𝟑𝟎. 𝐇𝐚𝐭𝐫𝐞𝐝 𝐀𝐧𝐝 𝐂𝐮𝐫𝐢𝐨𝐬𝐢𝐭𝐲

368 18 0
                                    

The most unpleasant feeling is when hatred, longing and curiosity become one.

Vanesha merasakan rasa sakit yang menjalar saat seorang pelayan dengan hati-hati mengoleskan salep khusus di bagian kewanitaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanesha merasakan rasa sakit yang menjalar saat seorang pelayan dengan hati-hati mengoleskan salep khusus di bagian kewanitaannya. Rasa hangat dari salep tersebut tidak dapat sepenuhnya menghilangkan ketidaknyamanan yang dirasakannya. Dengan gigitan pada bibir bawahnya, ia berusaha menahan meringis, matanya menutup sejenak seolah mencari ketenangan dalam keheningan. Setiap sentuhan lembut dari pelayan itu membawa campuran rasa lega dan nyeri yang tak terelakkan. Aroma salep yang menenangkan, meski sedikit menyengat, mengisi udara di sekitarnya, dan Vanesha merasakan sebuah harapan kecil untuk mendapatkan ketenangan dari rasa sakit yang mengganggu.

"Anda harus menunggu seharian, Nona, agar salep ini dapat meresap dengan baik. Pastikan Anda tidak terlalu banyak bergerak," kata pelayan dengan suara lembut, sambil menatap Vanesha dengan penuh perhatian.

Dengan nada yang tenang, ia melanjutkan, "Rasa sakit ini memerlukan waktu untuk sembuh, dan tubuh Anda perlu beristirahat agar salep bisa bekerja secara maksimal. Jika Anda terlalu banyak berjalan, itu hanya akan memperburuk keadaan."

Pelayan itu memperhatikan ekspresi wajah Vanesha, yang masih terlihat tegang. "Cobalah untuk duduk atau berbaring sebisa mungkin, dan beri diri Anda kesempatan untuk pulih. Saya akan berada di sini jika Anda membutuhkan sesuatu." Suara pelayan yang menenangkan memberikan sedikit rasa nyaman di tengah ketidaknyamanan yang dirasakan Vanesha.

Vanesha mengangkat sebelah alisnya, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang jelas. Ucapan pelayan itu terdengar bagai sebuah penghambatan, seolah-olah mengekangnya dari bergerak bebas. Rasa sakit di area kewanitaannya terasa sepele dibandingkan dengan tantangan yang dihadapinya selama pelatihan keras sebagai agen FBI.

Dalam perjalanan panjangnya sebagai seorang agen, ia telah menghadapi berbagai situasi berbahaya, mulai dari perkelahian fisik hingga mengejar penjahat berbahaya. Menghadapi rasa sakit ini terasa seperti angin sepoi-sepoi di tengah badai. Dengan sikap tegas, Vanesha berusaha menanggapi situasi ini dengan kepala dingin. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa istirahat adalah bagian penting dari proses pemulihan. Dengan menghela napas dalam-dalam, Vanesha mencoba menenangkan diri, bertekad untuk tidak membiarkan rasa sakit ini mengalahkannya.

"Kau tak perlu menemaniku. Aku bukan anak-anak," tegas Vanesha, suara penuh percaya diri terucap dari bibirnya. Dia memandang pelayan dengan tatapan yang menunjukkan ketidakperluan akan pendampingan.

"Tapi, Nona," pelayan itu menjawab dengan nada lembut, "tuan telah menyuruh saya untuk menemani Anda."

Ia menundukkan kepala sejenak, berusaha menghormati perintah majikannya, meskipun ragu akan efektivitasnya. "Tuan ingin memastikan Anda merasa nyaman dan aman, terutama dalam keadaan seperti ini."

Death PeakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang