Di sebuah ruangan yang bernuansa emas, sekumpulan keluarga duduk mengelilingi meja bundar dengan ukiran yang penuh dengan emas , ada sekitar lima belas orang yang mungkin berada dalam ruangan itu.
"Bagaimana dengan pemakaman Zen?" tanya seorang lelaki muda, sorot matanya yang indah membuatnya terlihat paling berbeda diantara semua orang yang berada dalam ruangan itu, dia adalah Ren
"Cih... pantaskah mulutmu mengutarkan pertanyaan itu?" sahut seseorang lelaki lain, yang duduknya berseberangan dengan duduknya Ren, yaitu Daniel
"Kenapa tidak? jangan merasa bersalah setelah kau berhasil membunuh saudaraku" sahut Ren
Ruangan itu menjadi sunyi dalam sesaat saat semua mata menatap pria tua yang duduk dikursi paling mewah, tatapan pria tua itu terlihat sedang mengamati kedua manusia yang sedang berdebat itu.
"Ren, jangan menyalahkan Daniel, bukankah kita semua sudah sepakat untuk membunuh Zen?" ujar pria tua itu.
"Tapi kakek, Zen ingin....."
"Berhenti mengucapkan nama itu lagi, atau aku akan mengulitimu seperti aku menguliti ibumu"
Ren terdiam, dia hidup dalam lingkungan orang-orang yang haus akan darah, kakeknya, yaitu Azeson Russell, memiliki hobi membunuh seseorang, dia akan menguliti dan mencincang orang itu kemudian melemparkan potongan daging itu ke kandang hewan peliharaan nya.
Kehidupan Azeson sangat bebas, dia ditakuti bahkan anak-anaknya sekalipun tak ada yang berani mencela ucapannya, dan semua orang yang sudah berkumpul dalam ruangan ini adalah karena mereka terpaksa dan takut nanti akan mengalami nasib yang sama seperti korban lainnya. Ibu Ren adalah korban kakeknya yang ke 40, dan korban ke 41 nya adalah cucu Azeson sendiri, yaitu Zen.
"Sudahlah, sekarang kalian boleh pergi dan kau Daniel, cari Alexa, aku ingin memberinya sesuatu" ujar Azeson
Pertemuan singkat itu selesai dan semua kembali ke ruangan masing-masing, sementara Azeson tetap duduk dikursinya, menatap satu persatu sisa keturunannya yang mulai pergi.
***
Mari Berkenalan
***
To Be Continue