Bab 11.

301 73 0
                                    

Usai bicara panjang lebar akhirnya langit dan Richard memutuskan buat ketemu nanti siang sebelum dia besok ke kantor pusat, dia sempet kaget saat Richard mengatakan kalau dia akan menggantikan posisi Richard sebagai asisten biru. Mau menolak tetap saja langit butuh uang buat biaya biru. Lagi pula mencari pekerjaan juga tidaklah mudah hal hasil dia akan menghadapi biru yaitu sang mantan kekasih.

Langit mendesah pelan lalu dia bangkit dan menuju ke dapur, dia ingin membuat makanan sebelum Aslan dan biru pulang. Adik dan anaknya itu sejak tadi pergi jalan diajak oleh marven tentu saja. Alasan nya agar biru melihat betapa indahnya kota jakarta.

Dia melihat isi kulkas namun sayang ternyata kulkas nya kosong dan betapa bodohnya langit karena baru ingat jika sudah beberapa bulan rumah ini kosong, lekas dia pun mengambil kunci mobil dan mengambil dompet nya untuk pergi berbelanja ke supermarket yg deket dari rumah.

Langit pun lekas berangkat dengan cepat sebelum adik dan anaknya kembali pulang, dia yakin jika nanti mereka pulang tentu akan mencari cemilan atau makanan. Tanpa buang waktu langit pun pergi ke supermarket.

Sesampainya di supermarket langit langsung mengambil troli dan langsung masuk, dia pun mulai memilih bahan masakan seperti sayur, ikan, dan juga buah. Bahkan dia juga memilih cemilan dan susu buat biru. Dia berjalan kesana kemari mengambil makanan dan juga minuman yg sedikit banyak karena isi kulkas dia sangat kosong.

Langit pun berdiri disalah satu tempat yg mana dia mengambil peralatan mandi, namun ternyata tempat itu sungguh tinggi dan susah di jangkau nya. Hal hasil dia berdiri dulu mencari cara buat mengambil nya.

Dia juga mulai menggapai benda yg ingin dia beli namun ternyata ada tangan seseorang yg mengambil benda tersebut, langit pun menoleh dan sedikit bingung karena benda itu ternyata diberikan padanya.

"Ini" ujar seseorang lelaki asing yg langit tidak mengenal nya.

"Makasih."

"Sama-sama, lain kali minta tolong buat ambilin barang yg gak bisa kamu jangkau."

"Tadinya memang begitu cuman kebetulan sepi supermarket ini, jadinya mau cari akal deh buat ambilnya. Sekali lagi makasih ya."

Lelaki itu mengangguk saja dia mengambil barang yg dia inginkan lagi, langit masih ada disitu dia tidak pergi karena merasa tidak enak.

"Sekali lagi makasih-"

"Nathan, panggil aku nathan aja."

Lelaki itu adalah nathan seorang produser musik yg cukup terkenal, dia mengulurkan tangan nya kearah langit dan disambut baik oleh langit.

"Langit."

Keduanya pun berkenalan dan saling melempar senyum, tangan nathan dilepaskan terdahulu dia meletakan benda yg dia beli kedalam keranjang belanja nya.

"Kalau gitu aku permisi dulu."

"Silahkan. Tapi, bisakah aku minta nomor ponsel kamu?"

Langit menatap bingung membuat nathan terkekeh kecil.

"Aku mau berteman sama kamu, gak masalah bukan?"

"Ah, iya. Gak masalah."

Nathan memberikan ponselnya kearah langit dan langit pun menulis nomor ponselnya, setelah selesai dia mengembalikan ponsel itu kepada nathan.

"Thank you, kapan-kapan kita ketemu lagi."

"Ya, aku permisi dulu."

"See you langit."

Mereka pun berpisah karena memang beda arah, nathan tersenyum saat mengingat pertemuan singkat dengan langit. Entah kenapa nathan ingin dekat dengan langit yg baru saja dia temuin.

"Semoga kali ini beryasil" gumam nya sambil berjalan mencari barang yg dia ingin beli.




****

"Aslan, biru haus loh ayo beli minum" keluh biru kepada Aslan.

"Iya. Ayo kita cari minimarket terdekat."

