38. Dibalik Penyesalan Masa Lalu

450 81 10
                                    

Di suatu sore yang tenang, Taecyeon kembali melangkah menuju mansion Jaejoong. Bayangan masa lalu mengintai setiap langkahnya, tapi niatnya tetap bulat ia ingin melihat putrinya, Jennie. Kehadiran Taecyeon sering kali memicu kemarahan Jaejoong. Ketika pintu besar mansion terbuka dan wajah Jaejoong muncul, tatapannya penuh amarah.

"Apa lagi yang kau lakukan di sini? Sudah berapa kali aku bilang untuk menjauh?" hardik Jaejoong, suaranya penuh ketegasan. Dia melangkah maju, menutup jarak di antara mereka.

Taecyeon menundukkan kepalanya sejenak, menahan rasa bersalah yang kembali mencuat.

"Aku hanya ingin minta maaf, Jaejoong. Aku hanya ingin melihat Jennie... putriku" katanya dengan suara serak.

"Kau tidak berhak memanggilnya begitu!" bentak Jaejoong, matanya menyala penuh amarah. "Kau sudah menghancurkan hidup Jessica, dan sekarang kau berani datang lagi? Setelah semua yang terjadi?"

Namun, Taecyeon tidak mundur. Dia tahu amarah Jaejoong bukan tanpa alasan. Tetapi, perasaan seorang ayah, meski dia tahu itu mungkin tidak pernah termaafkan, tetap membawanya kembali ke mansion ini.

"Aku tahu aku bersalah, aku tahu apa yang kulakukan tidak bisa dimaafkan. Tapi aku hanya ingin Jennie tahu bahwa ayah kandungnya tidak sepenuhnya melupakan dia" ujar Taecyeon dengan suara rendah, hampir seperti berbisik.

Jaejoong mendekat, wajahnya semakin memerah karena amarah yang terus memuncak.

"Kau pikir Jennie butuh seseorang sepertimu? Kau pikir Jessica ingin melihatmu lagi? Pergi dari sini sebelum aku melakukan sesuatu yang akan kau sesali!" ancam Jaejoong, tinjunya mengepal.

Tapi Taecyeon tetap berdiri di tempatnya.

"Aku tidak peduli jika kau membenciku, Jaejoong. Aku sudah terbiasa dengan kebencian. Aku hanya ingin satu kesempatan
untuk bisa melihat Jennie, walaupun dari jauh" kata Taecyeon penuh harap. "Aku tahu aku tidak pantas, tapi dia tetap darah dagingku"

Jaejoong menggertakkan gigi, hampir saja melayangkan tinjunya. Tapi sebelum itu terjadi, Jessica muncul, wajahnya pucat, tapi matanya penuh dengan campuran ketakutan dan kebencian.

"Cukup" katanya lirih, tapi tegas.

Tatapan Taecyeon dan Jessica bertemu untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun. Suara yang dulu penuh rasa sakit itu sekarang terdengar lebih kuat, lebih tegar.

"Kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau mau, Taecyeon. Jennie tidak butuh kau, dan aku tidak akan pernah membiarkan kau menyakitinya seperti kau telah menyakiti aku"

Taecyeon menunduk, kata-kata Jessica menghantam hatinya lebih keras daripada amarah Jaejoong. Tapi di tengah rasa sakit itu, ada sebuah ketenangan kecil. Dia sudah meminta maaf, dan meskipun permintaan maaf itu tidak akan mengubah apa pun, setidaknya dia bisa menunjukkan penyesalannya.

Dengan langkah berat, Taecyeon berbalik dan pergi, meninggalkan mansion itu sekali lagi, namun harapannya untuk melihat Jennie suatu hari tetap ada, bahkan meski dia tahu itu mungkin hanya ilusi belaka.

Keesokan harinya, Taecyeon berdiri di lorong rumah sakit, matanya penuh harapan namun juga keraguan. Ini pertama kalinya ia berani mencoba menemui Jennie langsung, bukan di mansion Jaejoong yang selalu memblokir langkahnya. Setelah beberapa kali ditolak mentah-mentah oleh Jaejoong dan Jessica, hari ini ia memutuskan mendatangi rumah sakit tempat Jennie bekerja sebagai dokter. Ia tahu risikonya, tapi dorongan untuk bertemu putrinya lebih besar daripada rasa takutnya.

Jennie baru saja keluar dari ruang operasi ketika Joohyun, mendekat dengan wajah sedikit serius.

"Jennie, ada seseorang yang mencari Lo di ruang tunggu. Dia bilang ini penting"

Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang