Keesokan harinya langit dan lainnya mulai berangkat ke Jakarta, pukul tiga dini hari mereka sudah mulai jalan dari rumah langit. Tidak lupa langit berpamitan sama bibi Lastri yg mana sudah menjaga biru dan menjadi tetangga yg super baik buat langit. Bi Lastri tentu terkejut mendengar jika langit akan pindah ke Jakarta, karena sebelumnya langit tidak pernah bercerita tentang apapun mengenai ini.
"Bibi pasti kangen banget sama langit dan biru" ucap bi Lastri disela isak tangis nya.
"Maafin aku ya bi kalau selama ini selalu merepotkan bibi dan paman budi, dan makasih banget selama ini udah bantu aku jagain biru."
"Kamu jangan bilang makasih, kamu sudah bibi anggap sebagai anak sendiri. Dan biru sudah bibi anggap cucu sendiri."
Apa yg dikatakan bi lastri memang benar jika langit sudah dianggap anak sendiri, karena bi lastri dan suaminya sampai saat ini belum di kasih anak sama pemilik alam semesta ini.
"Kamu jaga diri disana ya, kalau sudah sampai jangan lupa kabari bibi, doa bibi akan selalu menyertai kamu dan biru."
Langit memeluk bi lastri yg sudah dia anggap ibu sendiri, keharuan yg tercipta pagi itu membuat Aslan dan marven tidak kuasa menahan haru. Biru dia masih terlelap digendongan marven karena mereka tidak tega membangunkan anak sekecil biru.
"Sampai ketemu lagi bi" kata langit setelah berpamitan.
Bibi lastri hanya mengangguk sambil sesekali menyeka air matanya, Aslan juga berpamitan kepada bi lastri begitupun marven. Bi lastri juga mengelus rambut biru dalam gendongan marven.
"Semoga kamu jadi anak yg baik dan bisa menjaga papa kamu" bisik bi lastri tepat di telinga biru.
Mereka semua sudah masuk mobil dengan marven lah yg pertama menyetir, Aslan didepan sementara langit dan biru duduk di kursi pengemudi. Langit menatap kearah samping dimana dia merasa berat meninggalkan kota yg selama ini telah menyembuhkan sedikit luka hatinya.
"Lo udah siap kan kembali ke Jakarta, lang" kata marven membuat langit mengangguk.
"Siap, lagi pula benar kata lo sampai kapan gue harus bersembunyi."
Marven selalu bangga kepada langit yg bisa berpikir kedepan nya, begitu pun langit dia mencerna setiap kalimat marven. Walaupun kalimat sahabatnya cukup nyelekit tetapi langit membenarkan, sampai kapan dia harus bersembunyi. Sudah cukup lima tahun dia berlari dan apapun sekarang resiko nya bakalan dia hadapi termasuk bertemu dengan biru sang mantan kekasih.
Setelah perjalanan panjang mereka akhirnya sampai rumah, rumah yg banyak memiliki kenangan indah. Rumah yg selama ini tidak pernah di huni karena Aslan lebih memilih tinggal bersama marven, dan sebenarnya mereka tidak pernah pindah melainkan rumah ini memang dibiarkan kosong.
"Papa ini rumah siapa?" Tanya biru yg sudah turun dari mobil langit.
"Ini rumah papa, rumah masa kecil papa dan Aslan. Dirumah ini papa dibesarkan penuh cinta dengan kakek dan nenek."
"Oh, kakek dan nenek yg sudah di surga itukan?"
"Iya sayang, ayo kita masuk."
Aslan sungguh terharu melihat kakak nya kembali lagi kerumah ini, rasa senang dan bahagia tentu tidak dibendungkan lagi. Marven memeluk Aslan dari samping dan mengelus punggung Aslan memberikan ketenangan.
"Aku bahagia kak, kak langit mau kembali lagi."
Marven hanya mengiyakan lalu keduanya masuk kedalam rumah, hal yg pertama dilakukan langit adalah memegang disetiap tembok dia terharu karena dia bisa sampai dirumah ini juga. Rumah setiap ada kenangan di masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru ( kisah yg belum usai )
FanfictionSejak kepergian dan perpisahan nya dengan biru membuat hidup langit kian hancur dalam 5 tahun terakhir, namun disaat dia sudah sedikit melupakan biru entah bagaimana takdir bekerja ternyata dia harus di pertemukan dengan sang mantan yg mana dia haru...