Biru dengan antusias menggandeng tangan Aslan, sementara marven dia hanya mengikuti langkah Aslan dan biru. Sedari tadi mereka bertiga berjalan-jalan. Dan biru sangat antusias dan merasa senang karena baru kali ini dia berjalan-jalan sangat lama.

"Kamu jangan beli es krim nanti papa marah sama kamu" ucap Aslan memperingati.

"Ish, satu aja loh Aslan dan jangan kasih tau papa."

"Heh, bocah! Kamu tuh baru sembuh batuk aku gak mau papa kamu marah nanti. Bisa di gantung aku."

"Kan yg digantung Aslan bukan aku, wleek."

Aslan mendengus saja percuma dia berdebat dengan biru tidak akan pernah menang, Aslan melihat marven yg sudah menahan tawa nya hanya mendelik kesal membuat tawa marven pecah.

"Kalian ini seperti anak kecil tau gak, biarin aja sayang kalau biru mau makan es krim."

"Kak marven taukan kalau kak langit udah marah gimana, duh muka kak langit serem banget."

"Yah, jatoh deh" keluh biru membuat Aslan dan marven menoleh kearah sumber suara.

Marven dan Aslan sama-sama diam membisu saat tahu jika biru menabrak seseorang yg mereka kenali, Aslan menghampiri keduanya namun dengan cepat marven menahan nya.

"Es krim biru jadi jatuh deh, maaf ya om biru gak sengaja" ucapnya membuat seseorang itu berjongkok.

"Nama kamu biru juga?" Tanya nya membuat biru mengangguk.

"Karena nama kamu sama kayak nama om, maka om akan maafkan."

Biru kecil mendongak menatap kearah pria yg mana itu kalandra biru, ada desir aneh saat kalandra melihat mata biru. Wajah anak yg didepan itu sangat mirip padanya waktu kecil.

"Astaga biru gue cariin ternyata disini" seru Aslan membuat kalandra menoleh.

"Aslan, maaf. Tadi biru nyari es krim terus nabrak om ini."

Aslan tidak menjawab dia lekas menggendong biru, dan membawa pergi dari hadapan kalandra, sementara kalandra melihat dari kejauhan sampai tubuh Aslan tidak terlihat lagi.

"Itu anak Aslan kah?"

Dalam perjalanan Aslan tidak berhenti mengigitin kuku, karena dia ketakutan akan kejadian tadi. Dia gelisah karena tidak tahu harus berbuat apa pertemuan biru dengan kalandra biru nyaris membuat jantung Aslan copot.

"Kak gimana ini" ucapnya membuat marven bingung.

"Kakak juga gak tau sayang, tapi kita harus bicara sama langit kalau biru tadi ketemu sama kalandra."

"Kak, aku takut kalau mas kalandra berpikir macan-macam tentang biru, apalagi wajah mereka mirip banget kak."

"Sayang kamu tenang ya, kalau kamu panik aku juga panik tau."

Aslan sangat menyesal telah membawa biru pergi ke minimarket itu, andai mereka beli minum ke tempat lain pasti kejadian nya tidak akan seperti ini.

Mobil marven pun berhenti tepat didepan rumah Aslan, dengan cepat keduanya turun dengan Aslan menggendong biru yg sedari tadi tertidur.

Langit yg mendengar suara mobil lekas keluar, dan benar saja itu adalah orang Aslan yg baru saja pulang. Dia pun segera menghampiri.

"Udah dari tadi dia tidur, lan?" Tanya langit.

"Dari sejak perjalanan pulang kak."

"Biar aku aja sayang yg bawa biru ke kamar."

Marven mengambil ahli gendongan biru, ketiganya masuk kedalam  rumah. Aslan duduk dengan gugup dan mendapati perhatian langit.

"Lo kenapa?" Tanya langit membuat Aslan semakin ketakutan.

"Kak, gue.. Gue mau minta maaf sama lo. Sumpah ini diluar kuasa gue kak. Lo jangan marah kalau nanti gue cerita apa yg terjadi hari ini."

"Apasih. Ngomong yg jelas kenapa."

Aslan menelan ludah gugup "kak, tadi biru ketemu sama ayah nya di minimarket" ucap Aslan dengan terbata membuat langit terdiam.
















- LANGIT BIRU -

Langit Biru ( kisah yg belum usai ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang