41 - Bound by Pain, Torn by Love

505 45 10
                                    


Mark, Haechan, dan Jaehyun diam-diam mengamati situasi itu dengan penuh perhatian. Mereka tahu, meski luka fisik di tubuh Jeno tampak parah, yang terjadi di antara Jeno dan Jaemin jauh lebih dalam dari itu—sebuah pertarungan antara pengampunan dan kebencian yang masih menyala.

Jaemin menatap Jeno, napasnya tersengal, emosinya masih berantakan. Seluruh situasi ini terasa begitu rumit, terlalu banyak hal yang tak terucapkan. Namun, melihat Jeno yang terluka parah, tetap saja menolak diobati, demi menunggu pengampunan darinya... Sesuatu di dalam diri Jaemin mulai retak.

"Kenapa kau... selalu begini?" Jaemin berbisik, menundukkan wajahnya. Ia tidak suka dengan Tindakan Jeno yang tidak memperdulikan dirinya sendiri dan bersikeras menunggunya.

"Apa sekarang aku salah lagi?" Tanya Jeno menundukkan kepalanya melihat reaksi Jaemin.

Jaemin merasakan jantungnya berdetak keras di dada. Saat Jeno menundukkan kepala, seolah mengakui kesalahannya, sesuatu dalam diri Jaemin mendidih. Ternyata semua hal yang terjadi sebelumnya tidak membuat emosinya stabil, tapi hanya membuat emosinya tidak lagi membuat dadanya sesak karena menahannya namun menjadikannya adrenaline bagi dirinya. Seluruh emosinya, yang bercampur antara rasa bersalah, marah, dan bingung, kini berputar semakin cepat, seperti badai yang siap meledak.

"Kau... kau selalu begini!" Jaemin mulai dengan nada tinggi, tangannya mengepal erat di sisinya. "Selalu mencoba seolah-olah kau pahlawan yang penuh pengorbanan! Seakan-akan semua ini tergantung padaku!" Napasnya terputus-putus, semakin terdesak oleh amarah yang sulit dikendalikannya.

Jeno mengangkat kepalanya perlahan, wajahnya yang penuh luka terlihat tenang, meski ekspresi di matanya sedikit mengaburkan rasa sakit. "Jaemin... Aku hanya—"

"Tidak!" Jaemin memotong, berteriak dengan suara yang melengking. "Kau melimpahkan semuanya padaku! Kau buat ini seolah-olah aku yang harus memutuskan! Itu bukan adil! Aku yang terjebak dalam rasa bersalah ini sementara kau terus berpura-pura kuat!"

Jaemin menatap Jeno dengan amarah yang hampir tak terkendali. "I hate you!" Teriaknya, suaranya pecah, menggema di ruangan yang sepi. Tangannya yang gemetar mengepal kuat-kuat, seakan tidak mampu menahan gelombang emosi yang menghantamnya.

Wajah Jeno berubah, semakin dalam ia melihat kondisi Jaemin yang tampak semakin lemah, tubuhnya gemetar tak hanya karena emosi, tapi karena kelelahan yang jelas terlihat. Wajah pucat Jaemin dan nafasnya yang terengah membuat Jeno merasa cemas. Ia mulai merasakan dorongan mendesak di dalam dirinya untuk menghentikan Jaemin dari menghancurkan dirinya sendiri.

"Jaemin, berhenti," Jeno mulai dengan nada rendah, tetapi suaranya perlahan naik seiring dengan frustasi yang ikut membuncah. "Kau perlu istirahat. Kau—"

"Aku tidak butuh istirahat! Yang kubutuhkan adalah kau yang berhenti membuatku merasa seperti orang gila dengan semua tindakanmu!" Jaemin menyela, berusaha tetap berdiri tegak, meskipun jelas tubuhnya hampir tak sanggup lagi.

Jeno mendekat, dan kali ini ia tak bisa lagi menahan kekesalannya.

"I love you!" Suaranya tiba-tiba meledak, tajam namun dipenuhi oleh keputusasaan.

"So what can you do?!" Ia berteriak balik, membuat Jaemin tersentak mundur, terkejut mendengar intensitas emosi yang datang dari Jeno.

Jaemin membeku, belum pernah ia mendengar Jeno berbicara dengan nada setinggi ini. "W-What...?" bisiknya, masih bingung dengan ledakan emosi yang tak ia duga. Jeno tidak memberinya waktu untuk mengerti.

"You think I'm just going to stand here and watch you destroy yourself?!" Suara Jeno serak, napasnya mulai tak teratur.

"You hate me? Fine! But I'm not going to let you collapse because you refuse to take care of yourself! Your body is weak, Jaemin! You can barely stand!"

Mendengar Jeno yang mulai frustasi, Jaemin mundur beberapa langkah, tidak ingin mendekat.

"Don't touch me!" Ia berseru, suaranya mulai melemah, meskipun tetap berusaha keras mempertahankan kekerasan hatinya. Jeno mendekat lagi, namun kali ini dengan lebih tenang meskipun amarah dan kekhawatirannya masih membara.

"I love you," ucapnya lagi, nadanya lebih rendah tapi penuh ketegasan. "You're weak right now, and you're going to hurt yourself if you keep pushing like this. You can't fight me on this, Jaemin. You need rest."

Jaemin menggeleng, napasnya tersengal, wajahnya memucat. "Aku bisa mengatasinya," desahnya lemah, tapi tubuhnya jelas tak mampu bertahan lebih lama.

"You can't," Jeno memotong, langkahnya semakin mendekat hingga hampir membuat Jaemin menabrak dinding di belakangnya. "You can continue your rage on your bed. Your body still needs rest, and I can handle these wounds from you."

Jaemin terdiam, tubuhnya gemetar, namun kali ini bukan karena amarah. Kata-kata Jeno menusuknya, membuatnya teringat betapa lemah tubuhnya saat ini. Sementara Jeno, meskipun penuh luka, tampaknya lebih khawatir pada dirinya daripada pada lukanya sendiri.

"Kenapa... kenapa kau selalu begini..." bisik Jaemin, air mata yang ia tahan mulai mengalir tanpa ia sadari.

Jeno mengulurkan tangannya perlahan, meskipun penuh luka, ia masih penuh kelembutan saat mendekati Jaemin. "Karena aku mencintaimu," jawab Jeno lagi, dengan suara yang lebih lembut, namun tidak kalah tegas. "And I'm not letting you destroy yourself just because you're angry at me."

Dengan lembut, Jeno menuntun Jaemin ke tempat tidur, tubuh Jaemin yang lemah akhirnya menyerah pada kelelahan yang selama ini ia abaikan.

***

Ditempat lain,

Siwon mengusap kakinya yang masih sering merasa sakit. "Now, I might want to just blow up their base."

Ucapannya dibalas dengan dengusan pria lain yang duduk di tengah meja. "I should be the one to do that to your base, Siwon." Cemoohnya, "Tidak hanya kau membuat kita kehilangan bidak yang sudah ditanam sejak lama diantara kelompok Jeno. Kau bahkan gagal untuk mengurangi fire force and supply. Akibatnya sekarang mereka akan lebih waspada pada gerak gerik eksternal dan rencana kita bisa mundur dari target yang ditentukan."

"So, before I deal with them, tell me how should I deal with you. huh?" Suara pria itu membuat suasana ruangan yang redup itu semakin gelap. Tak ada yang berani bicara, bahkan Siwon hanya bisa mengepal tinjunya tak berani melawan. 


To Be Continued...
Jangan Lupa Like and Comment nya ya^^

Bond IN Bondage S2 || Nomin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang