Junghwan udah biasa diperlakukan buruk oleh saudara tirinya, tapi baru kali ini mereka membuat Junghwan kerepotan pagi-pagi seperti sengaja mengulur waktu Junghwan yang harus siap-siap ke sekolah. Tadi, Jaehyuk memintanya untuk mengisi bak mandi kemudian Yedam memintanya menyetrika seragamnya padahal yang Junghwan tahu baju itu sudah disetrika kemarin oleh bibi Mey ntah kenapa bisa lecek lagi, setelah itu Haruto meminta Junghwan membersihkan mobilnya yang sebenarnya masih sangat bersih, lalu sekarang Jihoon....
"A-aku gak tahu kak, yang nyuci kan bibi Mey. Aku tanyain bentar-"
"Gua gak ada waktu nunggu lo nanya ke bibi Mey, sekarang cari dasi navy gue sampe ketemu!" Kata Jihoon dengan satu tangannya mencengkram kuat pergelangan tangan Junghwan
"Awss i-iya kak a-aku cariin, l-lepasin dulu"
Jihoon melepas kasar tangan Junghwan dari genggamannya
Junghwan mulai fokus mencari dasi yang Jihoon mau di lemari, sementara si empu duduk santai di sisi ranjangnya sambil bermain ponsel. Padahal tadi dia bilang gak punya waktu buat nunggu
Dering ponsel disampingnya mengalihkan perhatian Jihoon, itu ponsel Junghwan dimana si empu menoleh kearahnya karena menyadari itu
"Apa, lanjutin nyarinya!"
Junghwan yakin itu telepon dari anak temen papanya. Semalam Junghwan udah bilang mau sekolah hari ini, jadi kemungkinan anak temen papanya udah dateng buat ngejemput dia
Jihoon melirik ponsel Junghwan dimana si empu kembali sibuk nyariin dasinya, ia mengerutkan keningnya saat terpampang nomor asing tanpa nama yang menghubungi Junghwan, beberapa detik setelah telepon mati sebuah pesan masuk dari nomor yang sama
08********73
Hai Junghwan
Jadi berangkat bareng gak?
Eh maaf, aku Jeongin anaknya temen Om Daesung
Aku didepan gerbang rumahmu tapi satpamnya gk ngasih aku masukudah berangkat
Duluan aja
Setelah mengirim balasan, Jihoon menghapus pesan dari nomor itu. Dia melirik kearah Junghwan yang masih sibuk nyariin dasinya, setelah meletakkan ponsel Junghwan ketempatnya semula Jihoon beranjak kearah pintu kaca balkon yang tertutup gorden berwarna abu-abu. Disingkapnya gorden itu dan dia melihat didepan gerbang rumahnya sebuah mobil berwarna hijau tua terparkir disana, namun tak lama karena mobil itu berlalu pergi membuat Jihoon tersenyum senang"Kak ini dasinya"
Suara Junghwan membuat Jihoon buru-buru mengubah ekspresinya, datar seperti biasa. Dia berbalik dan berjalan mengambil dasi yang ada di tangan Junghwan dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun
Terbiasa mendapatkan sikap itu, Junghwan memilih acuh dan bergegas keluar setelah mengambil ponselnya. Panggilan tak terjawab dari nomor tak dikenal Junghwan yakin itu dari anak temen papanya. Di teleponnya balik nomor itu namun tak ada jawaban, Junghwan sudah menelponnya beberapa kali sembari berjalan menuju pintu gerbang. Dia tetap tidak mendapatkan jawaban, padahal teleponnya tersambung
"Aduhhh, apa dia marah ya karena gak ku angkat tadi. Dia udah berangkat kali ya?"
Lagi asik mengotak-atik ponselnya, Junghwan dikejutkan dengan suara klakson mobil yang lumayan keras, tentu saja itu membuatnya terkejut. Laki-laki manis itu dengan cepat bergeser dari jalan, memberikan ruang untuk mobil berwarna merah itu lewat, tapi mobil itu malah berhenti tepat disamping Junghwan
"Lo ngapain jam segini masih dirumah. pake berdiri ditengah gerbang, gak takut telat hah?"
Itu Doyoung, Satu-satunya saudara Junghwan yang gak ada kelas hari ini
"Nunggu temen kak"
Mendengar jawaban Junghwan, Doyoung mengangkat tangan kirinya yang menggunakan jam tangan. Sudah hampir jam 8, bentar lagi jam pelajaran akan dimulai
"Gue yakin dia gak bakal dateng, gue anter sini" Katanya setelah menurunkan kembali tangannya kemudian membuka kunci pintu mobilnya
Junghwan masih diam, dia merasa tak percaya dengan ajakan Doyoung. Terlalu sering laki-laki itu mengabaikan setiap tindakan buruk saudaranya, membuat Junghwan ragu saat dia menawarkan bantuan. Doyoung adalah satu-satunya yang tak pernah menyakiti fisiknya, namun bukan berarti laki-laki itu tak bersikap buruk. Entah dengan cara merepotkan Junghwan atau kata-katanya yang menyakitkan
"Ngapain bengong disitu, masih berharap sama orang yang katanya temen lo itu?"
Mengingat dirinya sudah hampir terlambat, Junghwan akhirnya memilih untuk menerima tawaran Doyoung. Berusaha melawan keraguan dan rasa takutnya, Junghwan memasuki mobil Doyoung tanpa berani menatap siempu yang masih terus melihat setiap gerak geriknya
Sialnya lagi, karena tangannya yang gemetar membuatnya kesulitan memasang seatbelt. Suara decihan dari si pemilik mobil membuat Junghwan semakin grogi. Dia dibuat tersentak saat merasa sebuah tangan yang dingin menggenggam tanganya, Doyoung dengan kasar melepas tangan Junghwan dari seatbelt dan menggantikan untuk memasangkannya
"Kita cuma punya waktu 10 menit, jadi gue ngebut gpp kan?"
Junghwan mengangguk patah-patah, hanya pertanyaan sederhana membuat jantungnya berdegup kencang. Baru kali ini salah satu saudaranya menanyakan pendapat padanya
Seperti yang dia katakan sebelumnya, Doyoung benar-benar melajukam mobilnya dengan kecepatan tinggi. Junghwan hanya bisa memejamkan matanya sembari berdoa untuk keselamatan mereka. Tak sadar, di sampingnya sipengemudi tersenyum tipis melihat reaksinya
Junghwan sampai disekolah tepat sebelum gerbang ditutup sepenuhnya, namun bel sudah berbunyi dari tadi terlihat dari halaman sekolah yang sepi dan para guru sudah ada di Koridor menuju ke kelas mengajar masing-masing. Buru-buru Junghwan turun dari mobil setelah mengucapkan terimakasih pada Doyoung dan bergegas menuju ke kelasnya. Doyoung masih diam disana, menatap Junghwan sampai siempu menghilang dibalik pintu kelas yang memang berhadapan langsung dengan gerbang
"Pantes kak Asahi kesemsem gitu, kalau diperhatiin lucu juga" Senyum miring tercetak jelas diwajahnya, namun tak lama tergantikan dengan raut wajah bingung saat melihat ponsel Junghwan yang tertinggal dikursi sebelahnya
"Selain lucu, dia masih jadi orang yang nyusahin" Kata Doyoung sebelum turun dari mobil membawa ponsel Junghwan menuju ke kelas dimana Junghwan masuk tadi
Baru sampai ditengah halaman sekolah, dirinya melihat Junghwan kembali keluar diikuti seorang guru dibelakangnya. Doyoung diam memperhatikan saat Junghwan diomeli gurunya dan diminta berdiri didepan kelas sampai jam istirahat
Setelah guru itu masuk, barulah Doyoung menghampiri Junghwan yang berdiri dengan kepala menunduk
"Jangan biasain nunggu orang lain, telat kan jadinya?" Kata Doyoung sembari mengulurkan ponsel ditangannya ke si empu
Junghwan ngedongakkan kepalanya, melihat Doyoung yang menatapnya dengan datar. Tanpa membalas ucapan Doyoung dia menerima ponselnya dan kembali menunduk. Membalas ucapan Doyoung percuma, karena apapun yang Junghwan katakan laki-laki itu pasti tak akan menyalahkan saudaranya yang sebenarnya jadi penyebab utama Junghwan terlambat
Melihat Junghwan yang hanya diam, Doyoung berdecak kesal. Tanpa mengatakan apapun dia mengeluarkan dompetnya dan memasukkan selembar uang dikantong seragam Junghwan, sebelum adiknya itu mengatakan apapun Doyoung sudah lebih dulu pergi meninggalkannya. Dia baru saja.....memberinya uang jajan?
The continuous......