✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥
Sementara itu Minerva dan Morax sedang asik berjalan-jalan bersama, menikmati pemandangan pemukiman tersebut.
"Wow, indah sekali iya di sini, dibandingkan di neraka kamu cuman lihat api, batu dan beberapa orang yang disiksa." Ucap Morax.
"Hey, jangan begitu, nanti ketahuan." Ucap Minerva berbisik.
"Haha, iya-iya, takut banget sih ketahuan." Ucap Morax.
"Tentu, nanti mereka panik dan memporak-porandakan kita nanti." Ucap Minerva dengan wajah marah.
"Iya-iya deh, bakalan tutup mulut, eh lihat ada bunga bagus tuh." Ucap Morax.
Morax pun pergi mendekati bunga tersebut, sementara itu Minerva yang ingin mendekati suaminya dia melihat sehelai bulu jatuh, tepat di depannya.
"Hmm, bulu??" Batin Minerva.
Minerva pun mengambil bulu tersebut, dan saat sudah mengambil bulu tersebut dia melihat ke atas, matanya pun terbelalak.
"Huh, kakak!!" Ucap Minerva.
"MINERVA!!!" Ucap Sariel.
*BRUK*
Sariel pun dengan sengaja menjatuhkan dirinya didekat Minerva."Huh!! MINERVA!!!" Ucap Morax yang terkejut dengan suara tabrakan yang keras.
"Rghhh, kakak, mengapa kakak kesini??" Tanya Minerva.
"Akhirnya aku menemukanmu Minerva, kakak sangat merindukanmu." Ucap Sariel sambil memeluk Minerva.
"Kak, kak Sariel?? Mengapa kakak berbeda?? Menjadi mirip denganku??" Tanya Minerva.
"Itu karena kakak merindukanmu." Ucap Sariel sambil tersenyum.
"Minerva??" Ucap Morax yang terlihat bingung.
"Morax!!" Ucap Minerva.
Saat Sariel dan Morax saling menatap, Sariel pun mengeluarkan senapannya, sama seperti Sariel Morax yang merasa terancam mengeluarkan tombaknya dan mengeluarkan tanduk, ekor dan sayapnya.
"Tu-tunggu, HENTIKAN!!!" Teriak Minerva.
Mereka berdua pun langsung menoleh kearah Minerva bersamaan.
"Kakak, ini suamiku, Morax." Ucap Minerva yang memperkenalkan Morax ke kakaknya.
"Sayang, ini kakakku, Sariel." Ucap Minerva memperkenalkan Sariel ke Morax.
Mereka pun terdiam beberapa menit, sampai suara Fiona dan Eric terdengar.
"Nona Minerva~ ada apa~ kok berteriak??" Tanya Fiona dari jauh.
"Iya~ kami juga mendengar dentuman yang sangat kencang tadi~ Nona Minerva baik-baik saja??" Tanya Eric.
"Aaaa~ cepat-cepat ke wujud manusia kalian!!" Ucap Minerva panik.
"Nona Minerva ada apa??" Tanya Fiona.
"Ah tidak ada apa-apa kok, tong ini jatuh tadi, tidak sengaja tertabrak oleh kakakku." Ucap Minerva.
"Kakak??" Ucap Fiona bingung.
Saat Fiona dan Eric kebingungan, dibelakang Minerva muncul sosok yang berjubah sama seperti Minerva, waktu pertama kali datang ke pemukiman.
"Wah, ada pengembara baru." Ucap Eric.
"Pengembara??" Ucap Sariel kebingungan.
"Ikuti saja alurnya." Ucap Morax yang berbisik.
"I-iya, dia adalah kakakku yang mengembara sama kayak kami." Ucap Minerva.
"Wah kalau begitu selamat datang." Ucap Fiona.
"Perkenalkan namaku Fiona dan ini suamiku Eric." Ucap Fiona memperkenalkan diri dan suaminya.
"Eh, Sariel, kakaknya Minerva dan kakak iparnya Morax." Ucap Sariel memperkenalkan diri.
Mendengar jawabannya Sariel Fiona dan Eric pun sangat menyambut hangat Sariel, sedangkan Morax dan Minerva terkejut dengan jawabannya Sariel.
"Kakak ipar ku?? Apakah tanpa kita ketahui kakakmu menerima diriku??" Tanya Morax kebingungan.
"Hihi, kita tidak akan tahu, kita lihat di keesokan harinya." Ucap Minerva.
Mereka pun pergi mendekati Fiona, Eric dan Sariel, Sariel pun terus ditarik untuk melihat setiap keindahan pemukiman tersebut.
|Keesokan Harinya|
Sariel pun bangun dari tidurnya, dia pun turun dan pergi ke dapur disana dia melihat Minerva dan Morax sedang memasak.
"Ehem, aku baru tahu iblis sepertimu bisa masak." Ucap Sariel.
"Yang memiliki kaki, tangan dan berjalan dengan kedua kakinya, pasti bisa memasak, kalau juga tidak bisa, iya belajar." Ucap Morax.
"Waw, jawaban yang bagus sebenarnya, yap, aku kalah darimu jika berargumen denganmu." Ucap Sariel.
"Terima kasih, kakak ipar." Ucap Morax.
Sariel pun tersenyum, Morax pun membalasnya dengan senyuman juga, sementara itu Minerva hanya terdiam saja dengan ucapan mereka tadi.
"Eeh, baiklah~ selesai bicaranya, kakak pergi mandi sana, dan sayang bantu aku memasak, jika udah selesai semua, kita makan dan kalian pergi membangun rumah lagi, dan aku akan pergi ke kebun." Ucap Minerva.
"Baik~" Ucap Morax.
Morax pun lanjut memasak membantu Minerva sedangkan Sariel kebingungan, kenapa membangun rumah??, itu yang ada dikepalanya sekarang.
"Tunggu sebentar, membangun rumah?? Untuk apa??" Tanya Sariel.
"Iya untuk ditinggalin lah, banyak nanya." Ucap Morax sambil memotong wortel.
"Yang dimaksud Morax adalah itu sudah menjadi tradisi para warga disini, jika ada pengendara datang ke wilayah mereka untuk tinggal sangat lama, akan dibangunkan sebuah rumah oleh warga sini." Ucap Minerva.
"Owh begitu~ ini jawaban lebih masuk akal dibandingkan tadi." Ucap Sariel sambil melirik Morax.
"Lah kan jawabanku benar tadi, kau nanya 'membangun rumah?? Buat apa??' Iya benar dong jawabanku untuk ditinggalin." Ucap Morax.
"KKKAAAUUU!!!" Ucap Sariel yang menahan amarah.
Mereka berdua pun saling bertatapan dan seketika keluar percikan petir di antara mereka, Minerva melihat itu hanya bisa terdiam dan tersenyum canggung.
"Haha, tadi mereka saling memuji dan sekarang menjadi musuh lagi, sungguh sangat cepat perubahannya, haha." Batin Minerva sambil sweatdrop.
✥══━━━━━━✥◈✥━━━━━━══✥
Part 32 The End
KAMU SEDANG MEMBACA
The Agony of the Angel Minerva
FantasyOriginal Story Reincarnation of Sins and Virtues ⊱─━━━━━━━─⊰•❈•⊱─━━━━━━━─⊰ Story 1 The Agony of the Angel Minerva ⊱─━━━━━━━─⊰•❈•⊱─━━━━━━━─⊰ "Kisah ini menceritakan seorang malaikat yang tidak diterima keberadaannya di surga oleh 'Sang Ayah', dia pun...