54. Ingatan yang Kembali

8 1 0
                                    

Begitu Kirana menutup matanya, ia langsung terseret ke dalam Niskala Jiwaraga-dimensi di antara dunia nyata dan alam jiwa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu Kirana menutup matanya, ia langsung terseret ke dalam Niskala Jiwaraga-dimensi di antara dunia nyata dan alam jiwa. Kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Kesunyian yang biasanya terasa damai kini berubah menjadi berat dan mencekam, seperti kabut tebal yang menyesakkan.

Di tengah kesunyian itu, Kirana melihat sosok yang sangat dikenalnya: Chandra. Dia duduk dengan punggung yang tampak lelah, terbungkuk di bawah beban emosinya.

Sosok Chandra yang biasanya penuh senyum hangat saat menyambut kedatangan Kirana kini berubah total. Wajahnya hanya menyiratkan kekecewaan mendalam, seolah ia telah kehilangan semua harapan pada dunia setelah ingatannya kembali. Dan, Kirana bisa merasakan luka yang Chandra bawa, luka yang tidak tampak dari luar, tapi menggerogoti jiwanya dari dalam.

Ingatan yang selama ini terkubur, kini muncul ke permukaan tanpa memberi Chandra kesempatan untuk bernapas-menghantamnya dengan semua rasa sakit, kehilangan, dan pengkhianatan yang pernah ia alami.

Lebih dari sepuluh tahun, ia terpaksa hidup sebagai bayangan Kirana, sebagai alter ego yang terperangkap tanpa identitas dan tanpa arah. Hidup yang seharusnya menjadi miliknya hilang begitu saja, direnggut oleh orang-orang yang paling ia percayai. Bahkan keluarga yang begitu ia cintai dihancurkan dengan kejam, meninggalkan Chandra terkatung-katung dalam kegelapan.

Chandra tenggelam dalam kekosongan yang begitu mencekik, hingga tiba-tiba, ia merasakan ada seseorang yang dengan lembut meraih tangannya. Sentuhan itu membuatnya tersentak. Saat ia menoleh, ia melihat Kirana berdiri di sampingnya dan tersenyum hangat.

"Aku di sini bersamamu," ucap Kirana dengan lembut.

Perkataan yang sederhana, namun penuh makna. Hanya dengan itu, Chandra merasa seolah sebagian dari beban yang menghimpitnya mulai terangkat. Namun, rasa sakit yang telah lama tertahan di dalam dirinya tidak semudah itu menghilang.

"Aku sudah kehilangan segalanya, Kirana," suara Chandra pecah, tangisnya menggetarkan udara di sekitar mereka. "Bagaimana aku bisa terus hidup setelah semua ini? Setelah membalas Wira dan berhasil menemukan tubuhku kembali, apa lagi yang tersisa untukku? Orang tuaku dibunuh, hidupku hancur, dan aku harus hidup sebagai bayangan orang lain. Pitaloka ... bahkan setelah kematiannya, ia tetap berkorban untuk membantuku. Dia memberikan segalanya. Bagaimana aku bisa menghadapi semua ini, Kirana? Bagaimana aku bisa terus berjalan?"

Tangis Chandra semakin deras, menggulung semua perasaan yang selama bertahun-tahun ia simpan rapat-rapat. Rasa sakit, kemarahan, dan kesedihan berbaur, menyelimuti setiap kata yang keluar dari bibirnya.

Kirana terdiam, tak mampu berkata-kata. Ia hanya bisa mendekat dan memeluk Chandra erat. Dalam pelukan itu, Kirana berharap bisa memberikan sedikit kelegaan-meski ia tahu, luka yang Chandra rasakan terlalu dalam untuk disembuhkan hanya dengan kata-kata. Namun, Kirana ingin menunjukkan sesuatu yang lebih penting: Chandra tidak sendirian.

SELENOPHILE (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang