentak Ardi, ayah kandung kia

Deg

Seakan ribuan belati
menusuk kedalam hatinya. Walaupun sudah biasa dengan perkataan kasar ayahnya namun ia juga masih dapat merasakan sakit. Kia menggeleng ribut dengan mata yang sudah berkaca kaca.

Kia tidak mampu mengucapkan sepatah kata pun. Menurut nya juga percuma, ayahnya tidak akan mendengarkan apa yang ia ucapkan. Jadi kia memilih diam sambil menunduk menyembunyikan air matanya.

Disisi lain Ardi muak melihat kia hanya diam menunduk sambil menangis. Ia mencengkram dagu kia untuk mendongak menatap nya.

"SEKALI LAGI SAYA TANYA, DIBAYAR BERAPA KAMU HAH" bentak Ardi menatap mata kia dengan tajam

"NGEJALANG DIMANA KAMU KIA"

kia yang mendengar itu hanya diam, air mata yang tadinya mengalir deras kini telah berhenti, mata yang tadinya terlihat ketakutan kini telah terganti dengan tatapan tajam.

"JAWAB KIA" bentak Ardi dengan tatapan tak kalah tajam menjadi kia

"CUKUP AYAH, KIA CAPE, KIA CAPE SELALU DITUDUH YANG ENGGAK ENGGAK, KIA PULANG DARI TOKO BUAT KERJA AYAH, KIA TIDAK SEMURAH ITU AYAH HINGGA HARUS MENJUAL TUBUH KIA"  bentak kia setelah melepas cengkraman di dagu nya

Ardi yang mendengar itu sontak melotot tak percaya, berani beraninya kia meninggikan suara kepada dirinya.

"BERANI KAMU SAMA SAYA KIA"

Bugh 

Ardi menendang perut kia hingga tersungkur meringkuk dibawah nya. Kia meringis kesakitan.

Tak berhenti sampai disitu, Ardi menambah tendangan di perut kia hingga kia mengeluarkan darah dari mulut nya

Bugh

Bugh

Bugh

Tiga tendangan terakhir yang Ardi berikan kepada kia, Ardi melihat kia yang sudah terkulai lemas tak berdaya dengan darah yang keluar dari mulutnya.

Kia bisa mendengar ayahnya tertawa evil melihat ia tak berdaya seperti ini. Iblis menurut kia.

"Ayah bahagia ya jika kia kesakitan seperti ini, kalau gitu kia rela kesakitan setiap hari demi ayah bisa bahagia" batin kia sembari memegangi perutnya.

kia tidak pingsan, ia hanya memejamkan mata nya merasakan sakit yang luar biasa dibagian perut nya.

"Ya allah tolong kia, ini sakit sekali " batin kia

Disisi lain terdapat beberapa orang yang melihat kejadian tersebut. Dan yah siapa lagi jika bukan ayunda, bunda kia dan kakak kakak kia

Mereka yang melihat itu tak ada sedikitpun niatan untuk membantu kia yang meringkuk kesakitan memegangi  perutnya.

Namun berbeda dengan seorang laki-laki tampan berusia 22 tahun menatap kia dengan iba. Ada secuil keinginan untuk menolong kia. Ya, siapa lagi jika bukan mahendra Bagaskara, akrab di panggil mahen anak ke 2 dari keluarga ardi.

Seorang laki laki yang berapa di samping mahen menyadari akan tatapan yang diberikan oleh adik nya, mahen. Terhadap kia. Ia menyenggol lengan mahen, mahen yang merasakan itu sontak menengok kearah laki laki yang lebih tua dari nya memberikan tatapan tajam kearahnya.

Ya, itu adalah Anandra wiratama,akrab dipanggil andra, kakak laki-laki nya yang berusia 24 tahun, memiliki tatapan tajam seperti elang merupakan anak pertama dari keluarga Ardi.

"Kenapa, lo kasihan sama dia?" sarkas andra sembari mengalihkan atensi kepada kia

Mahen yang mendengar itu sontak gugup. Namun rasa gugupnya dapat ia tutupi dengan wajah dingin nya, kakaknya ini pintar sekali jika harus membaca mimik wajah seseorang, pikir mahen.

"Ck, mana ada gue kasihan sama dia" ucap mahen dingin

Andra yang tadinya menatap ayahnya dan kia kini mengalihkan atensinya kepada mahen.

"Cih, tpi dia adik lo kan" ucap andra sembari menaikan salah satu alisnya guna mengejek mahen

Mahen yang mendengar itu hanya merotasikan kedua mata nya

" gue ga punya adik " sarkas mahen tanpa menatap kakaknya

Andra acuh, kembali mengalihkan atensinya menatap ayahnya yang sibuk menendang perut kia.

Disisi lain, setelah Ardi puas tertawa ia kembali menendang perut kia tanpa ampun, tak peduli dengan kia yang merintih kesakitan memohon untuk berhenti.

"A-ayah k-kia m-moh-on ber-berhenti" ucap kia terbata bata

Ardi yang mendengar itu menghentikan tentangan nya, ia menatap dingin kia yang meringkuk dibawah.

Bugh

Tendangan terakhir sebelumnya akhirnya Ardi melenggang pergi meninggalkan kia dengan keadaan yang mengenaskan. Begitupun dengan ayunda, Andra, dan mahen. Memilih untuk pergi kekamar masing masing setelah melihat Ardi menghajar kia tanpa ampun

Sekarang kia sendiri an di sana, kia menangis menahan sakit yang luar biasa dibagian perutnya. Baju dan hijab yang tadinya terlihat putih bersih kini sudah terdapat bercak darah yang berasal dari mulutnya.

Walaupun keadaan kia tak memungkinkan untuk naik keatas menuju kamarnya, kia tetap memaksakan dirinya, bagaimanapun ia harus sampai kekamar.

Kia berjalan tergopoh gopoh sembari memegangi perutnya. Setelah sampai ia membuka pintu kamarnya, setelah terbuka ia masuk dan tak lupa menutup pintunya.

Tepat setelah ia menutup pintu, kepala nya terasa pusing pandangan yang mulai buram sebelum akhirnya ia terjatuh pingsan dengan keadaan darah yang menempel di hijab serta baju putih nya.

•••

Next...






Zakia nadira SalsabillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang