Hari sudah menunjukkan pukul 12 siang, sinar matahari yang begitu terik terasa membakar kulit, aku duduk di bawah naungan pohon yang berada di luar sekolah.
"Kau tidak pulang?" tanya Zen yang kebetulan lewat
"Um.. mungkin nanti" ujarku sedikit bingung, aku tak tau dimana alamat rumahku.
"Aku akan mengantarmu pulang" ujar Zen
"Kau tau dimana rumahku?"
"Iya, aku sering datang kerumahmu bersama Razha" ujar ZenAku terdiam, mungkin orang yang menatap ku sekarang lebih heran, bagaimana aku bisa berbicara dengan santai dengan seorang pembunuh.
"Tidak perlu, biarkan Zea ikut denganku" Ella datang sembari menarik tanganku untuk menaiki mobilnya, sementara itu ku lihat Zen hanya tersenyum kecil sembari memakai helm nya.
"Aku sudah bilang, jangan berteman dengannya" ujar Ella dengan kesal, tapi aku hanya diam saja, karena aku tak kenal siapa itu Razha, kedua, aku mengenali Zen, hanya saja sepertinya Zen tidak tau hubungan seperti apa yang terjalin antara aku dengannya.
Mobil milik Ella itu mulai beranjak meninggalkan kawasan sekolah, selama perjalanan aku hanya sibuk dengan menatap jalanan yang tak pernah kulalui sebelumnya, sementara Ella sesekali dia berbincang dengan supir pribadinya.
"Ella, tolong turunkan aku disini" pintaku
"Apa kau gila? ini jalanan sepi bagaimana bisa kau ingin turun disini?" ucap Ella
"Kakakku baru saja pulang dan lewat jalan ini, sebentar lagi dia akan tiba" ujarku
"Baiklah, aku akan ikut menunggumu" ujar Ella sembari meminta supirnya untuk menepi.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, mobil yang dikendarai Yin lewat, akupun segera turun dari mobil Ella.
"Makasih atas ajakanmu, sampai jumpa besok" ujarku pada Ella
"Ya.. selamat tinggal"
Aku masuk kedalam mobil Yin, seperti biasa ekspresi wajahnya selalu membuatku takut.
"Sudah makan siang?" tanyanya
"Belum" jawabku singkat"Setelah ini, tunggu aku ataupun Xean didepan sekolahmu, jangan mengiyakan ajakan orang lain" ujar Yin, aku mengangguk, sementara Yin mengeluarkan beberapa snack dari dalam ranselnya.
"Makanlah, itu bisa mengganjal rasa lapar mu"
Aku mengambil snack itu dan mulai memakannya, sementara Yin fokus mengemudi, sembari menikmati makanan ringan itu, aku terus melirik Yin sesekali.
"Kenapa dia begitu cuek? wajahnya cukup tampan, apakah dia memiliki kekasih?" batinku
Aku tiba-tiba merasa pusing, entah karena apa, apa makanan yang diberikan Yin padaku mengandung racun?
Sebelum benar-benar pingsan, aku melihat senyuman kecil terbentuk dari bibir Yin, belum sempat aku menanyakannya ada apa, aku sudah tak sadarkan diri.
***
"Sudahkah kau membuangnya?"
"Sudah papa, semua sudah selesai sesuai dengan permintaan papa"
Aku tak sengaja mendengar percakapan sekilas antara Yin dan......
Wait.... itu bukan suara Yin, tapi suara Daniel
"Sekarang, tinggal menghabisi nyawa Ren, karena dia satu-satunya penghalang dikeluarga kita"
Dua orang lelaki, mereka tampak berbincang dengan serius didepan kamarku.
"Alexa? kau sudah bangun?" seorang lelaki yang lebih muda datang kepadaku.
"Daniel? apa yang terjadi?"
"Kau pingsan, dan aku menemukanmu, kau mungkin kelelahan" ujarnya
"Kelelahan? apa yang sudah aku lakukan?"
Daniel diam sejenak, lelaki licik ini terlihat begitu menawan bagi orang yang tidak mengenalnya.
"Kau kelelahan, setelah kematian Zen dua hari yang lalu, kau terlihat begitu syok hingga kau kurang tidur" jelasnya
"Dimana Yin?" tanyaku
"Yin? siapa itu?" Daniel balik bertanyaAku memperhatikan kembali keadaan ku, tak ada Yin, Xean atau siapapun itu, Daniel dan lelaki satunya menatapku dengan tatapan mereka yang terlihat bingung.
"Zen....?"
Demi tuhan, aku melihat Zen berdiri tepat dibelakang Daniel, raut wajahnya pucat, namun Zen tetap tersenyum padaku, pakaian yang digunakan Zen juga sangat lusuh, seperti yang kulihat waktu itu.
Aku buru-buru masuk kembali kedalam ruangan itu dan mengunci pintunya, sementara Daniel berteriak dari luar memanggil-manggil ku.
"Apa yang terjadi denganku? kenapa dalam sehari semalam Zen bisa hidup dan mati dua kali, tadi dia mengobati lukaku dan.... "
Aku mengecek luka di lutut ku, tidak ada luka atau lecet apapun disana, bahkan itu seperti terlihat tak terjadi apa-apa.
Dengan panik aku mengambil benda persegi panjang yang terletak di atas meja, sedari tadi pesan masuk terus mengganggu fokusku.
"Daniel bilang Zen meninggal dua hari yang lalu, sekarang tanggal 17 dan Zen meninggal tanggal 15, apakah aku sudah gila, kenapa hal aneh ini terjadi? seingatku juga beberapa jam yang lalu aku sedang menaiki mobil Yin"
Aku terduduk dengan lesu, kini aku paham dengan apa yang sedang terjadi padaku.
"Oke, sekarang aku paham, ada sesuatu yang membawaku ke dunia lain"
***
To Be Continue