Tanpa sepengetahuan Anin, Zudin beserta si kembar diam-diam mencari tahu dalang di balik semua ini. Namun, misi itu bukan hal mudah karena penyebaran gosip ternyata berkaitan dengan akun base sekolah, yang kini lebih mirip pusat fitnah ketimbang informasi bermanfaat. Shindu dengan caranya sendiri, mulai bertanya kepada beberapa anggota OSIS terkait pengelolaan akun tersebut.
Di sisi lain, Izaz dan Zudin memutuskan untuk bekerja sama menyelidiki lebih dalam. Izaz meyakini bahwa pelaku tidak jauh dari orang-orang terdekat mereka, seseorang yang tahu persis dinamika di sekeliling mereka.
Orang terdekat juga bisa jadi musuh, right?
Penyelidikan mereka berlangsung selama tiga hari. Selama itu pula gosip semakin memanas, dan Anin menjadi sasaran empuk bisikan kejam bahkan kata-kata menyakitkan dari teman-temannya. Namun, kerja keras mereka membuahkan hasil.
"Mungkin kalian gak bakalan percaya sama informasi yang gue kumpulin hari ini," kata Zudin tiba-tiba, menghampiri si kembar dengan raut wajah serius yang jarang terlihat.
"Apa? Ada info tentang dalang gosip ini?" tanya Izaz, penasaran. Shindu meskipun terlihat lebih tenang jelas menunggu jawaban.
Zudin menatap Izaz tajam, sesuatu yang membuat suasana mendadak berubah tegang.
"Akar masalahnya ada di lo," ujar sambil menunjuk langsung ke arah Izaz.
Izaz mengerutkan dahi, menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi bingung. "Gue? Serius? Kenapa gue? Gue gak tahu apa-apa, sumpah."
"Ini ulah Adinda, mantan lo, Zaz," jawab Zudin dengan nada menekan. "Dia gak terima diputusin sama lo, dan dia ngira semua ini gara-gara Shindu dan Anin. Dia curiga mereka ngehasut lk buat ninggalin dia. Karena itu, dia bales dendam ke Anin. Postingan di base sekolah itu? Orang iy sepupunya-anak kelas 10 IPS 2, nanya Melly."
Shindu mengepal tangan, rahangnya mengeras saat mendengar nama Adinda disebutkan. Emosi yang ia tahan akhirnya tumpah, dan di menggebrak meja dengan keras.
"Nah, ini akibat lo pacaran sama Adinda! Adek kita kena imbasnya!" bentaknya, suaranya meninggi. "Gue udah bilang dari awal, dia itu perempuan busuk! Kenapa lo bego banget?!"
Izaz membela diru, meskipun kata-katanya terdengar ragu. "Gue gak tahu, oke? Gue gak nyangka dia bakal ngelakuin ini."
"Bukan lo gak tahu! Lo denial, Zaz! Setiap guekatau Anin kasih tahu soal Adinda, lo malah belain dia," tajam Shindu dengan nada yang semakin tajam.
Melihat situasi memanas, Zudin segera berdiri diantaram keduanya. "Stop dulu, kalian berdua!" serunya. "Masalah ini gak akan selesai kalau lo berantem. Sekarang yang penting, kita fokus ke penyelesaiannya!"
Keduanya terdiam. Zudin menghela napas panjang sebelum melanjutkan.
"Adinda sama Anin lagi di taman belakang deket gudang, banyak anak-anak yang liat juga."
Mendengar itu, tanpa menunggu lama, Shindu dan Izaz langsung melangkah cepat menuju taman belakang.
Adinda berdiri di tengah taman belakang dekat gudang, wajahnya dipenuhi senyum sinis. Di depannya, Anin menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Beberapa siswa yang berada di sekitar mereka hanya berdiri dan menonton tanpa berusaha melerai. Ada yang berbisik-bisik, ada juga yang diam saja, seolah ini adalah tontonan gratis untuk mereka.
"Apa gue salah kalau bilang lo cuma beban buat mereka?" Adinda menyeringai. "Dikira gue gak tahu? Setiap hari, pulang pergi dari sekolah selalu bareng Shindu dan Izaz. Gue heran deh, mereka masih mau ngurusin orang yang gak berguna kaya lo."
Anin menatap Adinda, mencoba untuk tetap tegar meskipun hatinya terasa sakit mendengar ucapan itu. Walaupun ucapan Adinda salah besar, memangnya kenapa dia tidak boleh berangkat bersama kedua kakaknua coba?

KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Traces (COMPLETED)
Teen FictionMenceritakan tentang sebuah keluarga Baskara dan Yunita yang memiliki tiga orang anak. Dua anak kembar laki-laki dan satu anak perempuan. Si kembar Shindu, Izaz, dan Anin sebagai anak bungsu. Keluarga yang harmonis bahkan tidak menjamin adanya konf...