17. Tujuhbelas

1.1K 173 21
                                    

Sudah beberapa hari Juna tidak pulang ke rumah, namun menginap di kos milik Sasha. Kamar milik Sasha maksudnya, kalau bangunan kos luas tersebut milik orang lain. Lagipula Sasha juga sendirian. Teman-temannya sudah mempunyai kesibukan sendiri. Dani dengan pekerjaannya sebagai asisten manajer di sebuah agensi model. Lalu Jeni yang diboyong Tama. Pria itu tidak ingin berpisah satu senti dari Jeni. Apalagi menjelang pernikahan mereka ini.

Ada yang unik dari pernikahan Jeni dan Tama. Pria itu dengan sengaja menyebar sex tape adegan panasnya bersama Jeni kepada keluarga besar. Wulan langsung dilarikan ke rumah sakit karena darah tingginya kambuh. Semua Tama lakukan agar ia mendapat restu. Sebab Jeni malah menerina segepok uang dari Wulan yang menyuruhnya untuk menjauhi Tama. Kini Wulan setiap hari menghadapi Jeni yang menurutnya adalah titisan Nyi Blorong. Begitu licik seperti ular kobra!

"Mau kemana kamu?"

Juna menatap Sasha dengan penuh selidik. Sasha sudah rapi dengan celana super pendeknya, tidak lupa baju yang menampakkan pusar. Hanya ditutupi dengan cardigan panjang agar tampilannya tak terlalu terbuka. Juna harus terbiasa dengan kepribadian asli dari Sasha. Tidak lupa riasan yang setebal polusi di Jakarta.

"Ngelonte."

Astaga, hampir saja jantung Juna copot. Sembarang sekali mulut wanita satu ini. Anaknya dapat mendengar semuanya. Kasian sekali Baby Boy-nya Juna.

"Aku nanya beneran, Sha. Kamu mau kemana?"

"EGP. Emang gue pikirin?"

Tanpa mempedulikan Juna yang merapalkan kalimat sabar, Sasha berlalu pergi. Mau tak mau Juna mengikuti sang istri. Takut-takut, Sasha menggoda lelaki lain. Nanti bayinya marah di dalam sana.

Setelah mengekor, tenyata Sasha keluar untuk berbelanja makanan serta camilan. Sebelum pulang, Sasha mampir di sebuah pos ronda. Ah, entah apa sebutannya. Juna tidak terlalu paham dengan lingkungan padat ini.

"Eh, Neng Sasha. Kok lama nggak keliatan, kemana aja?"

Sasha menyampirkan sedikit rambutnya ke belakang telinga. Menutup mulut dengan gestur malu-malu. Tidak tahu saja jika Juna sudah melotot di dekat Sasha.

"Iya nih, A' Bian. Aku akhir-akhir ini sibuk banget. Aa' gimana kabarnya?"

Eh, apa ini? Panggilan macam apa itu? Aa'? Bahkan nada bicara Sasha terdengar centil sekali. Juna terus menatap tajam pria berkepala pelontos tersebut. Menatap penampilannya dari atas sampai bawah. Tidak ada yang menarik. Juna jauh lebih baik dari sisi manapun!

"Ya gini-gini aja, Neng. Ini aja lagi disempetin pulang karna liburan."

Sasha memasang wajah sedih yang dibuat-dibuat. Namun ia memang merasa peduli. Bian ini adalah seorang tentara, tentu saja pekerjaannya begitu sibuk. Mereka adalah teman dekat. Biasanya bermain dengan Jeni pula. Bian adalah anak dari pemilik kos dan beberapa kontrakan di lingkungan ini.

"Kasian deh, pasti capek ya, A' Bian. Nanti kita main bareng deh. Udah lama kita berdua nggak motoran ke Bandung. Kangen liburan bareng Aa' Bian."

"Sha, kita harus cepetan pulang. Udah malam." Tegur Juna yang menjadi mual setelah mendengar nada bicara Sasha.

"Atur aja, Neng. Asal nggak sibuk mah, Aa' redi tu go buat holidei. Ntar ajakin si Neng Jeni sama Dani sekalian."

Demi Dewa! Oke, anggap saja Juna hantu. Tidak ada yang mempedulikannya. Resmi, Juna menganggap Bian adalah musuh barunya.

Sasha menaruh tangan di depan kepala, menunjukkan gerakan hormat. "Siap, A' Bian. Aku pulang dulu, ya. Udah laper soalnya."

***

Love Options Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang